Lunglai, Bara duduk di depan baraknya. Bulir air mata mulai menganak sungai di pipinya. Setelah sekian lama, berkilo-kilo meter ia tempuh untuk kembali pulang, hanya kenyataan pahit yang diterimanya. Hani menghilang, benar-benar menghilang tanpa jejak. “Waduh Mas...... saya ndak tahu mbak Hani sama keluarganya pindah kemana. Mereka juga ndak pamitan sama tetangga di komplek sini Mas” hanya itu jawaban yang didapatkan Bara saat ia mendatangi kediaman Hani untuk pertama kalinya setelah pulang tugas. Dan beberapa hari sesudahnya, seperti orang gila Bara mencari dan terus mencari dimana keberadaan Hani. Berharap ada keajaiban,mukjijat dan entah apa namanya, untuk memberitahunya sedikit saja kabar tentang gadis tercintanya itu. Bara meraba dadanya, terasa ada sakit teramat sangat. Apa salahnya, apa yang terjadi hingga Hani pergi begitu saja, meninggalkan Bara yang kini hanya bisa tergugu, menggenggam erat sebentuk cincin dan foto gadis itu. Hani....... kamu dimana? Kembalilah padaku, aku mohon padamu...... bisik Bara dalam tangisnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H