Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pendidikan Dokter Gratis Lahirkan Mentalitas “No Balik Modal”

28 Januari 2016   10:36 Diperbarui: 28 Januari 2016   19:17 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran ketika sedang melakukan praktikum"][/caption]Pendidikan dokter termasuk salah satu jurusan ‘mahal’ di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Ayah saya yang dulunya ingin mengambil jurusan ini sebagai pilihan hidup, terpaksa mengubur dalam-dalam impiannya karena tingginya biaya pendidikan. Begitu juga di masa saya beberapa tahun yang lalu, jurusan tersebut masih juga menguras kantong. Beruntung, panggilan saya bukan menjadi dokter maupun tenaga kesehatan sehingga saya tidak perlu merengek-rengek kepada orang tua untuk memasuki bidang ini.

Lain dulu, lain sekarang. Strata Satu (S1) Pendidikan Dokter dan Pendidikan Dokter Spesialis bisa ditempuh secara gratis di Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung mulai Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) tahun akademik 2016/2017. Mengutip www.unpad.ac.id, kebijakan tersebut untuk memenuhi kebutuhan tenaga dokter dan dokter spesialis di berbagai daerah, khususnya di Jawa Barat (Jabar)

Rektor Unpad, Prof. Dr. med. Tri Hanggono Achmad mengatakan, jumlah tenaga dokter dan dokter spesialis di Jawa Barat tidak merata lantaran kebanyakan mereka masih terpusat di kota-kota besar. Untuk itu, Unpad berkomitmen membantu pendistribusian tenaga-tenaga tersebut ke seluruh daerah di Jabar. Sekalipun ia juga tidak menutup kemungkinan adanya permintaan dari daerah lain di Indonesia.

Dalam jupa pers yang digelar di Jalan Dipati Ukur 35, Bandung, Senin 25 Januari 2016, ia menuturkan, Fakultas Kedokteran (FK) Unpad akan menerima 250 calon mahasiswa baru (maba) pada tahun akademik 2016/2017. Rinciannya 125 orang dari jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (BNMPTN) dan 125 orang dari jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Nantinya mereka berhak menerima beasiswa yang dikeluarkan pemerintah daerah (pemda) dari 27 kota/kabupaten di Jabar maupun berbagai pihak, termasuk swasta.

Meski berhak atas pendidikan gratis, FK Unpad menetapkan perjanjian antara calon mahasiswa dan kampus. Isinya, mewajibkan para dokter mengabdi di wilayah atau instansi yang ditetapkan, sesudah mereka lulus nanti. Jika tidak, rektor berwenang untuk tidak mengeluarkan ijazah yang bersangkutan.

“Unpad ingin membangun sikap kesiapan mengabdi sungguh-sungguh kepada masyarakatnya, bagi para lulusannya. Jika tidak bersedia memenuhi perjanjian itu, jangan pilih kuliah di Kedokteran Unpad. Ada banyak perguruan tinggi lain yang juga menyediakan pendidikan kedokteran,” tegas Prof. Dr. med. Tri Hanggono Achmad.

Dekan FK Unpad, Dr. Yoni Fuadah Syukriani, dr., M.Si., Sp.F., DFM., menambahkan bahwa program penggratisan biaya kuliah di fakultas yang dipimpinnya ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang benar-benar mencintai masyarakat.

Gagasan mulia kampus yang berdiri di Bandung, 11 September 1957 itu juga mendapat apresiasi salah satu alumnus FK Unpad, dr. Hendra Sulaiman. Manajer Pelayanan Medis di Santosa Hospital Bandung Kopo tersebut menilai, program tersebut sangat bagus karena semakin membuka kesempatan para pelajar yang kurang mampu untuk mempelajari bidang medis. Ia yakin, mahasiswa yang lolos merupakan mereka yang berprestasi dan mampu melalui proses seleksi yang ketat, tanpa ‘unsur’ uang.

“Lulusan dokter yang yang tidak bayar ini akan memiliki mentalitas ‘tidak usah balik modal’. Ini berbeda dengan banyak dokter yang merasa sudah bayar mahal kuliah kedokteran. Kebanyakan mereka (yang membayar mahal), biasanya ingin segera balik modal,” jelas dr. Hendra. “Akibatnya, pasien yang jadi korban harus membayar banyak.”

Pria berkacamata ini mengungkapkan, jika para calon dokter yang diterima pernah merasakan kekurangan dan kemiskinan, mereka akan lebih peduli terhadap masyarakat kecil. Pun memiliki empati yang kuat terhadap orang lain yang bernasib sama.

Mengutip Majalah Suara Baptis Edisi IV/2013, orang tua dr. Hendra tidak memiliki uang sepeser pun ketika ia masuk ke FK Unpad. Beruntung, pihak kampus memberikan kesempatan untuk mencicil biaya pendidikan selama beberapa semester. Untuk membiayainya pun, ibundanya, Watem Sulaiman bekerja keras dengan usaha tortila, roti pipih khas Meksiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun