Di jiwamu yang bermata puisi,Â
Hatiku luluh setakat kakiÂ
Membebaskan kupu-kupu terbang di perutÂ
Menyetubuhi kata yang belum tertataÂ
Lewat satu purnama, aku tak kuasa memasung merekaÂ
Sayapnya elok lalu mengepakÂ
Mengharap peluk yang menjadi hakÂ
Malam itu kan ku ingat sebagai malam ketika aku mulai menjadi perempuan pemelihara kupu-kupu.Â
Saat malam kian tua lalu cerita mengendap di bibir kita merangkum geletar pada udara dingin.
Malam dimana kupersilahkan kupu-kupu beranak pinak dalam perutku, mengembang diantara kisahmu, kujaga dan kurawat sampai detik ini.Â
Dan malam itu, F.Â
Adalah malam penanda hari-hari ku menjadi istimewa. Aku kini punya banyak kupu-kupu yang terbang disetiap segala tentangmu melintas.
 Seperti sekarang, ketika aku selesaikan tulisan ini.Â
tsm 300619 (22.44)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI