Mohon tunggu...
lensa unmuha
lensa unmuha Mohon Tunggu... -

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Aceh, produk yang dikeluarkan setiap bulan bernama Tabloid Lensa. LPM Lensa Unmuha Konsen terhadap issue-issue hak-hak dasar masyarakat kampus serta masyarakat luas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Minat Baca dan Budaya Ilmiah Dunia Remaja

20 Februari 2010   17:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:49 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minat Baca Dan Budaya Ilmiah Dunia Remaja.

Oleh : Zulkarnaini Masry

Sadar tidak sadar, manusia selalu berhadapan dengan dunia ilmiah. Tidak jauh kita katakan. Adanya tong sampah karena orang berpikir bagaimana cara agar sampah-sampah tidak berserakan. Maka, timbullah ide manusia untuk membuat tong sampah. Salah satu contoh.

Pada dasarnya Ilmiah berasal dari kata ilmu. Hal ini disampaikan oleh Yuli Zuardi Rais, Direktur Save Emergency For Aceh (SEFA) pada diskusi “minat baca dan budaya Ilmiah dunia Remaja” Jum’at (16/1) lalu. Diskusi ini bertujuan untuk menumbuh kembangkan minat baca dan penerapan budaya ilmiah dikalangan remaja, yang diikuti oleh Young club SEFA dan beberapa mahasiswa.

Yuli menilai ini sangat penting. Mengingat Aceh sudah jauh ketinggalan dari daerah-daerah lain. Maka, minat baca remaja harus digalakkan kembali. “dunia sudah sangat maju, sedangkan kita masih jauh tertinggal. Bahkan kita masih sangat kuno. Nah! Bagaimana kita akan bersaing kalau kita tidak punya ilmu. Memperoleh ilmu, tentu dengan cara membaca,” jelasnya penjang lebar. Dapat dibayangkan, dari 4,2 juta jiwa penduduk Aceh, terdapat lebih kurang 800.000 jiwa usia tingkat SLTP dan SMA. Namun, apakah mereka cukup familar dengan budaya membaca? Padahal, mereka merupakan generasi yang akan memegang bangsa ini kelak. Ketinggalan dari bangsa lain karena Aceh didera konflik yang berkepanjangan, dan anjuran dalam agama islam, menjadi alasan kuat mengapa kita harus membaca. Namun, apa yang harus dibaca? Direktur SEFA ini mengatakan. Membaca apa saja. “membaca teks dan konteks,” ujarnya. Membaca teks berarti membaca yang tertulis, seperti buku, koran, majalah dan sebagainya. Sedangkan membaca konteks adalah membaca kondisi. Peka terhadap perkembangan zaman. “kita juga harus tahu, bagaimana kondisi masyarakat disekitar kita,” tambahnya lagi. Penerapan budaya ilmiah dalam kehidupan sehari-hari, dapat dimulai dari hal-hal terkecil. Sebagai contoh, ketika kita melihat Krueng Aceh, maka kita mencari tahu tentang asal-usulnya. Itu sudah merupakan budaya ilmiah dalam ruang lingkup kecil. Karena untuk menemukan jawabannya adalah dengan cara membaca. Hubungan membaca dengan budaya ilmiah sangat erat. Bahkan, tidak dapat dipisahkan. Banyak sekali hal-hal yang bisa dijadikan ilmiah, terutama oleh anak-anak remaja. “misalnya, kawan-kawan membentuk kelompok sepeda santai. Setiap pagi Minggu keliling kota Banda Aceh, dan apa yang kawan-kawan lihat di jalan dicatat. Selanjutnya dijadikan bahan diskusi,” Yuli kembali memberi contoh. Namun, kita menyadari. Budaya malas membaca sangat kental pada masyarakat Aceh. Menurut Yuli tips untuk gemar membaca. Pertama kita harus sadar betul bahwa buku adalah sumber informasi dan membaca adalah kuncinya. Kedua, kita harus tahu apa yang kita cari dari buku yang akan dibaca. Ada idiom yang mengatakan ‘semua orang adalah guru, semua tempat adalah sekolah, semua peristiwa adalah buku’. Yuli berharap, pustaka SEFA dapat dimamfaatkan oleh semua kalangan sebagai tempat menambah ilmu.

penulis adalah PU LPM UNMUHA 2009-2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun