Hari natal bagi umat kristen di eropa dan bagian lain di bumi ini, diidentikkan dengan turunnya salju. Namun dalam ingatan ini, sejak 3 tahun terakhir di kota München ketika natal tiba salju tak kunjung ada. Bahkan tahun kemarin cuaca cerah dengan sinar matahari dan suhu berkisar 15 derajat. Pengaruh pemanasan global ? Maneketehe. White Christmas dengan semaraknya salju putih untuk merayakan natal menjadi sirna. Namun begitu tidak mengurangi kekhusukkan bagi yang merayakan.
Walaupun memasuki bulan november udara sudah dingin, tahun ini natal juga dirayakan tanpa kehadiran putihnya salju. Baru di hari kedua salju mulai turun di pagi hari. Kegembiraan tentunya bagi yang merindukan, terutama anak-anak. Jika salju sudah mulai turun, malah tidak mau berhenti. Tiga hari ini kota München diguyur salju terus menerus. Pemandangan warna putih dimana-mana. Brrrrrrrrrrr....minus 13 derajat pagi ini.
[caption id="attachment_387054" align="aligncenter" width="456" caption="jalanan mulai dipenuhi salju...."][/caption]
Walau udara dingin, demi kesehatan keluar rumah memang dianjurkan. Satu atau 2 jam sekedar jalan-jalan untuk menghirup udara segar dan juga menjaga kekebalan tubuh agar tidak mudah jatuh sakit. Seharian didalam rumah bermalas-malasan dengan semua pintu dan jendela tertutup, hanya akan mengundang penyakit didalam tubuh kita.
[caption id="attachment_387055" align="aligncenter" width="456" caption="gerbang menuju pusat kota...."]
Minggu kemarin adalah waktu tepat untuk sekedar menggerakkan kaki menuju pusat kota München yang tidak jauh dari rumah. Di hari tersebut hampir semua kesibukan semacam perbelanjaan dan kantor tutup. Jalanan pun sedikit lengang dan hanya restaurant dan tempat tertentu yang dibuka untuk umum, salah satunya adalah museum.
[caption id="attachment_387057" align="aligncenter" width="448" caption="rathaus...tempat mangkalnya walikota"]
Menyusuri jalanan kota München ditengah dinginnya salju memberikan kenikmatan tersendiri. Lepas dari hiruk pikuknya kota ini yang biasanya ramai pada hari-hari biasa. Anak-anakpun gembira dengan bermain saling lempar bola salju. Begitu pula ketika mereka mulai dengan berlarian menggunakan schlittschuhe diatas es yang disediakan oleh sebuah rumah makan. Tempat yang cukup luas berada dipusat kota dan menjadi atraksi permainan anak-anak maupun dewasa.
[caption id="attachment_387058" align="aligncenter" width="456" caption="biasanya penuh sesak hari mingg terlihat lengang...."]
Setelah beberapa jam dan dirasa sudah cukup kedinginan, mencari tempat yang tertutup sekalian menghangatkan badan. Melewati pasar tradisional satu2nya yang masih tersisa di kota München, melihat ada beberapa museum yang dibuka. Beberapa museum sudah pernah melihat didalamnya namun satu meseum belum kita singgahi, Museum Yahudi. Terlihat menarik dari bentuk bangunannya mirip sinagoge dan sekalian untuk mengenal lebih dekat sejarah agama samawi paling tua ini.
[caption id="attachment_387060" align="aligncenter" width="448" caption="kegembiraan anak-anak bermain sepatu es..."]
[caption id="attachment_387062" align="aligncenter" width="456" caption="sebagian deretan kios pasar tradisional, minggu tutup...."]
Dengan membayar tiket 6 euro untuk dewasa dan anak-anak tidak dikenakan biaya, mulai memasuki pintu utama. Kesan pertama yang didapat tidak seperti museum pada umumnya. Keamanan begitu ketatnya. Di setiap pintu masuk dan keluar juga setiap ruangan dijaga orang yang berpakaian setelan jas dilengkapi dengan alat komunikasi. Wah..malah mirip2 para agen di film. Suasana pun hening dan orang bercakap-cakap dengan lirih. Kesannya sakral banget. Ini masuk rumah ibadah atau museum, pikir saya dalam hati.
[caption id="attachment_387061" align="aligncenter" width="448" caption="museum yahudi tampak dari luar..."]
Apa yang diharapkan untuk dilihat didalam museum tidak seperti yang dibayangkan. Gambaran sebelumnya isi museum akan mempertontonkan sejarah beserta benda artefak terkait dengan agama ini, tidak ditemukan sama sekali. Kebanyakan hanyalah cerita kedatangan orang pertama Yahudi di München sekitar tahun 1292 berikut konflik yang mengikutinya. Tidak terkecuali tentang kehidupan orang-orang yahudi di masa perang dunia 1 dan 2. Sajian diungkapkan dalam gambar ilustrasi semacam komik maupun foto2 hitam putih. Untuk mengambil gambar dengan memotret di ruangan pun tidak diperbolehkan. Sayang sekali. Akhirnya tidak sampai setengah jam, anak-anakpun sudah merasa bosan dan kitapun keluar pindah ke Mc Donald......
#foto Elde
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H