Mohon tunggu...
Muhammad Arif
Muhammad Arif Mohon Tunggu... -

Pemuda yang sedang mengejar cita-citanya |Fokus di Fiksi | Sedang tertarik cerita misteri

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Episode 1] Aku Menyadari Perhatiannya Beda

6 Februari 2014   08:49 Diperbarui: 5 Desember 2015   09:05 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13916591441386707567

[caption id="attachment_320815" align="aligncenter" width="300" caption="credit foto : buat sendiri"][/caption]

Sofa panjang menghadap sebuah jendela besar, tempat Favorit Toni untuk menikmati hujan dan matahari sore. Entahlah bagi Toni, duduk di sofa oranye yang empuk sambil menikmati minuman hangat dengan pemandangan kota yang sedang hujan atau perlahan-lahan berganti malam adalah saat-saat yang paling berharga dalam hidupnya. Itulah mengapa Toni hanya datang ngantor saat sore hari atau saat langit menunjukan tanda-tanda akan hujan. Toni datang ke kantor pukul 14.00 dan pulang pukul 22.00. Atau kalau langit, dan perkiraan cuaca mengatakan akan hujan, Toni pasti datang kekantor.

Sebelum menikmati hujan yang turun dengan syahdu lalu berubah drama, Toni ingin membuat teh di dapur kantor. "Alah, kopi lagi", Toni tidak sika kopi. Anehnya jika dia minum kopi, dia mengantuk dan tidur. Terpaksa Toni membuat kopi dan membawanya ke ruang tamu yang menghadap ke kaca besar diruang tamu kantor.  Dari kejauhan Khoirunisa datang dengan sangat kerepotan membawa tumpukan majalah komik dari gudang.

"Wah laris nih, siapa yang beli?"

"Ini untuk Bandung, lumayan pesan 250 eksmplar", reflek Toni langsung membantu Khoirunisa. Setelah membantu Khoirunisa yang kerepotan, Toni langsung ke gudang mengambil sisa majalah komik. Setelah selesai memindahkan 250 eksmplar, Toni membantu Khoirunisa untuk membungkusnya dengan plastik. Sambil memasukan majalah komik dalam plastik Toni nampak keheranan, dia terheran-heran dengan model jilbab yang sekarang.

"Baru nge-Trend ya Jilbab seperti ini".

"Oh, aku suka aja mas. Mas Toni enggak suka"

" Wagu* aja, kelihatan lebih Mature sih", saat itu Khoirunisa menggunakan jilbab yang  berwarna coklat tua, dan memiliki patern yang kompleks.

"Ini juga cuma coba-coba. Temen-temenku suka sih" Sambil mengepack komik-komik pesanan Bandung. Toni merenung. Kenapa Khoirunisa masih bertahan dipenerbitan komik ini. Padahal gajinya kecil banget. Memang kerja di penerbitan komik ini tidak terikat jam kerja. Yang kerjanya banyak ya dibayar banyak, kerja sedikit ya bayarannya sedikit. Enggak kerja ya tidak dapet duit. Khoirunisa kadang mencuri lihat kepada Toni. Menatap Toni beberapa detik. Lalu mengembangkan sedikit senyumnya. Toni menyadari ini berkali-kali. Jika Khoirunisa melakukan itu Toni kadang menyempatkan untuk bercermin. Mungkin ada yang salah atau lucu dimukanya.

Khoirunisa adalah gadis yang sangat cantik. Banyak laki-laki yang tertawan oleh kecantikannya. Sedangkan Khoirunisa sendiri dia memilih untuk tidak pacaran. Di sisi yang lain, Toni sepertinya tidak tertarik dengan perempuan yang cantik sekali. Semakin cantik seorang perempuan, Toni malah menjauhinya. Atau malah semakin bersikap biasa. Tidak seperti laki-laki pada umumnya yang heboh bahkan kelihatan ndeso** jika ada perempuan cantik lewat didepannya. Teman-teman perempuan Toni cantik-cantik sehingga teman-teman Toni yang laki-laki pada heran, kenapa Toni tidak grogi berada didekat perempuan Cantik. Bagi Khoirunisa, dia nyaman bersama Toni. Toni tidak seperti Laki-laki pada umumnya. Khoirunisa terkadang merasa risih jika ada Laki-laki yang menatapnya tanpa malu saat dia berjalan didepannya. Dan itu sering terjadi. Dia hanya merasa aneh, dia bukan tontonan. Bahkan terkadang godaan cabul yang menyesakan dada terdengar lirih saat dia berjalan disuatu kampung. Teman-teman yang laki-lakipun banyak yang mendekatinya lewat sms, telephone, bahkan jejaring sosial. Yang pada akhirnya cuma ditanggapi seadanya.

Smartphone Toni bergetar, ada telefon dari seseorang,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun