Ayo Bermain!
Aku melompat-lompat gembira di halaman depan rumahku. Kini halaman rumahku dipenuhi mawar merah yang cantik, sangat cocok untuk dijadikan tempat bermain!
“Ibu, ayah, ayo main petak umpet bersamaku!” teriakku dengan semangat
Ibu dan ayah tertawa menanggapi ajakanku. Mereka mengangguk dan segera berbalik badan, akupun berlari dengan cepat mencari tempat persembunyian di semak-semak. Aku berusaha untuk menahan tawaku sembari mengatur nafasku karena berlarian.
Ibu dan ayah selalu menyayangiku, walaupun aku bukanlah anak kandung, mereka tetap menyayangiku seperti anak mereka. Omong-omong, aku jadi teringat dengan kakakku sebelum ia tewas. Kita bermain petak umpet seperti ini di taman penuh mawar, namun sayangnya kakakku pun tewas karena kecerobohanku, aku lupa bahwa kakak alergi terhadap bunga mawar.
5 menit, 10 menit, kenapa ibu dan ayah lama sekali hanya untuk menemukanku? Bukankah ibu dan ayah bisa menemukanku dengan cepat? Aku pun memetik salah satu mawar dan menghirupnya, aromanya harum walaupun terdapat aroma aneh di mawar tersebut.
“Kenapa ... wajah ibu dan ayah terlihat cemas?”
Itulah pemandangan yang bisa kulihat dari balik semak-semak ini, sebelum aku menyadari tiba-tiba saja darah mengalir mengenai telapak tanganku, bersamaan dengan nafasku yang terasa berat. Kegelapan pun mengambil alih pandanganku, dan badanku pun terjatuh mengenai dasar tanah.
“Matilah, anak tidak tau diuntung.”
Itulah kata-kata yang kudengar bersamaan dengan ayah dan ibu. Berbeda dengan tadi, wajah mereka seakan membenciku.