2. Diri sebagai kendali: saya yang melakukan, bukan orang lain.
3. Kalimat positif: saya akan mengapresiasi kebaikan suami dan anak, setiap hari. Sebagai salah satu cara tuk fokus pada kebaikan.
4. Melibatkan VAK (Visual, Auditori, Kinestetik): secara visual saya melihat suami dan anak, juga melihat responnya. Secara auditori, saya bahagia bisa mengapresiasi kebaikan mereka. Secara kinestetik saya menulis, memeluk, dan berkata-kata.
5. Selaras: karena Alllah menyukai hal-hal baik dan kebaikan (banyak sekali ayat mengenai ini di AlQuran) dan Rasulullah SAW bersabda,"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan Akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku." (HR Tirmidzi). Dua hal ini membuat semakin bersemangat untuk mengapresiasi setiap kebaikan suami dan anak.
Kemarin siang saya mulai melakukan ini. Malam harinya saya tulis di post it "Kakak sayang, makasih ya, udah nemenin Ummi ngajar tadi pagi." Ekspresi Cha setelah membaca post it benar-benar membuat saya yakin ini adalah suatu kebaikan dan disenangi. Padahal simpel ya, note-nya.
Senyumnya, binar matanya mengatakan demikian. Begitu juga dengan suami ketika membaca pesan di post it. Paginya sebelum beliau berangkat kerja, kami berpelukan dan saya ucapkan terima kasih lagi. Cha melihatnya senyum-senyum sambil masih mengantuk haha.
Dalam mengapresiasi kebaikan saya pun jadi membaca-baca lagi mengenai pujian efektif yang diajarkan, yaitu:
1. Puji perilakunya, bukan karakteristik orangnya.
2. Menyatakan konsekuensi positif dari perilaku.
3. Pakai bahasa yang sederhana.
4. Tambahkan nilai keimanan.