POHON KERAMATAKHIRNYA TUMBANG
Oleh:
PAULUS LONDO
Era reformasi telahmemberikan ruang leluasa bagi setiap orang dan kelompoknya menyatakan sikap dan pendiriannya secara ekspresif. Tidak hanya di perkotaan, tapi juga di pedesaan. Tak jarang kelompok-kelompok itu berbeda sikap menghadapi sesuatu masalah, sehingga menimbulkan konflik. Tapi perbedaan sikap dan kepentingan antar kelompok juga mengundang hal yang lucu, asalkanpintar mengelolanya.
Salah satunya seperti terjadi di salah satu desa (tak usaha disebut nama desanya, sebabbanyak wargaasal desa ini jadi temanku). Bermula dari terpilihnya seorang pemuda menjadi Kepala Desa. Ia berpikiran maju, dan salah satu program yang hendakn ia jalankan adalah melebarkan jalan yang menghubungkan desa ini dengan ibukota kecamatan dan kabupaten. Ia yakin, jika akses desa dengan kota semakin lancar maka perekonomian warga desa akan lebih maju lagi.
Jadi masalah, untuk mpelebaran jalan ada dua batang pohon yang mesti ditebang. Dua pohon berukuran besaritu berada di ujung desa di lokasi yang agak sepi. Konon sudah berusia ratusan tahun, dan ditanam oleh seorang tokoh yang menjadi perintis desa itu. Oleh beberapa pemuda asal desa ini yang aktif dalam kelompok pelestari lingkungan, pohon ini juga telah dititipkan kepada warga desa agar dipelihara dan dilestarikan. Para pejabat atasan Kepala Desa (Pak Camat, Pejabat Kabupaten) juga sependapat. Karena itu jika dua pohon itu ditebang, pasti memicu protes dari banyak pihak. Kasihan Bapak Kepala Desa.Cuma lagi-lagi karena dua pohon itu, pelebaran jalan jadi terhambat.
Nah… ada dua orang pemuda desa tergolong cerdik (mereka temanku). Suatu waktu tengah malam saat warga desa sudah lelap dalam tidurnya, mereka berdua diam-diam mendatangi dua pohon itu, dan melilit batangnya dengan kain selendang wanita. Lalu di bawahnya juga ditaruh kembang tujuh rupa. Juga selembar surat (ketikan komputer) yang isinya ucapan terima kasih kepada di Eyang penunggu pohon yang telah memberi kemudahan baginya memperoleh rejeki. Tentu tak ketinggalan juga taburan kemenyan.
Semula keberadaan benda-benda itu tidak menarik perhatian banyak orang. Namun karena semakin hari semakin banyak surat ucapan terima kasih kepada si Eyang penunggu pohon maka lama-lama orang tertarik kepada dua pohon ini.Puncaknya pada tiga minggu kemudian, ketika terlihat ada beberapa puntung rokok serta pedupaan yang masih menyala, pertanda semalam sudah ada orang bersemedi di bawah pohon ini.Akibatnya, dua pohon ini menjadi selebriti di desa tersebut. Dimana-mana orang membicarakannya.
Bahkan, tak sungkan-sungkan orang mendatangi dua pohon ini membawa sesaji di siang bolong.Ini yang mengusik para aktivis keagamaan. Apalagi, dalam soal keagamaan warga desa bisa disebut cukup “fanatic” setidaknya dilihat dari adanya bangunan mesjid dan banyaknya mushalla. Dengan keras mereka mengingatkan warga agar berhenti menyembah pohon karena musyrik itu dosa. Tapi, himbauan para aktivis keagamaan seperti tidak mempan. Sebab masih banyak warga datang berdoa di bawah pohon (mungkin karena terpikat oleh isi surat ucapan terima kasih yang memgumbar keberhasilan orang siluman yang menulisnya).
Amarah para aktivis keagamaan pun memuncak.Dalam pertemuan yang digelar sesudah shalat Jumat, semua sepakat dua pohon tua berukuran besar harus ditebang. Kayunya akan dimanfaatkan untuk renovasi Balai Desa. Dengan membawa gergaji mereka mendatangi dua pohon ini, dan menjelang magrib pepohonan itu sudah tumbang.
Warga yang menebang pohon ini memang sempat dijemput polisi. Mereka dituduh telah mengganggu kelestarian lingkungan. Namun dengan pendekatan oleh Kepala Desa, kasusnya tidak sampai ke pengadilan. Beberepa bulan kemudian, media memberitakan proyek pelebaran jalan desa sudah selesai, dan pejabat Kabupaten, Pak Camat dan Pak kepala Desa hadir di bekas dua pohon itu untuk meresmikan pemakaian jalan yang sudah dilebarkan itu.
[caption id="attachment_349361" align="alignnone" width="508" caption="Paulus Londo, Pemerhati Masalah Sosial dan Lingkungan Hidup pada LS2LP/SUAR "][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H