Musim dingin segera berlalu, sinar matahari sudah tidak malu-malu lagi menampakkan diri menyambut musim semi yg datang. Cuaca hangat mulai menyelimuti kota-kota di Jerman, walau kadang hujan masih datang dengan membawa angin dingin. Namun wajah-wajah para penduduk mulai tampak ceria dan senyumpun bertebaran menambah kehangatan suasana kota. Sudah menjadi kebiasaan, di musim semi apalagi musim panas, mereka banyak memanfaatkan waktu untuk keluar berjalan-jalan. Di pusat keramaian kota lalu lalang manusia akan memadati tempat perbelanjaan maupun tempat makan. Selain itu tidak jarang akan kita temui jg para seniman jalanan. Di musim seperti inilah kesempatan mereka untuk "menjual" kemahirannya demi meraih beberapa euro. Berbagai ragam seni mereka tampilkan dari musik, lukisan, akrobatik, komedi semacam pantomim hingga berkostum dan bergaya ala patung. sumber foto. Jika di Indonesia banyak kita temui pengamen entah itu di bis kota atau yg melakukan door to door, hal semacam ini tidak bisa anda temui di kota München. Untuk menjadi pengamen atau disini lebih dikenal dgn sebutan "Straßenkünstler" atau seniman jalanan, ternyata tidak gampang dan ini berlaku tidak hanya untuk pemain musik saja. Selain kemahiran yg dimiliki, mereka juga harus mengantongi ijin dari pemda setempat yg mengurusi masalah ini. München adalah kota yg paling ketat dalam hal perijinan tsb. Tadi malam ada laporan menarik di TV yg menyiarkan kehidupan seniman jalanan. Semula saya pikir mereka itu bebas melakukan pertunjukan di jalanan, ternyata dugaan saya salah. Sumber foto. Ceritanya ada reporter yg ingin mengetahui berapa penghasilan yg didapat oleh para seniman jalanan tsb. Maka dia bersama seorang pemain musik melakukan proses sebelum ngamen yg harus dilakukannya. Pertama ijin harus didapatkan lebih dulu. Untuk mendapatkan ijin, mereka ditest menunjukkan kebolehannya apakah layak untuk dipertontonkan. Setelah itu surat ijin diberikan tapi hanya boleh "beroperasi" selama 3 jam saja dan tempatnya pun diatur, misalnya tidak boleh di depan toko atau menghalangi orang2 berjalan. Untuk mendapatkan ijin ini, mereka jg harus membayar 10 euro. Dengan bekal ijin yg sudah didapatkan, mulailah mereka mencari tempat yg banyak dilalui para pejalan kaki. Setelah melakukan aksi selama 1.5 jam, reporter tsb penasaran dengan hasil yg didapatkan selama mengamen dengan pemain musik tsb. Hal yg membuatnya sedikit kaget karena jumlah yg didapatkan tidak pernah terbayangkan. Sekitar 103 euro selama 1.5 jam, sekitar 1.5 juta rupiah (kurs 15.000). Ini melebihi para pekerja biasa yg rata2 hanya mendapatkan 10 euro/jam dan masih harus bayar segala macam pajak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H