Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Professional Hypnotherapist & Trainer BNSP email: Luanayunaneva@gmail.com youtube: www.youtube.com/@luanayunaneva

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

(Review Film) Doctor Strange: Tak Hanya Tawarkan Sensasi Berbeda, Tapi Juga Filosofi Kehidupan

29 Oktober 2016   15:31 Diperbarui: 29 Oktober 2016   22:52 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Doctor Strange (sumber: http://www.quirkybyte.com/wp-content/uploads/2016/04/doctor_strange_2016-HD.jpg)

Minggu ini para pecinta film dihebohkan dengan hadirnya Doctor Strange di bioskop kesayangan. Saya juga berkesempatan untuk menontonnya bersama teman-teman, Kamis 27 Oktober 2016 lalu di XXI Bandung Trade Center (BTC), Pasteur, Bandung. Dan untung saja, kawasan yang beberapa hari lalu sempat banjir ini sudah tidak lagi tergenang air, jadi kami bisa nonton film dengan tenang, hehehe.

Berbeda dengan film-film superhero sebelumnya yang cenderung mengedepankan teknologi, kali ini Marvel Studios menghadirkan sosok dan sudut pandang yang lain daripada yang lain. Sosok tersebut bernama Doctor Strange, seperti judul film yang disutradarai oleh Scott Derrickson. Ia memiliki kekuatan istimewa yakni sihir.

Kekuatan magis ini tadinya sama sekali tak pernah terbesit di pikiran pria yang bernama Stephen Strange ini. Dokter ahli bedah yang sudah memiliki nama dan banyak pengalaman itu sangat mengandalkan logika dalam pengambilan keputusan. Bahkan, operasi-operasi yang dianggap dokter lain mustahil, dapat dilakukannya dengan mudah. Tidak heran, kalau Strange bergelimang harta, seiring kepiawaiannya melakukan operasi kepada banyak pasien. Tentu, hal ini berdampak pada kondisi psikologisnya. Ia menjadi pribadi yang sangat sombong.

Hingga akhirnya, kecelakaan mobil yang sangat parah menghentikan kariernya. Setelah menjalani operasi selama 11 jam, kedua tangannya tak mampu lagi bergerak secara normal, seperti sebelumnya. Apalagi untuk melakukan operasi. Segala cara telah dilakukannya untuk pulih kembali, namun gagal. Hingga akhirnya ia mendapatkan jawaban untuk pemulihannya, yakni pergi ke Kamar Taj, Nepal dan bertemu The Ancient One. 

Keberangkatan Doctor Strange ke Kamar Taj tidak mudah. Ia menggunakan uang yang tersisa, mengandalkan keberanian untuk pergi ke tempat yang masih asing dan menghadapi todongan beberapa orang di kawasan tersebut. Bahkan ia sempat ditolak karena kesombongannya yang tidak mempercayai dunia metafisika. Beruntung, setelah memohon dan menanti, akhirnya The Ancient One memberikan kesempatan kedua.

Pada scene inilah, Doctor Strange mulai mempercayai metafisika (sumber: http://static.srcdn.com/wp-content/uploads/doctor-strange-movie-tilda-swinton-benedict-cumberbatch.jpg)
Pada scene inilah, Doctor Strange mulai mempercayai metafisika (sumber: http://static.srcdn.com/wp-content/uploads/doctor-strange-movie-tilda-swinton-benedict-cumberbatch.jpg)
Di sinilah, Doctor Strange mempelajari dunia baru. Tentu, metafisika sangat berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan logika yang dipelajarinya selama ini. Banyak buku dibacanya dengan cepat. Setelah ditempa cukup lama, ternyata ia memang memiliki bakat sebagai penyihir.

Namun, kondisi tidak semudah itu karena murid The Ancient One sebelumnya yang membelot, Kaecilius, mempraktikkan mantera terlarang dan memanggil kekuatan gelap. Kondisi ini membuat Doctor Strange harus terlibat dalam pertarungan sengit berkekuatan mistis.

Dunia berbeda yang ditawarkan Marvel Studios melalui film Doctor Strange ini menggambarkan dimensi lain, termasuk kemampuan mistis dan sihir di bumi. Kelihatan mengandung khayalan memang tetapi memberikan pengalaman tersendiri bagi penikmat film.

Gambaran lain yang ditunjukkan adalah dimensi lain yang bisa bergerak ketika dunia yang sebenarnya tengah beraktivitas. Ya, efek visual inilah yang menjadi daya tarik dan membuka peluang film ini masuk nominasi Piala Oscar untuk visual effect-nya. Lihat saja,  ketika seluruh warga kota New York sedang beraktivitas di jalanan, para penyihir malah berkejaran di alam cermin, yaitu dunia yang sama dengan warga New York namun tak terlihat. Gedung, jalanan dan seisi kota bisa tampak bengkok dan patah sesuka hatinya. Efek visual ini bahkan sempat membuat saya dan teman-teman yang menonton memiringkan kepala untuk menikmati film ini. Bahkan teman saya jadi agak pusing ketika meninggalkan bioskop.

Pernahkah Anda membayangkan ada sejumlah superhero berkejaran di tengah kota yang padat? (sumber: https://www.comicbookmovie.com/doctor_strange/update-get-your-best-look-at-doctor-strange-baron-mordo-in-magical-a132964)
Pernahkah Anda membayangkan ada sejumlah superhero berkejaran di tengah kota yang padat? (sumber: https://www.comicbookmovie.com/doctor_strange/update-get-your-best-look-at-doctor-strange-baron-mordo-in-magical-a132964)
Meski menampilkan sesuatu yang berbeda, bukan berarti film ini serius mulai awal hingga akhir. Justru di sela-sela, Marvel menyelipkan humor yang menjadi bumbu penyedap film berdurasi 115 menit ini.

 

Menurut saya, ada hal-hal menarik yang bisa dipetik dari film Doctor Strange.

Pertama, sebagai manusia, kita diingatkan untuk tidak menjadi sombong.

Seberapa besar kemampuan, kepintaran dan kekayaan yang dimiliki, itu semua merupakan titipan Tuhan yang bersifat sementara. Setiap saat Tuhan bisa mengambilnya dari kita.

Lihat saja, setelah Doctor Strange mengalami kecelakaan, ia pun tidak dapat melakukan operasi seperti dulu. Terlebih lagi mengoperasi diri sendiri dan meminta dokter lain mengoperasi dirinya. Padahal awalnya, ia sangat optimis bahkan menurut saya cukup menggampangkan operasi yang dianggap sulit dan beresiko oleh dokter-dokter lain.

Kedua, ketika hidup tak berjalan sesuai apa yang kita inginkan, kita harus bisa menerima kenyataan dan menjalaninya saja.

Kedengarannya mudah, tetapi praktiknya tidak juga. Berdamai dengan diri sendiri dan keadaan memang perlu dilakukan agar hidup yang sudah sulit ini tidak menjadi semakin pelik. Yang bisa dilakukan adalah menerima keadaan dengan lapang dada dan menjalaninya.

Bersyukur juga perlu karena bisa jadi ada orang lain yang mengalami keadaan yang jauh lebih berat daripada apa yang tengah kita alami. Life must go on! Jalani dan lakukan apa yang bisa dilakukan. Itu akan jauh lebih bermanfaat.

Ketiga, untuk menolong banyak orang, terkadang kita harus mengorbankan diri sendiri.

Doctor Strange menyadari, kekuatannya belum penuh dan ada banyak hal yang harus dipelajarinya. Namun di sisi lain, bumi membutuhkan bantuannya. Kuil di London sudah dikuasai lawan, kuil di New York sudah beberapa kali diteror dan sebentar lagi kuil di Hongkong pasti akan diserang. Untuk itu, ia harus bergerak cepat, yakni bekerja sama dengan tim. Bahkan ia tak segan untuk bernegosiasi dengan Dormammu, penguasa kegelapan.

Wow, inisiatif pribadi menemui Dormammu tentu memiliki risiko tinggi. Bertemu sebelumnya pun belum pernah. Nyawa Doctor Strange pun bisa terancam. Namun, ia tak peduli. Bagaimana pun caranya, yang penting orang-orang di bumi selamat, pikirnya.

Doctor Strange(sumber:http://cdn1-a.production.images.static6.com/1voNmhvxSAGU74OZQWD16sieql4=/640x355/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1097244/original/034146400_1451442370-doctor-Mystical-Strange-005-EW-1.jpg)
Doctor Strange(sumber:http://cdn1-a.production.images.static6.com/1voNmhvxSAGU74OZQWD16sieql4=/640x355/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1097244/original/034146400_1451442370-doctor-Mystical-Strange-005-EW-1.jpg)
Oya, berhubung sudah ada keterangan 17+, disarankan untuk tidak mengajak anak-anak dan remaja untuk menonton film ini. Lantaran, film Doctor Strange mengandung unsur sihir yang bisa menyesatkan pemahaman mereka. 

Sebagai penutup, Doctor Strange cocok bagi penikmat film. Bagi saya, nonton film ini tidak hanya menjadi hiburan untuk melepaskan penat sepulang kerja bareng teman-teman tetapi juga memberikan inspirasi tersendiri untuk pengembangan diri yang lebih baik.

Jadi, kamu mau nonton film ini sama siapa?

 

Bandung, 29 Oktober 2016

Luana Yunaneva

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan untuk Kompasiana

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun