[caption id="attachment_187851" align="aligncenter" width="540" caption="klimg.com"][/caption]
Sampai hari ini entah udah berapa banyak pejabat negara berkomentar dan berspekulasi mengenai penyebab kecelakaan  pesawat Sukhoi Superjet 100 (SSJ-100) di lereng Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Mbok iyo, saat ini beri dukungan dulu bagi tim yang sudah ada. Liat deh  tim evakuasi yang terdiri dari TNI, Polri, Basarnas, PMI, organisasi pecinta alam dan masyarakat sudah bahu membahu untuk mengevakuasi korban dan bangkai pesawat. Pekerjaan mereka masih berlanjut.
Keluarga korban yang sedang berduka seolah-olah dibuat pusing dengan statement dan spekulasi yang simpang siur mengenai kecelakaan ini. Â Ada banyak pertanyaan di kepala semua orang, jangan diprovokasi lagi. Â Kalau semua mau bersabar dan menunggu hingga semua proses berjalan dengan baik. Jangan menekan secara berlebihan tim yang bekerja sekarang.
Yang punya cuaca di gunung salak siapa? Kalo cuacanya berkata lain mau salahkan siapa? Mau maksa  Tim Disaster Victim Identification (DVI) bekerja dalam itungan sehari atau dua hari bagaimana? Semua perlu berproses kan, perlu waktu, perlu kesabaran.
Selain cuaca, lokasi kecelakaan di gunung salak memiiki kondisi alam yang sulit, apalagi kita dengar dan baca segala macam puing-puing pesawat dan serpihan lainnya tersebar dimana-mana. Bisa dibayangin gak sih?
Belon apa-apa anggota komisi V DPR RI, udah mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kurang populer. Mau ngawasin pelaksaan evakuasi lah, berspekulasi soal penyebab kecelakaan lah, mau manggil Basarnas dan kementerian perhubungan lah. Sebenarnya boleh-boleh saja kalau mau mengawal semua proses ini sampai selesai, hanya gak usah berkoar-koar ke publik apalagi buru-buru menuding pihak lain bertanggungjawab.
Keluarga korban dan masyarakat Indonesia juga kepengen jawabanya cepet hai bapak-bapak anggota dewan yang terhormat. Tapi mereka mengerti kok, kalo pekerjaan ini masih berjalan dan gak mudah secepat itu mengungkapkannya. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih harus bekerja. Apakah bapak-bapak anggota dewan pengen jadi KNKT juga? Sekalian saja turun ke lapangan sebagai tim evakuasi sekaligus nanti ikut mengidentifikasi korban. Biar tau jawabannya langsung di lapangan. Emang mau?
Bersabar dulu napa sih? Malu sama anak-anak TK, Murid-murid sekolah dan masyarakat luas yang sampai saat ini masih melakukan Sholat Ghoib dan Tahlil, mereka khusuk berdoa.
Berilah dukungan kepada tim yang sekarang ini sudah ada, berikan kemudahan agar mereka dapat bekerja dengan baik. Fasilitasi mereka, berdoa kepada mereka, jangan menekan mereka. Semua sudah bekerja. Yang meminta kejadian ini terjadi siapa bapak anggota dewan? Lalu bapak-bapak mau menekan siapa? Tunggulah, lagian masih reses, bersabar dan jaga ucapan.
Begitupun media, mbok iya, disaring dulu lah berita-berita yang miring baru diberitakan. Jaga perasaan keluarga korban. Jangan menggiring opini dulu.
Belum lagi masyarakat luas pengguna internet dan smartphone. Apa gak punya empati, seenak perutnya bebas merdeka menggiring opini, Â apalagi membuat lelucon, menyebarkan gambar-gambar palsu. Heran Lova
Semua memang mau bicara, semua memang mau tampil beda dan tenar. Tapi kalo kebebasan dilakukan sampai kebablasen bisa melanggar hak asasi orang lain. Mbok iya, jaga hati, ucapan dan tindakan.
Mari kita tunggu saja semua proses berjalan hingga selesai, berdoa dan berikan dukungan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H