Hidup yang berkecukupan dan bahagia adalah impian semua orang. Bisa berkumpul bersama keluarga, berbagi suka dan duka bersama sang buah hati. Itulah kehidupan semula yang pernah dirasakan oleh seorang ibu yang bernama lengkap Ratna Juwita. Hidup yang bercukupan dibawah naungan seorang suami yang bekerja sebagai PNS. Namun kehidupan yang bahagia itu lenyap ketika suami pergi meninggalkan dia dan sekeluarga untuk selama-lamanya. Kehidupan bu Ratna berubah. Beliau harus berperan ganda dalam keluarganya, yakni menjadi figur seorang ayah dan seorang ibu. Seiring berjalannya waktu, keuangan keluarga mulai jadi masalah. Anak-anak beliau mulai beranjak dewasa dan menginginkan pendidikan.
Pada tahun 2000, bu Ratna sempat bekerja di pendopo gubernur dengan gaji semula hanya 400 rupiah yang kemudian menjadi 1.400 rupiah perbulan. Ia menjalani hidup bersama anak-anaknya dengan pasrah. ”Menjadi cleaning service lebih baik daripada harus berdiri di pinggir-pinggir jalan menanti belas kasihan orang,” tutur perempuan yang berusia 50 tahun ini. Delapan tahun ia bekerja dipendopo gubernur, delapan tahun itu pula ia pulangpergi dari Bathoh ke pendopo gubernur dengan menggunakan angkutan umum. Sebelum kemudian ia diberhentikan dari pekerjaannya dengan alasan yang tidak jelas. Tetap semangat membuat ibu ini mencoba melamar kerja menjadi cleaning service di sebuah universitas swasta yang ada di Bathoh.
Dengan mengendarai sepeda, ibu lima orang anak ini, meninggalkan gubuk tua yang berdinding papan yang sudah memberi ia keteduhan selama 4 tahun menuju ke tempat kerjanya yakni di kampus Universitas Muhammadiyah Aceh. Beliau pulang tak tentu waktu, kadang pulang ketika matahari sepenggelahan bayangan dan kadang-kadang matahari mulai condong ke arah barat. Raut wajah yang kusut tergambar di kedua pipi wanita yang mulai keriput ini. Pekerjaannya sangat menguras tenaga, membersihkan gedung bertingkat tiga dengan lantai berkeramik yang tidak sedetik pun terlewatkan dari pijakan-pijakan sepatu yang kadang-kadang berlumpur. Disamping itu, bu Ratna harus membersihkan bak mandi dan wc yang didatangi oleh pengunjung yang tidak sedikit jumlahnya. Dia melakukan semua itu hanya demi mengantongi 700.000 rupiah perbulan. Di usianya yang sekarang, seharusnya beliau hanya tinggal menikmati hidupnya dengan duduk-duduk santai dirumah. Namun, ia malah mencurahkan tenaga senjanya untuk membiayai hidup.
Meskipun demikian, perempuan yang akrab disapa bu Ratna ini menjalankan tugasnya dengan penuh semangat. Karena bagaimanapun pekerjaan cleaning service itulah yang telah memberikan ia sedikit kemudahan dalam masalah keuangan semenjak suaminya pergi yang tak akan pernah kembali. Hanya pekerjaan itulah yang mampu dilakukan olehnya dan telah digelutinya selama bertahun-tahun. Setidaknya dengan hasil kerja keras, beliau telah mampu menyekolahkan putra-putrinya, walaupun hanya sampai tamat SMA. Satu hal yang sangat mengiris hati, Vina anak pertamanya sempatmenduduki bangku kuliah yang sudah sampai ke tingkat akhir (skripsi-red), tapi karena ketakberdayaan sang ibu, terpaksa kuliah tidak dapat dilanjutkan.
Perempuan yang masih mendiami tanah sewaan itu berharap setidaknya pekerjaannya dihargai seimbang dengan cucuran keringat dan kerja kerasnya setiap hari. Sikap sabar yang ditoreh bu Ratna dalam menjalani hidupnya, patut dijadikan contoh.
Oleh : Septarina dan Etirismanita
Penulis adalah Anggota LPM Lensa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H