Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... Administrasi - penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mahalnya Sewa Kamar & Rumah di München

18 Februari 2016   15:00 Diperbarui: 18 Februari 2016   18:45 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="home sweet home...foto.elde"][/caption]

Kemarin sore sehabis pulang dari "mbabu" ketemu tetangga di jalan dan ngobrol sebentar. Ini tetangga begitu cerah ceria tersenyum tak hentinya dengan semangat 45, berapi-api menceritakan bahwa ruangan bawah tanah atau yang disini disebut hobbyraum dan dijadikan kamar telah laku disewakan.

Dia pun menyuruh menebak orang mana yang mau menyewa itu. Asal menjawab saja dan saya pun menyebut nama sejumlah negara di Eropa, karena belakangan ini banyak orang dari negara tetangga yang beralasan study atau kerja yang datang ke München. Sambil ngekek dia bilang semua jawabanku salah dan mengatakan penyewanya berasal dari Indonesia!

Wow! Sempat terkejut juga dengan kabar ini karena tidak menyangkanya. Memang cukup banyak orang-orang berasal dari tanah air yang mukim di München. Dulu sewaktu masih kadang kumpul-kumpul lihat acara yang diselenggarakan komunitas Indonesia, setahu saya jumlahnya lumayan juga. Sekitar 300-400 orang dan kebanyakan mereka adalah para pelajar.

Tetangga tersebut melanjutkan cerita bahwa si penyewa akan datang sekitar akhir bulan ini. Hanya saja sedikit kecewa bagi saya mendengarnya karena orang Indonesia yang akan menjadi tetangga ini bukan cewek manis kinyis-kinyis atau matang manggis tapi laki-laki...wkkwkwwk.

Dengan menyewakan kamar yang dikatakan seharga 500€/bulan ini, bagi tetangga tersebut akan menambah pemasukan dan bisa untuk meringankan membayar cicilan rumah. Memang harga sewa apalagi membeli rumah akhir-akhir ini di München sudah termasuk mahal dan naik terus harganya. Satu tetangga lain yang bersebelahan dengan rumah saya bahkan telah menyewakan keseluruhan rumahnya dengan harga 2400€/bulan dan dia memilih menyewa tempat lain yang lebih murah. Ada lagi 2 rumah tetangga yang kembali dijual dan mendapatkan untung sekitar 40% lebih. Ini saja yang berada termasuk di pinggiran kota, apalagi jika yang di pusat, pastinya juga akan jauh lebih tinggi lagi.

Kebetulan sekitar 5 tahun lalu kami menemukan lokasi perumahan yang tergolong daerah pinggiran kota München dengan 8 rumah ini dan membeli salah satunya. Seandainya harus menyewa dengan harga 2400€/bulan, gak kebayang uang gajian cuma akan habis buat bayarin sewa saja. Sekarang tinggal menunggu 2 tahun lagi cicilan pun akan lunas. Bernafas lega tidak mumet lagi harus menyisihkan sebagian gaji dan bisa pesta pora menari menyanyi suka-suka senantiasa selamanya.

Sebagai investasi lumayan buat anak-anak nantinya kalau mau tetap terus tinggal disini atau jika tidak lagi ditempati bisa disewakan maupun dijual kembali. Sebetulnya saat ini ada juga ruangan kosong hobbyraum yang bisa disewakan jika dibuat kamar, tapi tidak suka saja bila ada orang asing yang tinggal lama satu rumah. Kurang sreg saja apalagi menyangkut hal-hal privacy di dalam keluarga.

Bagi pelajar, harga sewa kamar dan biaya hidup yang cukup tinggi, mau tidak mau untuk memenuhi kebutuhan biasanya disamping mereka menempuh pendidikan di universitas juga mencari pekerjaan sambilan. Ada peraturan disini yang membolehkan para pelajar untuk bekerja maksimal 20 jam/minggu. Di saat liburan, boleh lebih dari batas maksimal waktu tersebut. Aturan ini dibuat kemungkinan agar para pelajar tidak menghabiskan waktu untuk mencari uang saja, namun juga harus fokus pada pendidikan yang sedang ditempuh.

Dengan UMR yang sudah diterapkan tahun lalu sebesar 8,5€/jam dan jika 1 bulannya bekerja 80 jam, uang yang terkumpul sudah lebih dari cukup untuk membayar sewa kamar. Apalagi jika bisa mendapatkan pekerjaan yang cukup baik dan mau membayar lebih dari UMR.

Waktu dulu masih kerja di suatu perusahaan yang berhubungan dengan pembuatan air bag mobil, banyak pelajar yang kebanyakan dari negara Eropa Timur yang diperbantukan pada saya. Gaji yang mereka terima juga cukup lumayan sekitar 10€/jam. Namun tidak sedikit para pelajar ini ada yang nakal juga. Selain sudah mendapatkan pekerjaan di suatu tempat, tapi masih juga bekerja di tempat lain dan melebihi batas maksimal waktu yang menjadi aturan pemerintah.

Tujuan mereka datang ke Jerman memang sepertinya hanya untuk mencari uang saja dan status pelajar hanya digunakan sebagai embel-embel agar bisa mendapatkan ijin tinggal lebih mudah. Pelajar yang seperti ini biasanya lulusnya juga akan lama sekali karena memang tidak ada niatan sungguh-sungguh menempuh pendidikan... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun