Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan seseorang yang dapat mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Di masa transisi dari anak-anak ke dewasa, remaja dihadapkan pada berbagai tekanan dan tantangan yang bisa berdampak pada kesejahteraan jiwa mereka. UU No. 18 Tahun 2014 menggambarkan kesehatan mental sebagai kondisi yang mencakup keseimbangan fisik, mental, spiritual, dan sosial, serta kemampuan individu untuk mengatasi tekanan dan berkontribusi pada masyarakat.
Data Riskesdas tahun 2018 mengungkapkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional pada usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1% dari penduduk Indonesia, setara dengan 11 juta orang. Usia remaja (15-24 tahun) memiliki tingkat depresi sebesar 6,2%, dengan depresi yang parah sering kali berujung pada tindakan merusak diri sendiri atau bahkan bunuh diri. Â Gejala depresi meliputi stres berkepanjangan, kecemasan, hilangnya minat terhadap aktivitas sehari-hari, dan perubahan pola tidur dan makan.
Faktor-faktor yang dapat memicu kesehatan mental pada remaja meliputi tekanan akademik, bullying, masalah keluarga, dan kondisi ekonomi yang sulit. Pada masa pandemi COVID-19, isu kesehatan mental pada remaja semakin rumit. Keterbatasan interaksi sosial, pembatasan aktivitas, dan perubahan kebiasaan hidup dapat memicu stres, kecemasan, dan depresi. Oleh karena itu, dukungan kesehatan mental sangat penting, baik dalam bentuk layanan konseling daring, atau melalui aktivitas yang positif seperti olahraga dan kegiatan yang disukai.
Oleh karena itu, krisis kesehatan mental pada remaja adalah isu yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Mendengarkan dan memberikan dukungan kepada mereka yang mengalami depresi atau stres adalah langkah pertama yang dapat membantu. Selain itu, fasilitas kesehatan mental perlu ditingkatkan agar lebih banyak individu yang bisa mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Di tengah era digital, ketersediaan platform konseling secara online juga memudahkan dalam akses layanan bantuan. Pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental, serta upaya dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, juga dapat membantu mengurangi angka gangguan kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup remaja di masa yang akan datang.
REFERENSI
Rachmawati, A. A. (2020). Darurat Kesehatan Mental bagi Remaja. EGSA UGM. Diakses dari https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/11/27/darurat-kesehatan-mental-bagi-remaja/
Rahmah, H. J., dkk. (2022). Ancaman dan Strategi: Krisis Kesehatan Mental pada Anak Komunitas K-Pop selama Pandemi COVID-19. Jurnal Hawa: Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak, 4(2), 171-182. doi:10.29300/hawapsga.v4i2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H