Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[My Diary] Nostalgia di Awal Bulan

11 April 2016   21:34 Diperbarui: 13 April 2016   23:48 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Event My Diary (sumber: Kompasiana)"][/caption]Dear, Diary

Hari ini senyumku terasa merekah layaknya bunga yang sedang bermekaran. Mahkotanya berwarna merah muda, tampak cantik merona tanpa harus menggunakan pemulas pipi. Yeah, apa lagi kalau bukan karena awal bulan? Bahagia ini bukan karena tanggal itu merupakan peringatan spesial bagiku. Bukan.

Layaknya pekerja lainnya, awal bulan adalah saat-saat yang sangat dinanti karyawan. Sudah tahulah, Dear, ini kan saatnya gajian. Maklum, saat ini aku tengah berstatus karyawan yang mengumpulkan lembar demi lembar Rupiah untuk makan, minum, dan tabungan, sisanya untuk beli berlian (seperti lirik lagu aja ya, hehehe). Mungkin nanti, ada saatnya aku akan memiliki usaha mandiri di mana aku akan mempekerjakan orang lain. Mungkin saat ini, memang Tuhan menginginkanku bekerja di perusahaan lain untuk mempelajari banyak hal, mulai pekerjaan hingga karakter orang. Ya, kurasa ini sangat penting sebagai bekal di masa mendatang.

Saat ini, aku cukup bersyukur dengan apa yang kumiliki. Aku bisa mandiri, tidak lagi merepotkan kedua orang tuaku untuk hidup, makan, minum, dan jajan. Sekitar empat tahun bekerja jauh dari keluarga menuntutku keluar dari zona nyaman. Kalau dulu pas sekolah nggak bisa mencuci baju, menyetrika kemeja dengan rapi, dan memasak, kini aku harus melakukan semuanya sendiri. Catat ya, sendiri!

Dulu kalau mau makan, tinggal ke meja makan atau dapur, lihat masakan yang ada. Kalau sepertinya enak atau lauknya cocok, bisa langsung makan. Itu pun kadang masih minta tolong Mama menyiapkannya. Sekarang kalau lapar, harus ke depot atau warung terdekat yang buka. Kebersihan belum tentu terjamin, soal rasa pun belum tentu cocok. Kalau mau makan menu yang sehat, bersih, dan irit pastinya, ya harus memasak sendiri. Tapi dari sini, ketika aku memaksakan diri untuk memasak sendiri, aku pun menyadari kemampuan diri. Ternyata aku bisa memasak dengan rasa yang mirip masakan Mama. Aku tak pernah menyangka bisa melakukan hal ini. Setidaknya menu masakan rumah dengan rasa yang mirip buatan Mama bisa mengobati kerinduanku pada keluarga tercinta. Selain itu, makan masakan sendiri memberikan kepuasan dalam hati meski harus dengan lelah mengolahnya.

Setrika. Oh, ini adalah pekerjaan rumah tangga yang tidak kusukai karena membuat badan gerah dan lelah, hehe. Menyetrika sangat berbeda dengan mencuci yang terasa sangat menyenangkan karena berkutat dengan air yang segar. Nggak jauh berbeda dengan bermain air rasanya. Tapi menyetrika nggak lagi jadi kegiatan yang menyebalkan asal dilakukan sambil menonton film di televisi atau laptop. Bisa juga dikerjakan sembari menelepon Mama atau teman-teman lama. Lumayan kan, kalau bisa mengobrol dengan asyik, sementara setrikaan nggak lagi menggunung seperti Segara Anakan, hehehe.

Terlepas dari suka-duka di atas, aku tetap mensyukuri semuanya itu karena hal-hal tidak mengenakkan itulah yang membuatku semakin dewasa. Anggap aja latihan berumah tangga, ya kan, Dear? Kalau tidak dimulai dari sekarang, mau kapan lagi? Besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan? Keburu umur semakin bertambah donk!

Toh kalau nanti sudah menikah, semuanya dirasakan dan dikerjakan berdua. Antara suami dan istri, ya kan? Kecuali kalau ada rezeki lebih, baru bisa menggunakan jasa asisten rumah tangga (ART). Tapi alangkah baiknya kalau dikerjakan semuanya anggota keluarga (kecil) kan? Dengan pembagian tugas, selain lebih hemat, tentu hal ini akan melatih kerjasama dan meningkatkan keakraban, sekaligus menjadi ajang pembelajaran untuk anak di masa mendatang.

Ah sudah dulu, Dear, koq mulai bahas anak. Kejauhan kayaknya pembahasannya. Calon suami mana calon suami? Hehehe.. 

 

... Lanjutan diary

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun