Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya berjudul Grégory Lemarchal, Penyanyi Perancis dengan Suara Malaikat (1). Kalau sebelumnya saya telah menuliskan selintas profil mendiang penyanyi muda berbakat asal Prancis, Grégory Lemarchal, kali ini saya ingin menuliskan mengenai apa yang terjadi setelah pemuda yang meninggal di usia 23 tahun itu tiada.
Kepergian Grégory ternyata menyadarkan banyak orang terutama keluarganya, mengenai pentingnya memerangi penyakit cystic fibrosis (dalam bahasa Indonesia dikenal dengan fibrosis kistik) yang menjangkitinya. Untuk itu kedua orang tuanya, Pierre dan Laurence, juga adiknya Leslie mendirikan L'Association Grégory Lemarchal (AGL) di La Préfecture de Savoie, 7 Juni 2007. Asosiasi Grégory Lemarchal ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat perihal penyakit tersebut dan mengontrol para pasiennya ke arah yang lebih baik.
Ketika membaca pernyataan tersebut, jujur, hati saya sebagai pembaca dan fans barunya merasa trenyuh dan terharu. Kok ada ya orang yang berpikir demikian? Mungkin mereka tidak ingin orang lain merasakan apa yang mereka rasakan.
Kehilangan buah hati yang berbakat saat berada di puncak karirnya, tentu ini sangat tidak mengenakkan. Saat sedang berbahagia, malah kehilangan (ehhh). Namun, hal inilah yang justru mendorong Keluarga Lemarchal semakin tergerak menolong orang lain, terutama para penderita fibrosis kistik. Salah satu semangat yang dilontarkan ibu Gregory, Laurence adalah mari kita semua bermimpi untuk melangkah lebih jauh.
Dalam newsletter yang diterbitkan AGL, Respire nomor 8 yang terbit pada Agustus 2016, ayah Grégory, Pierre Lemarchal menuliskan bahwa ia masih terngiang-ngiang suara putranya di pusat kongres d’Aix-les-Bains, 1 Mei 2016. Saat itu, Grégory memutuskan untuk menutup acara dengan menyanyikan sebuah akapela dari penyanyi asal Prancis, Jacques Brel yang berjudul “La Quête” (Pencarian). Berikut sedikit potongan lirik lagu tersebut yang saya coba terjemahkan, meski sebenarnya agak rumit juga menerjemahkannya ke bahasa Indonesia, hehehe.
“Mencoba tanpa kekuatan dan tanpa baju besi, mencapai bintang terjangkau. Dan selalu berjuanglah tanpa pertanyaan dan istirahat.”
Pierre mengajak para pembaca Respire untuk tidak mendengarkan orang lain yang memberikan pecundang. Ia justru mengajak orang-orang untuk terus bermimpi, bahkan mimpi yang tidak mungkin, juga memperjuangkannya tanpa banyak “tapi”, entah itu pertanyaan maupun sekadar beristirahat.
Hal itulah menjadi mimpi Grégory, yang lahir di La Tronche, Paris, 13 Mei 1983. Hidup sehat, menikmatinya setiap saat, meski terkadang hidup juga mengandung keinginan dan (ada kalanya) kemarahan.
Keluarga Lemarchal juga bermimpi, kelak akan ditemukan obat yang lebih baik untuk “penyakit sialan” ini, disebutnya. Untuk itu, pihaknya berusaha merespon para keluarga penderita fibrosis kistik dengan cepat dan efektif, termasuk dengan tak lelah memberikan edukasi tentang penyakit ini dan pentingnya donor organ. Ia pun tak bisa menjalankannya sendiri, tetapi juga berkat dedikasi 350 relawan yang tersebar di Prancis."
Berikut adalah salah satu lagu Grégory Lemarshal yang menceritakan tentang mimpinya, yang coba saya buat cover untuk mengapresiasinya, sekaligus menutup artikel ini. Salam :)
Versi lengkap tulisan tentang Grégory Lemarchal:
Grégory Lemarchal, Penyanyi Perancis dengan Suara Malaikat (1)
Grégory Lemarchal, Ketiadaan Penyanyi Muda ini Justru Berdampak (2)
Grégory Lemarchal: Lagu-Lagunya Menginspirasi, Meski Idap Penyakit Genetik (3)
Bandung, 23 Oktober 2016
Luana Yunaneva
Pertama kali dipublikasikan untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H