Mohon tunggu...
Loura Nindy Afisha
Loura Nindy Afisha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bersama saya hadapi dunia dengan 1 langkah ke depan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Cuaca Terik Surabaya: Alarm untuk Perubahan atau Sinyal Bahaya?

2 November 2024   09:00 Diperbarui: 2 November 2024   13:05 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/amethysts_99

Surabaya, kota pahlawan yang terkenal dengan semangat juangnya, kini menghadapi tantangan baru yang tak kalah sengit: cuaca ekstrem. Teriknya matahari yang membakar kulit dan udara yang terasa bagai oven raksasa bukan lagi sekadar keluhan sehari-hari, melainkan fenomena yang patut kita cermati dengan seksama.

Fenomena yang Tak Bisa Diabaikan

Beberapa tahun terakhir, Surabaya seolah berubah menjadi "kota pemanggang". Suhu udara yang melonjak hingga 36°C bahkan lebih bukan lagi hal yang mengejutkan. Namun, apakah kita sudah terbiasa berarti kita harus menerimanya begitu saja?

Dampak yang Mengkhawatirkan

Cuaca ekstrem ini bukan sekadar masalah ketidaknyamanan. Ia membawa dampak serius bagi kesehatan, produktivitas, dan bahkan perekonomian kota:

- Risiko dehidrasi dan heat stroke meningkat, terutama bagi pekerja outdoor dan lansia.

- Konsumsi listrik melambung akibat penggunaan AC yang tak terkendali.

- Kualitas udara menurun karena polusi yang terperangkap di udara panas.

- Produktivitas pekerja terganggu akibat ketidaknyamanan dan kelelahan.

Alarm untuk Perubahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun