Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mulai Kepo hingga Susah Move on Dari Kompasiana

20 November 2016   23:54 Diperbarui: 21 November 2016   00:42 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: http://bday-cake.com/wp-content/uploads/2016/02/Simple-Free-Happy-Birthday-Clip-Art-580x435.jpeg)

Jujur, pertama kali saya mengetahui Kompasiana itu sekitar tahun 2013 atau 2014. Tuntutan pekerjaan untuk selalu update berita membuat saya harus membaca banyak hal dari sumber terpercaya. Kompas.com menjadi salah satu situs online yang selalu saya kunjungi. Bahkan, ketika saya membuka browser pun, jemari sudah langsung mengetik www.kompas.com secara otomatis. Tidak hanya di komputer kantor tetapi juga laptop pribadi, hehehe.

Di tengah keasyikan membaca berita sekaligus hunting materi, tiba-tiba muncul judul tulisan yang menggelitik sehingga membuat saya tergoda untuk membukanya. Saat melihat linknya, tertera www.kompasiana.com. Ini apa ya? Satu grup dengan Kompas-kah atau promo produk? Kedua hal itulah yang terbesit di benak saya.

Semakin saya mencari tahu alias kepo, saya mulai menerka-nerka bahwa ini adalah media online dari, oleh dan untuk warga. Menarik juga! Tulisan-tulisannya pun memberikan wawasan baru, manfaat dan inspirasi tersendiri.

Namun saat itu, hati kecil saya berkata, kalau ini blog, kredibilitasnya belum tentu bisa dipertanggungjawabkan donk. Kalaupun ada sumber yang dicantumkan, ah mungkin penulisnya sekadar menerjemahkan dan menambahkannya dengan opini. Keraguan itu muncul karena maraknya media abal-abal dan wartawan bodrek. Alhasil, saya tidak pernah menggunakan Kompasiana sebagai sumber rujukan berita. Tetapi kalau untuk bacaan, okelah, boleh.

Seiring berjalannya waktu, saya amati, tulisan-tulisan di Kompasiana kok semakin menarik ya. Saya juga mulai menghafal, ada nama Pak Tjiptadinata Effendy (begitulah saya menyebutnya saat itu) yang kerap membuat tulisan inspiratif. Saya pun mulai “berlangganan” membaca wejangan pria yang akrab disapa Opa Tjip itu.

Tak cukup sampai di situ, saya mencoba untuk mendaftar pada 25 Mei 2015. Tidak ada alasan khusus. Iseng aja membuat akun. Anehnya, saya langsung menggunakan nama asli sebagai identitas diri.

Waktu berjalan, Kompasiana mau mengadakan Kompasianival 2015. Saya pun berpikir, ini acara apa ya, di mana, kegiatannya ngapain aja. Sempat terpikir untuk mencoba hadir atau apply sebagai host-nya. Tetapi hati kecil saya mengingatkan, “Emang siapa kamu, Lu? Kamu tahu, Kompasiana itu apa? Kalau berangkat ke sana, emang kamu punya kenalan? Nggak lucu kan kalau bengong sendirian di sana dan nggak punya teman? Menulis di Kompasiana aja nggak pernah, masa langsung apply jadi host-nya?”

Ah benar juga ya. Lagi pula, saya harus masuk kerja hari Sabtu. Sudah jelas, saya tidak bisa menghadirinya. Tapi saya berniat untuk mengetahui apa itu Kompasianival. Caranya sudah jelas, pastinya saya akan tetap kepo! Hihihi...

Membaca cerita para Kompasianers seputar Kompasianival 2015 membuat saya membayangkan, betapa serunya acara ini. Mereka semua kopi darat (kopdar) bersama orang-orang yang selama ini hanya diketahui tulisannya. Anehnya, mereka bisa langsung nge-blend begitu saja, seolah tanpa tendensi apapun. Apa yang membuat ikatannya begitu kuat?

Jelang Natal 2015, Tulisan Perdana Pun Dipublikasikan

Saya berpikir, jawaban atas pertanyaan itu tidak mungkin bisa saya ketahui kalau saya belum terjun di dalamnya. Akhirnya, saya memutuskan untuk menulis karya perdana di Kompasiana. Karya perdana yang berjudul Natal di Hatiku itu saya ikut sertakan dalam kompetisi menulis Lomba Puisi Natal (Pustal) yang diadakan Fiksiana Community. Saya ingat betul, tulisan tersebut saya post di dalam kereta api. Apa lagi kalau bukan sewaktu saya mudik dari Bandung ke Kediri? Hehehe.

Tulisan itu tidak menang, juga tak menjadi highlight, apalagi headline. Iyalah, tulisan perdana mana mungkin langsung menjadi sorotan? Komentar dari Kompasianer pun tak ada satupun, hehehe.

Tapi tak ada masalah karena bagi saya, ini adalah pembelajaran. Ibaratnya, sebagai anggota baru, siapapun tentu harus berusaha masuk, bahkan dalam bahasa Jawa biasa disebut nyelondoh atau menghormati para senior. Saya pun mulai berkunjung ke tulisan para Kompasianer, memberikan vote dan komentar, meski belum banyak posting karya. Dari sinilah, momen terbaik saya bersama Kompasiana dimulai.

Pilihan dan Highlight adalah Rindu?

Tulisan itu tidak berlebihan untuk pemain baru seperti saya, hehehe. Saya juga tak menyangka, tulisan keenam berjudul Pendidikan Dokter Gratis Lahirkan Mentalitas "No Balik Modal" menjadi pilihan, kemudian headline beberapa jam kemudian. Dari sini, saya baru ngeh. Oh, begini ya rasanya, kalau tulisan itu diganjar pilihan dan headline? Ada perasaan senang karena tulisan itu bisa memberikan dampak. Minimal, memberikan wawasan baru untuk pembaca. Syukur-syukur kalau bermanfaat bagi mereka.

Merasakan label pilihan dan headline, ternyata menyenangkan juga! Seorang kawan sekerja sebelumnya bahkan mencolek saya di Facebook, gara-gara tulisan #BahagiaDiRumah Merantau Membuatku Semakin Mengerti Arti Keluarga yang menjadi headline dan muncul di akun Facebook Kompasiana. Saya pun rindu kalau label biru bertulisan headline itu nangkring di karya-karya selanjutnya.

Saya suka menulis di salah satu perpustakaan di Kota Bandung (dokpri)
Saya suka menulis di salah satu perpustakaan di Kota Bandung (dokpri)
Seiring berjalannya waktu, saya mulai mengerti bahwa label pilihan, highlight, nilai tertinggi dan headline itu bersifat subjektif. Tergantung selera pembaca yang menikmati dan admin yang menyeleksinya. Bisa jadi, selera kita bukanlah minat mereka. Begitu juga sebaliknya.

Namun, satu hal yang saya pelajari dari label-label tersebut. Saya menjadi lebih bersemangat untuk menulis dengan lebih baik. Tidak hanya menuangkan kreativitas, tetapi juga membagikan sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca. Semoga.

Bersyukur, Terpilih sebagai Host Kompasianival 2016

Bergabung pada Mei 2015, menulis pertama kali di Kompasiana pada Desember tahun yang sama, kemudian mulai sering menulis di kanal itu tahun 2016 membuat saya tak menyangka terpilih sebagai salah satu host Kompasianival 2016. Kalau bukan karena kebaikan dan berkat Tuhan, tidak mungkin saya bisa mewujudkan salah satu impian untuk berbicara di hadapan banyak orang dengan tampilan seutuhnya. Maklum, biasanya kalau penyiar radio kan hanya suaranya yang muncul ke permukaan alias udara, tak peduli bagaimana pun penampilannya.

Kalau tadinya saya berniat menghadiri Kompasianival 2016 karena ingin bertemu para Kompasianers yang selama ini hanya bisa saya baca, vote dan komentari tulisannya, namun Tuhan memberikan kesempatan kepada saya untuk membawakan dua sesi, yakni seminar “Berbagi Inovasi” bersama CEO Indonesia Medika, Bapak dr. Gamal Albinsaid dan Senior Manager Aspek Komunikasi Konsumen PT. Bank Central Asia (BCA), Tbk, Bapak I Ketut Alam Wangsawijaya, serta Mini Talk Show bersama perwakilan Yayasan Maramowe Weiku Komorowe yang merupakan mitra PT. Freeport Indonesia, Lulu Intarti. Semangat dan sukacita sepanjang acara tersebut bisa saya rasakan dan syukuri tentu tidak lepas dari peran keluarga dan tentu saja Kompasianers. Cerita selengkapnya, sudah saya publikasikan di artikel sebelumnya. Semoga saya masih dipercaya menjadi host Kompasianival untuk tahun-tahun berikutnya, amin...

Sesi Berbagi Inovasi dalam Kompasianival 2016 (dokpri)
Sesi Berbagi Inovasi dalam Kompasianival 2016 (dokpri)
Saya sampai terharu, ucapan selamat maupun sampai betemu di ajang kopdar penulis nasional itu mengalir dari Kompasianers, baik melalui komentar maupun sosial media. Padahal kami belum bertemu. Ketika kami bersua pada 8 November 2016, rasanya seperti sudah lama mengenal dan lama tak jumpa. Rindu. Sejujurnya, kerinduan itu juga masih mengendap ketika belum jua bertegur sapa dengan Kompasianers yang berhalangan hadir di Gedung Smesco, Jakarta itu. Saya masih berharap, bisa bertegur sapa langsung dengan mereka suatu saat nanti.

New Day Has Come

Mengutip salah satu judul lagu penyanyi Celine Dion tersebut, saya merenungkan bahwa Kompasianival bukanlah akhir, melainkan awal segalanya. Tak cukup tahu, “Oh ini ya penulis A, B, C sampai Z?” (saya tidak mengenal seluruh Kompasianers, maklum belum ada setahun aktif di sini, hehehe), tetapi bagaimana interaksi selanjutnya bisa terjalin dengan akrab. Hubungan pertemanan yang karib pun terjalin tidak hanya dengan sesama Kompasianers, tetapi juga admin.

Memasuki 8 tahun Kompasiana, banyak hal positif yang bisa saya dapatkan, meski saya baru bergabung sekitar setahun. Tak hanya pengalaman menulis dan menjadi host, tetapi juga mengenalkan pada sebuah komunitas yang memiliki energi positif. Mereka yang menulis secara konsisten di sini tentu bukan orang yang sembarangan. Meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk menulis, tentu tidak mudah. Apalagi Kompasianers berasal dari berbagai latar belakang, profesi, usia dan sebagainya.

Berawal dari tulisan di Kompasiana, saya bertemu banyak sahabat. Mereka yang memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan, bahkan tanpa disadari. Mereka yang memberikan warna sehingga hari terasa sepi kalau tidak membuka K barang sedetik pun. Terima kasih untuk setiap momen yang berkesan, Kompasiana.

Kebersamaan bersama Kompasianers saat Kompasiana Nangkring di Bandung, 19 November 2016 (foto: Yakob Arfin)
Kebersamaan bersama Kompasianers saat Kompasiana Nangkring di Bandung, 19 November 2016 (foto: Yakob Arfin)
Rasanya susah move on dari Kompasiana! Sesibuk apapun aktivitas seharian, minimal saya pasti menyempatkan diri untuk membuka website-nya dan mengecek tulisan para Kompasiners yang sedang tren. Sebisa mungkin, mencolek mereka. Bahkan saat Kompasiana error, kunjungan masih terus saya lakukan karena "hampa terasa hidupku tanpa dirimu" (sambil nyanyi lagunya Ari Lasso, hihihi). Ya iyalah, Luana dan Kompasiana, gitu. Namanya aja mirip, siapa tahu kita berjodoh? #ehhh

Okay, daripada malah gagal fokus jadi karaokean atau malah karokowe (terjemahan dari bahasa Jawa yang artinya bersamamu), langsung aja deh!

ilustrasi (sumber: http://bday-cake.com/wp-content/uploads/2016/02/Simple-Free-Happy-Birthday-Clip-Art-580x435.jpeg)
ilustrasi (sumber: http://bday-cake.com/wp-content/uploads/2016/02/Simple-Free-Happy-Birthday-Clip-Art-580x435.jpeg)
Selamat ulang tahun ke-8, Kompasiana! Teruslah menjadi berkat bagi banyak orang, terutama bangsa Indonesia, melalui para Kompasianers dan tulisannya yang menginspirasi yaaaa! Sukses selalu buat Kompasiana dan Kompasianers...

Bandung, 20 November 2016

Luana Yunaneva

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun