Stop mengurusi politik atau artis di negara ini, kecuali memang itu jabatanmu. Urus dirimu, keluargamu! Keluarga adalah akar dari satu bangsa yang besar, jadi jangan sepelekan dan berlagak sudah hebat menulis komen sana sini di setiap berita utama apalagi ngatur presidennya. Berdemo melempar batu karena tidak puas dengan pejabat daerah tidak membuat karirmu meningkat atau membuat keluargamu kenyang.
Berhenti mendapatkan kesenangan dengan mengikuti cerita aib para artis atau selebritis. Â Tidakkah berpikir artis itu berasal dari kata "art" seni, yang seharusnya membudidayakan seni dan bukan membudidayakan gosip. Jadi baik kah pikiran jika hanya dipenuhi gosip?? Â Ayo liat lagi cara hidupmu, sudah baik kah? sudah mapankah? sudah beramalkan jika sudah berkecukupan?
Sudah saatnya artis-artis di Indonesia tidak hanya bekerja lokal mencari kekayaan pribadi, tapi dipenuhi tanggung jawab menyebarkan budaya seni Indonesia ke negara luar. Mengenalkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa pokok yang patut dipelajari ketika seseorang bepergian ke negara Asia. Melalui karya seni baik dari lagu dan film adalah salah satu cara termudah yang bisa diserap bangsa lain tanpa merasa terintimidasi. Basmi sinetron yang karakter dramanya merusak moral bangsa, lebih merusak dari pada sensor rok mini. Stop kemunafikan sensor sana-sini, tapi gagal memblokir sinetron yang merusak karakter anak-anak. Â Tingkatkan teknis menyanyi tidak hanya goyang yang dikedepankan.
Stop bekerja hanya demi mendapatkan gaji tiap bulan. Â Bangun mimpi, bukan hanya mimpi dapat gunung emas. Â Tapi mimpi yang bisa mengembangkan hidup pribadi lebih berguna. Â Harimau mati meninggalkan belangnya, Gajah mati meninggalkan gadingnya, cobalah berpikir ketika tidak ada di dunia ini, meninggalkan sesuatu yang lebih berharga dari sekedar "uang".
Banyak yang berpikir, apalagi wanita, melewati usia 30 sudah menikah dan punya anak, kewajiban membesarkan anak adalah utama, sehingga melupakan mimpi sendiri juga tidak apa-apa bahkan harus??! Â Pandangan yang sangat umum, tapi maaf tidak selalu benar. Â Anak juga bercermin pada Ibu, ketika seorang Ibu juga memiliki mimpi dan berjuang untuk mimpinya, yakinlah anak menghargai dan bukan mustahil mendukung. Â Tentunya tidak mendukung Ibu yang melupakan tanggung jawab, tapi ada saatnya anak memiliki hidup sendiri, dan orangtua pun bisa mengejar mimpinya. Sudah banyak contohnya, tapi perlu lebih banyak lagi. Usia benarlah hanya angka, bagi yang benar-benar percaya kemajuan!
Hormati pejalan kaki! Berhentilah ketika harus berhenti dan memberi jalan, lebih cepat 5 detik melewati pejalan kaki, tidak membuat hidup lebih kaya, tapi membuat lebih hina..betul..sangat hina! Â Belajar berhenti dan memberi jalan, falsafah ini akan terbawa di kehidupan sehari-hari tidak hanya di jalan, maju terus tanpa ada rem, berakibat fatal juga. Beri ruang bagi manusia lain, maka hidup akan terasa lapang dan saling menghargai.
Berhenti memandang orang dari warna kulit dan kesukuan. "Jika seseorang berbuat baik, orang tidak akan tanya latar belakangmu!" Kalimat ini sudah cukup. Â Berhenti mencaci orang lain, andapun tidak sempurna, kenapa merasa berhak melemparkan batu lebih dulu ke orang lain? Perbaiki diri sendiri lebih dahulu.
Cita-cita Beta terbesar: Indonesia tidak lagi menjadi negara berkembang, tetapi masuk kategori negara maju, stop monopoli bandwith internet, dan memandangnya sebagai suatu barang mewah. Informasi yang merata dari sabang sampai merauke, menjangkau ke segala pelosok. Membuat bangsa ini maju secara bersama, tidak hanya kota besar yang pintar, tapi masih banyak daerah pelosok yang tertinggal informasi. Internet bukan barang mewah, informasi adalah gratis.
Ketika hendak melakukan segala sesuatu, tanyakan selalu pada dirimu:
"Apakah ini suatu kebenaran?"
"Apakah ini adil bagi semua orang?"