Tuhan lalu bertitah padaku;Â
"Tuan, Bumi telah dipersiapkan, berkenankah kau turun dan melihatnya?"Â
Lantas Dia memaut kepalanya dengan senyum yang masih bersemayam dalam pikiran.Â
Aku menganggut, senyumNya meranum.Â
Tiga hari lalu, seraya mengkerutkan dahinya Dia berkata.Â
"Hanya seumur itu kau ingin mendiami bumi?" Bagaimana jika ditambah?"Â
Kami saling beradu tatap lalu saling terdiam.Â
Mata kami saling bercengkrama.Â
Aku menggeleng, dahiNya makin mengkerut.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!