Mohon tunggu...
Gita Lovusa
Gita Lovusa Mohon Tunggu... Freelancer - penyemarak di serusetiapsaat.com

Penyuka kebaikan, penyuka senyuman, penyuka bacaan, penyuka tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersahabat dengan Pesawat

11 Desember 2017   07:14 Diperbarui: 11 Desember 2017   08:34 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duluuu..

Ketika pergi berdua dengan Cha ke Singapura, begitu selesai check-in dan urusan imigrasi, saya ngibrit ke kamar mandi karena mules. Hihi.. Di ruang tunggu pun cemas. ^^

ketika mau mengunjungi kakak yang saat itu tinggal di Kuala Lumpur, sehari sebelum keberangkatan, saya nggak bisa tidur. Gelisah karena mau naik pesawat. Paginya pun sempat mules dua kali. :D

ketika suami mengajak jalan-jalan ke Bali mendadak karena sekalian ada urusan kantor, hari-hari sebelum keberangkatan dipenuhi dengan pikiran khawatir. Packing, tapi setengah hati. Rasanya mending nggak usah ikut, deh. Semalaman sebelum hari-H saya nggak bisa tidur. Sejak berangkat dari rumah sampai di pesawat terpaksa saja makan supaya perut nggak kosong. Itu pun sedikit-sedikit banget makannya. Nggak selera. Mual.

--saya geli sendiri mengetik cerita di atas. Aneh bin ajaib rasanya, tapi nyata. haha-- 

Sampai April 2017, suami dari jauh hari sudah bilang kalau akan dapat jatah cuti dan mau ajak liburan ke dua kota. Kalau orang lain mah biasanya senang ya, saya malah ogah-ogahan. Hihi.. Tapi itu duluuu.

Saya ingin punya respon baru, tekad saya saat itu.

Saya ingin naik pesawat dengan tenang dan nyaman. Bisa tidur menjelang hari-H, bisa enak makan dan minum.

Lalu saya kontak Mbak Mita via whatsapp untuk meminta bantuan. Mbak Mita adalah salah satu anggota tim Mbak Okina Fitriani (pegiat Enlightening Parenting dan Transforming Behaviour Skill).

Kemudian Mbak Mita tanya, "Apa tepatnya yang bikin Gita takut?"

Saya cerita kalau waktu kecil, saya asyik-asyik saja naik pesawat. Tapi sejak berita kecelakaan pesawat cukup sering terdengar kala itu (sekitar tahun 2006), saya jadi takut kalau naik pesawat. Saya sampaikan juga cerita-cerita di paragraf awal.

Mbak Mita menyarankan untuk re-frame atau memberi makna baru mengenai pesawat ini. Saat itu saya masih bingung, bagaimana cara re-frame? 

Mbak Mita membantu dengan jawaban yang panjang. Saya rangkumkan saja ya:

1. Niatkan perjalanan ini untuk mencari ridho Allah dengan mengikuti ajakan suami. Pergi jalan-jalan sama keluarga dijadikan ladang ibadah.

2. Angka kecelakaan pesawat sebenarnya minim karena pesawat termasuk alat transportasi yang aman.

3. Menjalani takdir. Apapun yang terjadi adalah takdir Allah, betul? Manusia hanya harus menjalaninya dengan sebaik-baiknya, bukan memikirkannya secara berlebihan atau mengkhawatirkannya.

Saya mulai senyum dan angguk-angguk ketika membaca penjelasan ini, padahal tadinya ampuun.. khawatir, cemas, takut, ogah jalan-jalan, kumpul jadi satu. ;p

Mbak Mita pun mengajak saya untuk memvisualisasikan sebelum dan saat naik pesawat dalam keadaan tenang. Saya memejamkan mata dan membayangkan detil; Hari-hari sebelum berangkat sama seperti hari-hari lainnya. Bisa tidur dan makan dengan nyaman. Ketika ke bandara, saat berada di bandara, di ruang tunggu, masuk ke pesawat, pesawat take-off, saat berada di pesawat, sampai pesawat mendarat dengan baik, saya merasa tenang, bisa makan dan minum dengan asyik.

Mbak Mita pun mengingatkan saya untuk menjadikan self talk baik dan memberdayakan sebagai kawan akrab. Saya berpikir, bagaimana caranya? Berhubung rumah saya lumayan dekat dengan bandara dan setiap hari sering dengar suara pesawat lewat, saya pun memutuskan untuk menyapa setiap pesawat yang sedang melintas di sekitar rumah. "Hai, Pesawat!" sambil dadah-dadah dan senyum. Merasakan sungguh-sungguh kalau saya bersahabat dan menyukai pesawat. Lambai-lambainya kadang betulan, kadang di dalam pikiran saja. Tergantung situasi. Hihi..

"Insyaallah aku akan tenang, nyaman, baik-baik saja menaikimu. Aman, selamat sampai kota tujuan, ya."

Hal ini saya lakukan terus-menerus. Memang hati terasa lebih plong dan lega. Saya pun bisa menyiapkan kebutuhan dengan lebih tertata dan senang hati karena rasa khawatir dan cemas semakin minim.

berkata baik sejak dalam pikiran (http://adiarersti.com)
berkata baik sejak dalam pikiran (http://adiarersti.com)
Bagaimana hasilnya dari latihan sekian hari?

Alhamdulillah, sehari sebelum hari-H saya bisa tidur, makan pun seperti biasa. Pada hari-H alhamdulillah bisa jauh lebih tenang. Makan di pesawat pun habis. Selama di pesawat, terkadang masih hadir siy, pikiran yang aneh-aneh, "Gimana kalau begini? Gimana kalau begitu?" 

Lalu saya berusaha merasionalkan pikiran saya. Ini cuaca cerah lho, Git. Pak Pilot tadi bilang kan, kalau cuaca baik. Guncangan sedikit tadi insyaallah nggak kenapa-kenapa. Kayak lewat jalan berlubang sedikit saja. Berdoa dan terus mengulang self talk baik yang menenangkan.

Liburan di April 2017 pun berjalan dengan jauh lebih baik, meski saat itu harus naik pesawat sebanyak 3 kali karena akan berpindah kota. Kalau dulu mah, pindah kota begitu saya akan keukeuh untuk minta jalan darat saja. ^^

Saat mudik ke Jogja sebulan lalu, saya lakukan kembali hal-hal ini. Alhamdulillah, meski pesawat harus berputar di atas kota Jogja selama 1 jam karena antre mendarat dan anak yang sedang kurang enak badan saat itu, saya bisa jauh lebih tenang.

Dari proses pembelajaran ini, saya belajar bahwa doa tetap yang pertama dan utama. Doa melingkupi setiap detik waktu. Saya memohon sekali agar Allah memberikan ketenangan kepada pikiran serta hati saya, membimbing di setiap langkah, menjadikan semua yang dilakukan bernilai ibadah.

Ikhtiar baik yang akan memperbagus hasil insyaallah harus tetap dilakukan. Cara bisa berbagai macam. 

Berkata baik dan memberdayakan sejak dari dalam pikiran karena itu akan mempengaruhi kerja tubuh. 

Latihan dan terus latihan. Ulang dan terus mengulang. Insyaallah hasil akan semakin maksimal.

Makasih banyak tuk Mbak Mita dan Mbak Oki. Insyaallah berkah dunia akhirat semua ilmu dan pengalamannya. Love, love. :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun