Surabaya, kota pahlawan yang terkenal dengan semangat juangnya, kini menghadapi tantangan baru yang tak kalah sengit: cuaca ekstrem. Teriknya matahari yang membakar kulit dan udara yang terasa bagai oven raksasa bukan lagi sekadar keluhan sehari-hari, melainkan fenomena yang patut kita cermati dengan seksama.
Fenomena yang Tak Bisa Diabaikan
Beberapa tahun terakhir, Surabaya seolah berubah menjadi "kota pemanggang". Suhu udara yang melonjak hingga 36°C bahkan lebih bukan lagi hal yang mengejutkan. Namun, apakah kita sudah terbiasa berarti kita harus menerimanya begitu saja?
Dampak yang Mengkhawatirkan
Cuaca ekstrem ini bukan sekadar masalah ketidaknyamanan. Ia membawa dampak serius bagi kesehatan, produktivitas, dan bahkan perekonomian kota:
- Risiko dehidrasi dan heat stroke meningkat, terutama bagi pekerja outdoor dan lansia.
- Konsumsi listrik melambung akibat penggunaan AC yang tak terkendali.
- Kualitas udara menurun karena polusi yang terperangkap di udara panas.
- Produktivitas pekerja terganggu akibat ketidaknyamanan dan kelelahan.
Alarm untuk Perubahan
Cuaca ekstrem ini seharusnya menjadi alarm keras bagi kita semua. Ini bukan lagi masalah "cuaca memang begini", tapi sinyal bahwa ada yang tidak beres dengan cara kita memperlakukan lingkungan. Beberapa langkah yang bisa kita ambil:
- Penghijauan kota secara masif untuk menurunkan suhu udara.
- Penggunaan energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon.
- Edukasi masyarakat tentang pentingnya gaya hidup ramah lingkungan.
- Perencanaan kota yang lebih baik dengan mempertimbangkan faktor iklim.
Atau Sinyal Bahaya?
Jika kita terus mengabaikan sinyal ini, Surabaya bisa menghadapi masa depan yang lebih mengerikan. Bayangkan kota yang tak lagi nyaman dihuni, di mana beraktivitas di luar ruangan menjadi hal yang berbahaya. Ini bukan sekadar khayalan, tapi kemungkinan nyata jika kita tetap apatis.
Kesimpulan: Saatnya Bertindak
Cuaca terik Surabaya bukan hanya masalah cuaca. Ia adalah cermin dari krisis lingkungan yang lebih besar. Kita punya pilihan: menjadikannya sebagai alarm untuk berubah atau mengabaikannya sebagai sinyal bahaya yang akan membawa malapetaka lebih besar.
Sebagai warga Surabaya, kita punya tanggung jawab untuk menjaga kota ini. Bukan hanya demi kenyamanan kita hari ini, tapi juga demi masa depan anak cucu kita. Saatnya kita bangkit dan bertindak, sebelum panasnya Surabaya bukan lagi metafora, tapi kenyataan yang tak tertahankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H