Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... Administrasi - penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kampanye Akbar GBK Tanda Kekalahan Prabowo Makin Nyata

7 April 2019   16:26 Diperbarui: 7 April 2019   19:54 20580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegembiraan yang disertai klaim kubu Prabowo akan kemenangan paslon 02 tak terbendung lagi. Padatnya pendukung dalam rapat akbar di GBK dijadikan acuan. Tanpa mobilisasi rakyat datang dengan suka rela. Lebih dari 1 juta orang memutihkan Jakarta. Euforia berlebihan kalau tidak bisa dibilang halu.

Benarkah mereka tidak dimobilisasi dan jumlahnya lebih dari 1 juta orang? Bagi orang yang masih bisa menggunakan logika dan bernalar waras, klaim tersebut hanyalah sebagai cara untuk menghibur diri sendiri. Tidak beda dengan propaganda jika Prabowo kalah karena dicurangi. 

Melihat kapasitas GBK yang tidak lebih dari 150 ribu orang dan setelah direnovasi tempat duduk yang bisa dipakai cuma 76.127 kursi. Jika lapangan rumput plus running track diisi manusia, berarti ada tambahan ruang 105 x 68 meter persegi, atau 7.140 meter persegi. Taruhlah kalau 1 meter persegi bisa untuk 2 orang, berarti bisa menampung sekitar 15 ribu orang, plus running track 10 ribu orang. Artinya kapasitas full diperkirakan antara 100.000 - 110.000 orang. Kepotong panggung, ambil saja angka tengah jumlahnya 106.000.  Diluar stadion yang relatif kosong, mungkin kisaran  ada 10 ribu orang. Jadi total kurang lebih hanya 116 ribu saja.

Jumlah yang jauh sekali berkurang dari aksi atau reuni 212 dan mereka klaim sendiri berjumlah sampai 11 juta orang. Aksi yang memang berbau politis dengan dibalut agama kala itu untuk menjatuhkan Ahok dan berhasil mengumpulkan banyak massa. Hanya saja mereka mayoritas yang berpartisipasi datang karena tersentuh rasa keimanannya akibat keseleo lidah yang dilakukan oleh Ahok untuk diproses hukum. Bukan mengamini agenda politik yang diusung oleh PA 212.

Terbukti masyarakat yang dulu berpartisipasi dalam aksi-aksi tersebut kebanyakan tidak lagi mendukung gerakan yang dikomandani Rizieq. Bisa dilihat fakta di lapangan yang terjadi saat kampanye akbar Prabowo hari ini. Jumlah yang datang tidak seperti yang diharapkan. Walaupun Rizieq Shihab sudah bengak bengok mengajak untuk memutihkan Jakarta. Seruannya sudah tidak didengar lagi oleh publik karena motifnya sudah jauh berbeda dengan aksi berjilid yang terjadi tahun lalu. Karena mengarahkan massa alumni 212 untuk mendukung paslon 02. 

Di pucuk elit penggerak aksi demo 212 pun bahkan sekarang sudah banyak yang mendeklarasikan dukungannya pada Jokowi, termasuk Ma`ruf Amin sendiri sebagai ketua MUI yang dulu mengeluarkan fatwa. Dukungan pada Prabowo tinggal menyisakan dari kelompok semacam FPI, FUI dan ormas sejenis beserta simpatisannya.

Klaim bahwa tidak ada mobilisasi massa sebelumnya juga sudah dibantah sendiri oleh Ketua DPW DKI PAN, Eko Patrio. "Kami akan putihkan Jakarta pada kampanye akbar Prabowo-Sandi besok pagi. Insya Allah jutaan kader dan simpatisan PAN dari Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi akan hadir." Dia menambahkan ratusan bus disediakan untuk memudahkan pergerakan massa, terutama dari Jabotabek. Dia sudah berkoordinasi dengan DPD, DPC PAN Jabotabek.

Mimpi Eko Patrio mendatangkan jutaan massa kader PAN pun akhirnya hanya gigit jari. Jumlah yang datang tidak sebanyak yang diharapkan. Pembelahan dukungan di tubuh PAN sendiri terjadi. Dari survei Litbang Kompas disebutkan bahwa ada 31,5% yang menjadi pendukung Jokowi-Ma`aruf. Termasuk elit partai, kepala daerah, kader diberbagai daerah serta caleg-calegnya. Tidak beda dengan PKS yang akan mendatangkan 1 juta kadernya ternyata juga tidak terbukti.

Tidak masuk akal kampanye terbuka tanpa ada pengerahan massa. Waktu Prabowo tumben jumatan di Semarang saja DPC partai Gerindra menginstruksikan kadernya untuk datang. Apalagi di saat kampanye resmi yang sudah dijadwalkan oleh KPU. Artinya klaim-klaim selama ini saat kampanye atau kemarin waktu kunjungan Prabowo dan Sandi diberbagai pelosok tanpa memobilisasi masyarakat, anggap saja bualan aka ngibul doang. Jelas itu ada dan dilakukan oleh intern partai atau relawannya. Andai masyarakat datang secara suka rela, pastinya Sandi tidak akan menghabiskan dana yang dikatakan sudah mencapai 1,4 triliun lebih dan disebut paket hemat sekali.

Kampanye akbar di GBK yang juga dikritik oleh SBY sebagai hal yang tak lazim dan tak inklusif karena hanya menonjolkan ritual agama tertentu khususnya Islam mempertontonkan bahwa tidak mengakomodasi kepentingan bangsa yang plural ini. Walaupun sudah didatangkan dari berbagai daerah namun dengan jumlah peserta yang jauh mencapai target lebih dari 1 juta, jelas menjadi tamparan keras bagi kubu Prabowo. Selain dari berbagai survei yang memenangkan Jokowi-Ma`ruf, peristiwa ini membuktikan tanda-tanda kekalahan sudah semakin nyata. Maka tidak heran narasi yang dibuat selama ini hanyalah tudingan ngawur kecurangan kanan kiri untuk mendelegitimasi penyelenggaraan pemilu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun