Penangkapan Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief, terkait narkoba mengejutkan berbagai pihak. Semula hanya pada terdiam dan cuma menyatakan kaget dan prihatin, setelahnya mulai muncul berbagai tanggapan dan spekulasi berseliweran. Utamanya dari kubu Prabowo karena Andi Arief adalah bagian dari pendukung paslon 02.
Kasus yang sebenarnya murni masalah hukum terkait penggunaan narkoba, malah jadi melebar kemana-mana dihubungkan dengan politik lalu komentar lucu bertebaran. Bahkan ada yang menuding kesalahan Jokowi karena tidak bisa mencegah peredaran narkoba.
Bila ada beberapa warga suatu negara tertangkap pakai narkoba kemudian Presidennya dianggap gagal, maka dipastikan tidak ada satu Presiden pun di dunia ini yang bisa dikatakan berhasil memimpin negara. Kasus narkoba terjadi disetiap negara walaupun usaha untuk memerangi sudah dilakukan.
Namun peredarannya memang tidak bisa dihentikan walaupun hukuman mati bagi pengedarnya sudah banyak diterapkan. Tidak mengherankan bila kejahatan narkotika digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) karena dampak yang ditimbulkan.
Tidak beda dengan kasus terorisme, negara-negara maju yang memiliki sistem pencegahan dengan intelijen canggih pun masih bisa kebobolan. Peredaran narkoba dan tindak terorisme terjadi karena memang ada pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu lalu akan selalu mencari celah untuk mencapai tujuannya.
Keseriusan Pemerintahan Jokowi menangani kasus narkoba telah dibuktikan dengan hukuman mati yang dijatuhkan bagi bandar dan pengedar besar. Usaha penyelundupan sabu dalam jumlah mencapai 1 ton pun sempat digagalkan. Memang masih banyak yang harus dilakukan karena Indonesia memang dijadikan target peredaran narkoba internasional.
Sejak kapan Andi Arief mengkonsumsi sabu juga belum jelas. Bisa saja itu sudah dilakukan sebelum Jokowi menjabat Presiden. Dari pengajuan permintaan rehabilitasi oleh keluarga maupun pengacaranya, diduga bahwa AA ada ketergantungan pada narkoba. Bisa diartikan sudah lama memakai. Kalau baru kemarin dan sekedar coba-coba, tidak perlu ada rehabilitasi.
Kembali ke judul tulisan, bukan Fahri Hamzah namanya kalau tidak ikut berkomentar dalam kasus Andi Arief ini. Tidak ada kejadian saja selalu mencari-cari bagaimana caranya mengaitkan dengan Jokowi, apalagi ada berita yang cukup menggegerkan. Gatal kalau tidak ngeluarin suara. Yang penting nerocos dulu mikirnya belakangan.
Fahri menilai penangkapan Andi berpotensi merugikan capres petahana Jokowi. Beralasan karena Andi Arief adalah orang yang kritis terhadap pemerintah.Â
"Kita tahu Andi Arief ini lagi kritis sama pemerintah. Suka atau tidak, ya pemerintah rusak namanya gara-gara kasus Andi Arief ini," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (5/3/2019). "Apa yang dilakukan ini merugikan incumbent lho. Bisa kalah incumbent gara-gara ini," katanya. Kompas.com
Ia menyinggung kasus yang menjerat musisi Ahmad Dhani dan aktivis Ratna Sarumpaet. "Ini serangkaian peristiwa yang merugikan incumbent. Udahlah percaya saja ini merugikan incumbent. Suka atau tidak, ini merugikan incumbent. Makanya, kalau bisa jangan yang begini-begini," kata Fahri.
Pernyataan Fahri bila tidak mau dikatakan ngawur mungkin lagi halu. Kasus Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet dan Andi Arief menjadi ramai karena mereka adalah publik figur dan menjadi isu nasional yang mendapat perhatian luas masyarakat. Daripada isunya berkembang kemana-mana, wajib bagi Kepolisian untuk memberikan kejelasan.
Kasus Ratna dan Ahmad Dhani memang ada kaitannya dengan isu politik, karena apa yang mereka lakukan bersentuhan dengan perpolitikan yang sedang terjadi. Sedang Andi Arief murni karena urusan kegiatan pribadi tanpa ada unsur politisnya. Tapi Fahri malah mengaitkan dengan politik menyatakan kasus ini berdampak negatif pada petahana.Â
Mengikuti logika Fahri, kalau benar kasus AA bisa menurunkan elektabilitas Jokowi, maka gampang saja bagi Prabowo untuk memenangkan kontestasi pilpres. Tidak usah kampanye kemana-mana keluar duit banyak, suruh saja pendukungnya yang kritis-kritis pada pemerintah seperti Fadli Zon, Rocky Gerung, Mustofa Melon dll untuk pesta pora sabu biar ditangkap.Â
Hitung saja bila 1 orang bisa menurunkan elektabilitas Jokowi 1%, cuma butuh 30 orang saja kok. Kalau ketangkep kan hukumannya cukup ringan bahkan mungkin bebas karena sebagai korban bukan pengedar, atau bisa juga ajukan rehabilitasi seperti Andi Arief.
Namun bagi Prabowo nama-nama mereka akan dicatat sebagai pahlawan dan berjasa sangat besar. Tentu akan mendapat imbalan setimpal atas perjuangannya. Bagaimana, ide bagus bukan...?!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI