Marlin baru saja menerima undangan  pesta menyambut musim gugur bersama teman-temannya.
Sebenarnya,bulanOktoberdan November merupakan awal musim gugur dibelahanbumiEropa.Akan tetapi,karena akhir-akhir inicuacamengalami pergeseran yang cukup ekstrem,perubahan musimtak mampu lagi hadir tepat waktu seperti zaman dulu. Imbasnya, cuaca tak bisa lagi bisa diperkirakan, dan tak sesuai dengan jadwal.
Marlin ingin menghibur diri dari rasa bosan karenamerasa hidupnya di Eropa begitu monoton.
Itulah sebabnya, Marlin cenderungmenyendiri,kurang suka berkumpul bersama ibu-ibu gaul seusianya, apalagi mereka teman-teman Marlin yang hobi sekali berpesta pora memamerkan kekayaan dan bergosip ria membicarakan kejelekan teman, seolah telah menjadi bagian dari kebiasaan mereka ketika sedang berkumpul.
Saat itu Marlin berniat membunuh rasa bosannya dengan mencoba melangkahkan kaki untuk ikut bergabungkembalibersama teman-teman lamanya.Teman ketika ia masih sugih, dan belum terkena imbasnyakrisis ekonomi di Eropa.
HatiMarlin agaktergerak untuk mengikuti acara yang lama tak diikutinya itu. Bertemu dan berkumpul bersama teman-teman yang cukup lawas tak ditemuinya,karenaselama ini iasengajamenghindar.
Batin Marlin semakin tak menentu, menghadapi situasi hidup yang juga sama tak menentunya dengan perasaannya saat itu.
Marlin mulai gelisah karena sekian tahun ia terisolasi di negeri orang.Negeritempatsaat itu ia berada,hinggaia dan keluarganya tak dapat menginjakkan kaki untuk pulangkekampung halaman.Kampung dan negeri tanah kelahirannya.Karena terganjal masalah keuangan.
Ah..mau dibawa ke mana hidupkuini. Sepertinya kehidupan di Eropa semakin tak mudah lagi bagiku, dan keluargaku. Bahkan setiap bulan, penghasilan suami sering mengalamipenurunan.
Jangankan untuk bisa liburan ke luar negerikuseperti dulu, yang ada kiniakudan keluargaharus terisolasi di negeri orang, dan tak mungkin lagi rasanya untuk bisa pulang ke kampung halaman setiap tahun seperti dulu.
YaTuhan,akubosan tinggal dan hidup di Eropa. Apalagi tanpa bisa melakukan liburan seperti dulu.Hidup diEropa ternyata tak seindah yang kubayangkan, semuanya serba monoton danmembosankan.Bagaimana ini?Batin Marlin terus berkecamuk, ia terus berpikir dan mempertimbangkan undangan yang baru saja diterimanya.
Batin Marlin terus berkecamuk, ia terus berpikir dan mempertimbangkan undangan yang baru saja diterimanya.Akhirnya Marlin memutuskan, untuk menghadiri pesta musim gugur yangbiasadiadakanolehteman-temannya itu.
Walaupun Marlin tak mempunyai baju baru yang up to date,untuk dipakai menghadiri acara pesta menyambut musim semi itu,untungnya dia masih memiliki baju-baju mahal yang belum terpakai.Baju yang ia belinya di zaman keemasan keluarganya, beberapa tahun yang lalu. Ketika keuangan suaminya sedang memancar, Marlin selalu membeli pakaian dan segala pernak-pernik untuk keperluannya di tempat yang cukup bergengsi diBelanda, karena ia selaludiarahkan untukmembelibarang yang mahal dan berkelasoleh Dennis suaminya.
Bahkan tak jarang,Dennis,suaminya, membawaMarlinberbelanja ke butik pakaian mewah diBelanda.Takayal,hal itu membuat teman-teman yang datang dariTanahAirkerapterlihat iri.
Namun,kini semuanya telah berubah, ekonomi dan keuangan keluarganya meranggas bagai pohon terkena penyakit hama kutu daun, kusam,dan tak berwarna, membuat Marlin merasa semakin tak bahagia.Marlin mulai mematut dirinya di depan kaca.
Baju inimasih bagus,nih. Lumayan masih terlihat mewah, walau kubeli hampir lima tahun yang lalu. Tapi masih terlihatok. BatinMarin.
Akan kuhadiri saja acara pesta musim gugur itu. Walau sulit mengikuti gaya hidup mereka yang glamor dan gila pesta, tak apa sekali-kali kuikuti saja. Daripada aku di sini kesepian dan bosan luar biasa.PikirMarlin sibuk membatin, sambil mencari pakaian yang paling cocok untuknya.
Marlin memilih salah satu gaun yang akan dikenakan malam nanti di acara pertemuan teman-temanborjunyaitu. Ia akan memakai baju berwarnaoranyeyang terlihat seksi,namun sopan, baju rancangan perancang ternamaEscada,yang dulu dibelinya di butikMeiden, toko pakaian mahal di Belanda.
Bolak-balik mematut diri di depan cermin, Marlin akhirnya merasa puasdenganpenampilannyayang cukup terlihat elegan dan menawan. Tentu Marlin masih terlihat cantik, karenausianya saat itu bau saja memasuki usia dua puluh delapan tahun.
Setelah ia puas mematut diri, Marlin segera berangkat ke tempat yang telah dijanjikan untuk bertemu dan merayakan pesta musim gugur bersama teman-temannya. Mereka sepakat untuk bertemu dan makan-makan di sebuah restoran Jepang yang bernama Sumo,di Rotterdam.
Marlin berangkat sendiri dengan membiarkan anak-anaknya,untuk sementara,diasuh oleh suami di rumah.Teman-teman Marlin di dalam grup inihampir seratus persen telah mengadopsi budayadangaya hidup wanita Eropa, dengan sering pergi berpesta pora di restoran, disko, dan menonton konsermusik.Tak jarangpulamereka meninggalkan keluarga di rumahtermasuk anak-anaknya.
Tentu saja,hal itu bertujuan untuk menghilangkan kepenatan dan kejenuhan dari rutinitas hidup mereka di Eropa yang monoton.Dengan harapan mereka bisa menikmati kebebasan dan kebahagiaan bersama teman-teman,walau hanya sesaat.
Apalagi ketikacuaca telahberalih ke musim dingin,Marlindan teman-temannyaakan segera dihadapkan pada hari yang tak lagi menyenangkan setiap harinya.
Mereka melakukan pertemuan bersama ibu-ibu yang datang dari negeri sendiri,yang jumlahnya cukup banyak di Belanda, termasuk Marlin.Mereka berharap apa yang akan dilakukanitumampu mengobati segala kejenuhan hidup selama berada di Eropa.
Itulah salah satu kebiasaan teman-teman bergaul Marlin, ibu-ibu imigran dariTanahAir.Kebiasaan yang telah menjadi gaya hidup sebagian besar pendatang dari Indonesia di Balanda.
Sebenarnya,Marlin tak menyukai kebiasaan dan model pertemuan itu. Dia lebih menyukai kesendirian, alam, dan kesejukan udara pegunungan atau laut. Marlin juga bukan wanita karier seperti ibu-ibu itu, yang memiliki penghasilan sendiri untuk memenuhi segala kebutuhan dan kesenangan mereka.
Namun,kini Marlin benar-benar tidak memiliki pilihan lain, dan ia tidak tahu harus bagaimana lagi supaya iadapatmenghilangkan kejenuhannya. Karena selama hampir lima tahun,ia tak bisa berlibur dan pulang ke kampung halaman.
Dengan menghadiri undangan teman-teman lamanya itu, Marlin berharap bisa membunuh rasa jenuh yangsudahkian memuncak,denganmencari suasana baru.
Selebihnya, harapan Marlin dari pertemuan dengan teman-teman lamanya itu, tentu saja untuk membuat suasana hatinya merasa lebih terhibur.
Marlinyang biasanya lebih sering memilih mengabaikan setiap undangan yang ia terima, membuat teman-teman Marlin menjadi bosan dan lelah untuk mengundangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H