Kedua, menghilangkan logat asal
Setiap orang tentu memiliki logat khusus, sesuai daerah asal dan budaya yang dianutnya. Sebagai orang Jawa, saya pun berbicara dengan logat medok. Tak jauh berbeda seperti orang Jawa pada umumnya.
Namun saat bersiaran, hendaknya logat tersebut diminimalisir, bahkan dihilangkan (kecuali kalau radio tempatnya bernaung memiliki segmen kedaerahan) agar lebih enak didengar. Bukankah pendengar radio memiliki latar belakang yang berbeda?
Ketiga, melatih pernafasan dan olah vokal
Latihan pernafasan tidak hanya dibutuhkan para penyanyi maupun anggota paduan suara, tetapi juga calon penyiar. Dengan cara bernafas yang benar dan tepat, seseorang dapat mengelola produksi suaranya, sesuai kebutuhan. Sebut saja, pernafasan perut dan dada tentu saja berbeda.
Keempat, praktik
Tibalah saatnya mempraktikkan teori-teori yang diajarkan. Siapkan skrip yang sudah ditulis tadi (namun pastikan bahwa naskah tersebut merupakan karya sendiri atau sudah diedit ulang), simpan baik-baik di tangan dan cobalah untuk menuturkannya dengan membayangkan ada seseorang di hadapan Anda
Kalau masih kesulitan, letakkan foto seseorang atau mintalah orang lain untuk duduk di hadapan Anda. Lalu, coba sampaikan pesan yang tertulis dalam skrip tersebut. Gaya penyampaiannya tentu berbeda dengan membaca yang cenderung datar. Penghayatan, intonasi dan ekspresi akan sangat menolong agar pesan dapat diterima orang lain.
Meminta saran dari lawan bicara atau penyiar kawakan juga sangat direkomendasikan. Semakin banyak kritk dan saran akan sangat menolong para penyiar pemula untuk menjadi lebih baik.