Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... Administrasi - penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kegalauan Saudi Arab Akan Kebangkitan Iran

12 Januari 2016   06:25 Diperbarui: 12 Januari 2016   12:08 2543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="thn 1924 ketika pasukan Abdul Aziz ibn Saud menaklukkan Mekah dan Madinah. Serbuan kaum wahabi yang mengakibatkan ribuan korban tewas termasuk orang-orang syiah...foto: welt.de"][/caption]

Sejak runtuhnya pemerintahan Saddam Hussein di Irak, Saudi menafsirkan bahwa negara kerajaan yang selama ini hampir bisa dikatakan mendominasi kawasan Arab mulai berkurang pengaruhnya. Seiring dengan kejatuhan Saddam yang berpaham suni tersebut telah menyebabkan tumbuhnya pengaruh Iran sebagai kekuatan besar pelindung kelompok syiah. Dua negara yang sudah dikenal saling berlomba menanamkan pengaruh di kawasan tersebut, tidak hanya sebatas perseteruan wahabi-syiah saja tapi juga menyangkut kepentingan politik dan ekonomi masing-masing.

Perjanjian nuklir tahun lalu antara Iran dan negara Barat yang sudah menyepakati pembatasan produksi uranium dengan imbalan akan dicabutnya embargo pada negara tersebut, telah membuat khawatir Saudi Arab. Protes keras juga dilakukan oleh negara Israel yang menganggap Iran adalah musuh paling berbahaya. Kekhawatiran bahwa Teheran akan lebih bisa diterima secara luas di masa depan nantinya sebagai kekuatan regional untuk kepentingan negara Barat melalui pendekatan kesepakatan ini, yang sebelumnya selalu dilayani oleh Riyadh. Keprihatinan Saudi Arab lainnya bahwa Teheran secara financial akan lebih mapan dengan pencabutan segera sanksi ekonomi yang dikenakan pada Iran. Dengan keuangan yang memadai, Iran dikhawatirkan akan semakin kuat memberikan dukungan pada Assad menyangkut konflik yang terjadi di Suriah dan Houti di Yaman serta kelompok Hisbollah Libanon.

Pencabutan sangsi ekonomi pada Iran juga akan menimbulkan persaingan tingkat regional khususnya dalam perdagangan minyak. Perang minyak yang telah dimulai oleh Saudi Arab dengan memproduksi secara besar-besaran untuk menekan dan memperlemah secara ekonomi negara Rusia dan Iran yang menggantungkan 70% pendapatan negaranya dari hasil tersebut, bahkan menjadi bumerang sendiri. Saudi Arab mengalami defisit pemasukan keuangan tahun lalu sekitar 90 milyar USD dan diperkirakan akan berlanjut pada tahun berikutnya.

Meluasnya pengaruh Iran juga membuat galau kerajaan karena hal ini bisa juga membawa dampak pemikiran pada masyarakatnya yang terobsesi model pemerintahan republik seperti di negara para Mullah tersebut. Hal yang sangat membahayakan bagi kelangsungan kekuasaan dinasti Saud maupun negara GCC (Kuwait, Qatar, Oman, Bahrain, UAE) yang berlandaskan monarki.

Langkah hukuman mati terhadap ulama syiah, Nimr al-Nimr, yang baru saja dilakukan kerajaan ditengarai upaya lain sebagai tindak provokasi pada Iran. Diharapkan Teheran akan bereaksi keras dan melakukan perbuatan bodoh dengan melakukan serangan militer terbuka terhadap Saudi Arab dan nantinya bisa berakibat fatal. Amerika sebagai penjamin kelanggenan keberadaan kerajaan dinasti Saud tentu tidak akan tinggal diam. Selain juga akan mendapat kecaman dari berbagai negara dan dimusuhi, juga dimungkinkan pembatalan pencabutan embargo yang telah disepakati.

Seperti konon ada pemberitaan bahwa Pakistan akan siap pasang badan jika Iran menyerang Saudi, ini hanya bentuk ngayem-ayemin kerajaan saja yang sedang dilanda galau. Disebabkan tidak pernah akan ada penyerangan terbuka pada negara petro dollar tersebut.

Walaupun dari segi pengalaman perang Iran memiliki kemampuan lebih dari Saudi Arab, namun akan merupakan tindakan konyol jika menyerang langsung Saudi Arab dimana terdapat 2 kota suci bagi umat islam, Madinah dan Mekah. Reaksi keras dipastikan akan timbul dari umat islam dan juga negara sekutu kerajaan.

Dampak dari hukuman mati pada Nimr dimungkinkan akan terjadi di negara-negara yang sedang konflik seperti Suriah dan Yaman. Kedua negara ini ini akan menjadi tempat perwakilan adu kekuatan bersenjata mereka. Suriah akan dipertahankan mati-matian oleh Iran karena wilayah ini adalah basis paling penting keberadaannya untuk berhubungan dengan Hisbollah Libanon.

Memanasnya konflik kedua negara hanya memicu kerusakan negara lain yang tidak secara langsung bertikai. Penderitaan rakyat Suriah dan Yaman akan semakin bertambah dengan kesengsaraannya. Wilayah Eropa pun bakal terkena dampak dengan dibanjiri para pengungsi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun