Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Komunikasi dan Keterbukaan, Kunci #BahagiaDiRumah

27 Mei 2016   18:42 Diperbarui: 27 Mei 2016   18:47 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini, cuaca di Kota Bandung semakin terasa panas. Banyak teman mengeluhkan suhu yang cukup tinggi sehingga membuat tubuh gerah. Bahkan pada malam hari sekalipun. Beberapa warga asli yang saya kenal sempat bercerita kalau kota kembang kini sudah tidak sedingin beberapa tahun lalu.

Saya memang bukan warga asli bumi Parahyangan. Sebagai gadis kelahiran Kediri, salah satu kota kecil di Jawa Timur, saya sudah terbiasa tinggal di daerah yang cukup panas. Jadi tidak heran kalau saya masih sering merasa kedinginan saat berada di dataran tinggi seperti Kota Bandung.

Ketika pulang ke kampung halaman dan bertemu keluarga, ada suasana berbeda yang saya rasakan. Pada tengah hari, hawa di luar sangat panas. Dan kondisi tersebut berlangsung setiap hari. Siapa pun yang beraktivitas outdoor pasti akan berkeringat dan mengeluhkan mentari yang bersinar dengan teriknya, termasuk saya.

Namun keanehan terjadi tatkala saya masuk ke dalam rumah. Panasnya cuaca di luar sama sekali tidak terasa. Padahal rumah kedua orang tua saya menghadap ke barat. Sudah bisa dibayangkan, potensi panas yang kemungkinan mengenai rumah kami.Namun ternyata, sebaliknya. Saya justru merasakan hawa yang sejuk. Asal tahu saja, rumah kami tidak memasang air conditioner (AC). Di saat yang sama, tidak ada anggota keluarga yang menyalakan kipas angin. Lalu dari manakah kesejukan itu datang?

“Sepanas apapun keadaan di luar, kamu akan tetap merasa dingin di dalam rumah ini,” Papa menjawab pertanyaan saya ketika kami sekeluarga sedang bersantai di dalam rumah.

“Kenapa bisa begitu, Pa?” saya penasaran.

“Coba kamu ingat-ingat, apakah Papa pernah marah besar kepada Mama, kamu, dan adik? Pernahkah Papa dan Mama bertengkar hebat, lalu membuat kamu dan adik menangis?” Papa balik bertanya, sementara Mama senyum-senyum sendiri di sebelahnya.

“Nggak. Kalau pun marah, biasa aja.”

“Iya, jika Papa dan Mama marah, pasti ada penyebabnya.Pasti ada yang disampaikan bersama-sama. Durasinya pun tidak akan lama. Begitu kami menasehati, urusan selesai ya selesai. Kita bisa mengobrol dan bercanda lagi.” Saya pun mengangguk sambil berpikir.

“Memang ada pengaruhnya ke rumah? Kan kalau cuaca panas, seharusnya gerah di mana-mana.”

“Lha kamu merasa panas nggak saat berada di dalam rumah?” tanya Papa balik.

“Nggak.”

“Keluaga pasti akan memberi dampak pada suasana #BahagiaDiRumah atau tidak. Kalau orang tua sering bertengkar dan anak-anak tidak ada yang menurut, suasana di rumah pasti akan panas. Semuanya tidak akan betah berlama-lama di rumah. Yang ada, rumah kosong. Sang ayah memilih lembur di kantor, ibunya memilih hang out bersama teman-teman, lalu anak-anaknya main sendiri. Tidak terkontrol,” paparnya. “Begitu kumpul di rumah, suasana langsung kaku karena merasa tidak nyaman berkomunikasi.”Perlahan, saya mulai mengerti maksud Papa.

Tulisan ini tidak bermaksud menggurui karena saya sendiri masih berstatus sebagai anak perempuan Papa dan Mama yang belum menikah. Untuk saat ini, maksudnya, hehe. Namun pengalaman yang saya bagikan ini memang terjadi di tengah keluarga kami.

#BahagiaDiRumah kami adalah ketika orang tua dan anak-anak bisa saling terbuka karena adanya komunikasi dengan baik. Sangat baik malah, menurut saya. Kalau beberapa teman mengaku enggan bercerita banyak kepada orang tuanya, saya dan adik justru sebaliknya. Saking terbukanya, kami malah curhat kepada Papa dan Mama. Jadi tidak heran, kalau mereka mengetahui siapa saja teman kami sejak duduk di bangku taman kanak-kanak (TK) sampai meja kerja, apa saja masalah yang pernah kami alami, mengapa hal tertentu bisa terjadi dan bagaimana kami menyelesaikan persoalan tersebut.

Kedekatan saya dan adik (dokumentasi pribadi)
Kedekatan saya dan adik (dokumentasi pribadi)
Memiliki kedua orang tua yang bisa menjadi sahabat, tentu membuat kami merasa bersyukur. Tidak semua orang bisa merasakan pengalaman luar biasa ini. Meski begitu, mereka tetap menjalankan perannya sebagai orang tua yang mendidik kami dalam banyak hal sejak usia dini. Ketika saya dan adik melakukan kesalahan, sudah menjadi kewajiban kalau orang tua menegur. Terkadang juga marah, bila perlu. Namun sesudahnya, kondisi pun cair. Bila perlu, sesi curhat pun dibuka lagi, termasuk wefie seperti foto di bawah ini, hehehe.

Saya dan Mama melakukan wefie (dokumentasi pribadi)
Saya dan Mama melakukan wefie (dokumentasi pribadi)
Di kesempatan yang baik ini, saya mengucapkan selamat Happy #Novaversary ke-28. Semakin sukses dan mampu menyajikan tulisan-tulisan berkualitas untuk pembacanya.

Curhat sedikit ya. Saya ingat betul kalau Mama berlangganan Tabloid Nova sejak saya masih kecil. Jujur, saya tidak mengetahui rubrik apa yang paling Mama favoritkan. Namun saya sering memergoki Mama yang gemar membuat kliping masakan dari Tabloid Nova. Aneka sajian yang tampak menggiurkan itu ditempelkannya di sebuah buku berukuran kertas folio. Bukunya ada di rumah. Saya yakin, itu baru satu hal yang beliau terapkan agar kami berempat menjadi keluarga kecil yang merasakan #BahagiaDiRumah. Terima kasih, Mama. Terima kasih, Tabloid Nova.

Bandung, 27 Mei 2016

Luana Yunaneva

480x60-novaversery-57049fa9f69273da05d50369-5748318566afbde513b6ce3d.jpg
480x60-novaversery-57049fa9f69273da05d50369-5748318566afbde513b6ce3d.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun