Dengan model bangku panjang yang bisa untuk duduk bersama, orang pun akan cepat akrab walau sebelumnya tidak saling kenal. Segala topik pembicaraan bisa ditemukan disini. Tempat yang biasanya juga bisa digunakan sebagai ajang lirak lirik cari pasangan bagi yang masih jomblo.
Setelah sekitar 1,5 jam bersepeda akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Lokasi yang sebelumnya belum pernah kami datangi dan berada diluar kota München ini, terlihat sudah ramai pengunjung karena bertepatan waktu makan siang. Tidak sia-sia rekomendasi yang kami dapat lewat internet bahwa tempat ini layak untuk dikunjungi. Selain bentuk bangunan yang masih tradisional dan memperlihatkan keasliannya, sungai jernih yang mengalir disebelahnya membuat suasana terasa adem.Â
Tersedia juga tempat bermain anak-anak yang menambah komplit suasana bagi keluarga yang melakukan piknik kecil. Lokasi restauran yang sedikit tersembunyi dikeliling hamparan sawah dan hutan kecil membuat sejuk suasana ini, hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki atau bersepeda. Walaupun ada semacam jalan kampung yang tidak beraspal dan bisa untuk mobil lewat, namun tidak untuk umum. Bukan hal mengherankan bila pengunjung banyak menggunakan sepeda atau jalan kaki. Apabila menggunakan mobil terpaksa harus di parkir cukup jauh dan selanjutnya berjalan kaki.
Setelah cukup lama menempuh perjalanan ngonthel dan selanjutnya mencari tempat duduk, kami pun mengantri memilih makanan. Untuk lebih menghangatkan badan karena angin yang masih cukup dingin, saya pun memesan makanan rendang ala Bayern yang disebut Gulaschsuppe. Sup dengan irisan daging sapi dan dicampur kentang, rasanya memang mirip-mirip rendang hanya tidak pedas dan kering. Anak-anak dan istri pun puas menikmati ikan bakar dengan Brezel, semacam roti sebagai pengganti nasi.Â
Sempurna sudah hari itu sebagai bapak yang baik hati, tidak sombong dan gemar menabung dalam merayakan peringatan Hari Ayah yang dilakukan keluarga kami dengan cara sederhana. Merasa cocok dengan makanan dan suasananya, dipastikan suatu saat nanti akan kembali lagi untuk menikmati tempat tersebut yang memang hanya dibuka menjelang dan ketika musim panas tiba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H