Hingga September 2016, Pertamina memiliki 217 kapal sebagai armada tanker. Jumlah ini naik delapan persen dari periode September 2015 sebanyak 201 kapal.
Jenisnya pun beragam, antara lainkapal tanker berukuran kecil (small tanker I) dengan bobot mati terendah 1.470 MT hingga terbesar 3.500 MT, small tanker II dengan bobot mati 6.500 MT hingga 6.736 MT dan kapal small purpose dengan bobot mati 15.277-17.780 MT. Sementara untuk medium range, Pertamina juga memiliki kapal dengan bobot mati terendah 29.941 MT dan tertinggi 40.374 MT. Juga kapal dengan skala large range terbesar berbobot mati 107.538 yang dibuat pada 2009 dan terendah 86.964 MT. Tak hanya itu, Pertamina memiliki kapal gas carrier berukuran kecil 3.472 MT dan mid sie yang berukuran 17.400 MT.
Vianda menambahkan, pihaknya akan terus mengoptimalkan tanker yang sudah dimiliki untuk mendistribusikan produk-produk Pertamina. Dengan memiliki kapal sendiri, pihaknya menjadi lebih efisien dalam pengelolaan keuangannya karena tidak lagi perlu menyewa kapal.
"Pada saat ini yang boleh membeli elpiji 3 kg ini hanya 15,5 juta rumah tangga nantinya, tentu yang sudah kami bagi paket perdana, sebanyak 54 juta rumah tangga yang lain ini, mereka harus beli apa? Makanya kami harapkan tabung 5,5 kg itu sudah harus tersebar di mana-mana," tutur Direktur Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmadja Puja, seperti dikutip dari Kompas.
Kalau distribusi tertutup sudah dilakukan di seluruh daerah di Tanah Air, katanya, hanya  15,5 juta rumah tangga yang berhak membeli elpiji melon. Sementara ada 2,29 juta usaha mikro yang juga membutuhkannya
Sementara untuk kartu pembayaran, tukas Wiratmadja, pihaknya tengah menggandeng salah satu bank pelat merah untuk membangun dan mengoperasikan sistem pembayaran non-tunai distribusi tertutup ini.
Dengan beragam inovasi yang dilakukan Pertamina, tentu kita berharap distribusinya lancar. Dengan begitu, pekerjaan kita untuk membangun negeri ini menjadi lebih baik pun berjalan dengan baik dan dapur pun tetap ngebul aman. Semoga.
Bandung, 1 Desember 2016
Luana Yunaneva