Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... Administrasi - penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Demo Anti Valentine`s Day Indonesia di Media Jerman

16 Februari 2016   15:20 Diperbarui: 16 Februari 2016   15:42 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="demo menolak hari valentine di Aceh..bild.de"][/caption]

Keberadaan perayaan hari Valentine setiap tahunnya selalu menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Bagi yang pro memaknai hari tersebut sebatas merayakan kasih sayang antar sesama yang tidak hanya diwujudkan dalam bentuk hubungan seksual saja, namun bagi yang tidak setuju mengemukakan berbagai alasan yang salah satunya bahwa itu bukan budaya agama yang diajarkan dan dianggap "tidak bermoral" lalu dikhawatirkan hanya akan merusak generasi muda.

[caption caption="demo menolak hari valentine di Aceh..bild.de"]

[/caption]

Hanya saja tidak bisa dipungkiri, makna kasih sayang yang hakekatnya bertujuan mulia untuk menyayangi sesama ini, memang telah diselewengkan oleh sebagian orang dengan mengartikannya sebagai ajang pelampiasan nafsu seks semata. Hal ini yang menyebabkan orang-orang yang sudah alergi dengan budaya asing atau yang tidak sejalan dengan keyakinannya, ibarat bensin menyiram api dan menambah ketidak sukaan akan perayaan ini.

[caption caption="demo di surabaya...bild.de"]

[/caption]

Akibat yang ditimbulkan lantas adanya penolakan-penolakan oleh sebagian masyarakatnya di sejumlah negara terkait hari Valentine ini. Hanya saja tidak terjadi negara Barat yang berprinsip sekuler liberal, namun negara-negara yang masih mencampurkan ajaran agama dalam sistem pemerintahannya, terutama yang berpenduduk mayoritas islam.

Aksi demo penolakan Valentine dibeberapa negara sempat menjadi headlines media online di Jerman dan salah satunya adalah berita online di Bild.de. Situs media besar Jerman ini merangkum pro kontra yang terjadi disejumlah negara mayoritas muslim dan salah satunya dibeberapa kota di Indonesia.

[caption caption="demo menentang valentine di Karatchi , Pakistan..bild.de"]

[/caption]

Larangan merayakan Valentine diberlakukan di Aceh bagi muslim dan bahkan memberikan bunga, coklat juga toko-toko untuk menjual dekorasi yang berkaitan dengan perayaan ini maupun media sosial yang mempostingnya. Masyarakat muslim di wilayah tersebut dilarang keras merayakan hari perayaan yang bukan dari ajaran Islam. Beralasan karena pemerintah setempat berkewajiban melindungi warganya. Patroli polisi pun diadakan guna memantau hal ini dan sanksi hukuman bisa dikenakan bagi yang melanggarnya.

[caption caption="penyiar radio untuk pengunsi di Irak Utara mengenakan warna merah menyambut valentine...bild.de"]

[/caption]

Demikian juga yang terjadi di Saudi Arab. Larangan sudah diberlakukan oleh pemerintahnya beberapa hari sebelum 14 februari. Orang-orang tidak boleh membeli lagi bunga mawar merah, coklat dengan bungkusan berbentuk hati dan restauran pun dilarang menyalakan lilin warna merah. Sesuatu yang dulu sempat dikritisi oleh seorang blogger, Raif Badawi, yang sekarang masih di penjara dengan  hukuman 10 tahun dan 1000 kali cambukan.

Seorang aktivitis hak asasi manusia Saudi yang tidak mau disebutkan namanya sempat diwawancarai oleh wartawan dari Bild.de dan mengatakan bahwa larangan dibawah pemerintahan wahabi selalu diberlakukan pada hal-hal yang mereka tidak sukai. Misalnya seperti musik, film, perempuan dan valentine. Namun hal itu tidak menutup beberapa sebagian masyarakatnya secara sembunyi-sembunyi untuk merayakannya.

[caption caption="toko yg menjual asesori valentine di Peschawar Pakistan...bild.de"]

[/caption]

Berbeda dengan yang terjadi di Aceh atau Saudi Arab, seperti negara Iran, Pakistan, Irak dan Bangladesh yang juga menjadi sorotan pemberitaan media online Bild.de dan menceritakan hal lain. Walaupun pemerintah sebagian negara tersebut melarang adanya perayaan Valentine, bahkan disertai ancaman hukuman, namun perayaan ini sepertinya malah semakin digemari oleh sebagian masyarakatnya. Booming pernik-pernik hiasan yang terkait dengan Valentine banyak dijual di toko-toko.

[caption caption="toko penjualan pernik valentine di Baghdad, Irak...bild.de"]

[/caption]

Bisa saja saja toko-toko yang menjual ini menyediakan asesoris hanya untuk umat non muslim yang merayakannya, tapi tidak menutup kemungkinan juga ada juga pembelinya yang beragama islam. Fenomena yang tidak berbeda dan terjadi di negara kita. Ada sebagian umat muslim yang ikut2an merayakan dengan makna kasih sayang sesungguhnya atau mengartikan kasih sayang ini dengan cara lain menurut versinya sendiri dan salah satunya melakukan hubungan seks tanpa ikatan pernikahan...

[caption caption="seorang perempuan membeli pernik valentine di Teheran, Iran...bild.de"]

[/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun