Kedua, kontrol hidup bermasyarakat semakin terbatas. Tatkala hidup di tengah banyak orang, tak dapat dipungkiri bahwa seseorang akan lebih banyak fokus pada dirinya sendiri dan kebutuhannya, beserta keluarga. Akibatnya, tidak menutup kemungkinan mereka akan mengusahakan segala cara untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat dirinya. Tidak ada masalah jika usaha tersebut dilakukan dengan cara yang halal. Namun bagaimana jika prosesnya dilaksanakan dengan tindakan kriminal?
Tentu, bukanlah hal yang mudah untuk menerima ekspektasi yang tinggi menjadi realita yang dekat dengan kehidupan kita. Nyatanya, masih banyak pengangguran, masih banyak ditemui generasi muda yang enggan meningkatkan kualitas diri, masih ada yang lebih senang berpangku tangan di rumah tanpa bekerja. Untuk dapat meraih “idealnya”, tentu memerlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Menurut saya, bonus demografi bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan. Sebab, individulah yang seharusnya dipersiapkan dulu. Lebih cepat, lebih baik. Caranya, dengan kesadaran diri berusaha meningkatkan kualitas dirinya, baik dari segi pendidikan maupun keterampilan. Ini dikarenakan persaingan akan semakin ketat pada masa mendatang. Jika persiapan tidak dilakukan dengan baik, diri sendirilah yang akan kalah dari orang lain yang jumlahnya meningkat terus setiap harinya. Jadi, bagi Anda yang masih berusia produktif dan berjiwa muda, tetaplah semangat! Bangun asamu demi bangsa ini!
Bandung, 21 September 2016
Luana Yunaneva
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H