Mohon tunggu...
Muhammad Arif
Muhammad Arif Mohon Tunggu... -

Pemuda yang sedang mengejar cita-citanya |Fokus di Fiksi | Sedang tertarik cerita misteri

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Episode 3] Aku Hanya Ingin Mengisi Kekosongan Hatimu (1)

12 Februari 2014   14:26 Diperbarui: 5 Desember 2015   09:39 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_321378" align="aligncenter" width="300" caption="Credit Photo : buat sendiri"][/caption] Sebuah rumah biru ditengah perkebunan bunga matahari. Hawa dingin pegunungan disebuah pedesaan yang jauh dari kota. Julia terbangun dengan perasaan yang dia sendiri tidak bisa menjelaskannya. Senyumnya terkembang karena mengingat-ingat hari-hari indah selama 15 hari yang telah lalu. Hanya saja hatinya terganjal jika ingat dengan apa yang terjadi sebelum 15 hari tersebut. 15 hari lagi dia akan melanjutkan studi ke Finlandia. Ingin rasaya sebelum pergi dia bisa melupakan perasaan yang mengganjal dalam hatinya. Julia keluar dari kamarnya menuju halaman belakang rumahnya. Dia berjongkok untuk melihat tunas bunga matahari yang dia taruh disebuah rak mirip rak sepatu. Didalam rak tersebut terdapat tunas bunga matahri yang tingginya sudah 3 cm. Senyumnya terkembang, " maafkan aku, untuk sementara aku tidak bisa merawat dan memperhatikan kalian. Tidak untuk setengah tahun kedepan".

Julia memandang kelangit yang mungkin akan dia rindukan. Atau langit yang mungkin akan dia coba lupakan untuk sementara waktu. Di Finlandia dia ingin melupakan sejenak Indonesia, atau yang berhubungan dengan orang itu. Seorang laki-laki yang memberikan sebuah janji dengan naif-nya. Harapan terkembang menuai perasaan yang mengekspresikan sebuah masa depan kebahagiaan. Sayang seribu sayang, kedua belah pihak besan tidak setuju dengan rencana mereka berdua. Julia berjalan diantara bunga matahari yang sudah Ia tanam sejak 4 bulan yang lalu. Tingginya sudah hampir 2 meter. Ada kekhidmadan yang membuncah ketika berjalan-jalan diantara bunga matahari yang tinggi. Dan lagi-lagi bayang laki-laki itu muncul membuat lututnya melemah entah kenapa.

***

Yogyakarta, 11 Februari 2014 ________ Gerimis Februari adalah cerita mini bersambung. Terbit setiap Rabu dan Sabtu. Harusnya sih setiap jam 20.00 tapi nanti malam masuk kerja, jadi biasanya saya posting sore atau kamis pagi dini hari. Yang episode ini karena terlalu panjang saya bagi menjadi 2 bagian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun