Seorang aktivitis hak asasi manusia Saudi yang tidak mau disebutkan namanya sempat diwawancarai oleh wartawan dari Bild.de dan mengatakan bahwa larangan dibawah pemerintahan wahabi selalu diberlakukan pada hal-hal yang mereka tidak sukai. Misalnya seperti musik, film, perempuan dan valentine. Namun hal itu tidak menutup beberapa sebagian masyarakatnya secara sembunyi-sembunyi untuk merayakannya.
[caption caption="toko yg menjual asesori valentine di Peschawar Pakistan...bild.de"]
Berbeda dengan yang terjadi di Aceh atau Saudi Arab, seperti negara Iran, Pakistan, Irak dan Bangladesh yang juga menjadi sorotan pemberitaan media online Bild.de dan menceritakan hal lain. Walaupun pemerintah sebagian negara tersebut melarang adanya perayaan Valentine, bahkan disertai ancaman hukuman, namun perayaan ini sepertinya malah semakin digemari oleh sebagian masyarakatnya. Booming pernik-pernik hiasan yang terkait dengan Valentine banyak dijual di toko-toko.
[caption caption="toko penjualan pernik valentine di Baghdad, Irak...bild.de"]
Bisa saja saja toko-toko yang menjual ini menyediakan asesoris hanya untuk umat non muslim yang merayakannya, tapi tidak menutup kemungkinan juga ada juga pembelinya yang beragama islam. Fenomena yang tidak berbeda dan terjadi di negara kita. Ada sebagian umat muslim yang ikut2an merayakan dengan makna kasih sayang sesungguhnya atau mengartikan kasih sayang ini dengan cara lain menurut versinya sendiri dan salah satunya melakukan hubungan seks tanpa ikatan pernikahan...
[caption caption="seorang perempuan membeli pernik valentine di Teheran, Iran...bild.de"]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H