Mohon tunggu...
Louis Pariama
Louis Pariama Mohon Tunggu... Lainnya - Pendeta

suka baca dan jalan-jalan, menaruh perhatian pada persoalan-persoalan sosial, isu perempuan dan anak serta masyarakat dan budaya lokal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Perlu Seragam!

1 Desember 2023   11:28 Diperbarui: 1 Desember 2023   13:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kecil kita terbiasa dengan seragam. Mulai denhan seragaman sama Papa-Mama, lalu seragam sekolah (TK-SMA), kemudian seragam.kerja. Di komunitas juga kita bikin seragam. Seragam angkatan, seragam rukun, seragam geng, seragam.pengerja gereja. Mo ada acara, pake seragam. Seragam panitia, seragam pesta, seragam penyanyi, seragam penari. Pokoknya seragam.

Seragam jadi simbol bagian dari kelompok dan penanda yang membedakan kita dari yang lain.
Seragam juga sering dianggap simbol kesamaan hati, kekompakan. Yang tak berseragam, tak kompak. Lain. Aneh.

Coba tampillah beda dan berdiri di antara yang seragam. Apa yang anda rasakan? Malu, tak nyaman, atau sebaliknya bangga?

1 Raja-Raja 22:1-28 berkisah tentang seorang nabi yang tak seragam, tak kompak dengan teman-temannya. Bukan baju seragam, tapi nubuatnya.
Namanya nabi Mikha. Saat mayoritas nabi menjadi penjilat raja, Mikha tetap bersikukuh menyatakan yang benar. Akibatnya, ia dibenci, dikucilkan. Iya, ketika raja Ahab mau meminta jawaban nabi atas keinginannya untuk berperang, 400an nabi dipanggil dan Mikha secara sengaja dilupakan (ay.6-8). Raja gerah banget sama nabi satu ini

Saat terpaksa ia harus diikutsertakan, ia mendapat tekanan dan dipenjara (ay.13, 27). Ia pun dibenci teman-temannya (ay.24).
Apes! Dibenci penguasa, dimusuhi teman.
Apakah Mikha menyerah dan terpaksa seragam?

Tidak! Saya suka kata-katanya di ay.14 dan 28. Bagaimana ia menjawab tekanan dan ancaman. Ia tahu siapa dirinya, apa tugasnya, dan dengan berani melakukan tugasnya. Apapun risikonya.

Seseorang sejatinya nabi atau palsu dibuktikan dari kesesuaian nubuatnya dengan kenyataan. ay.29-38 menjadi jawab manakah yang benar-benar nabi. Yang seragam atau bukan

Tekanan seragam, suara banyak orang seringkali membuat kita takut menyatakan kebenaran, menjadi berbeda. Ikut rame lebih baik. Nyaman. Tapi apakah hati tidak memberontak?

Kulihat Mikha seperti nabi tak berseragam. Kayak seorang pendeta yang pake baju batik di tengah kumpulan bertoga. Aneh.
Ia berbisik "tak perlu seragam! Kebenaran adalah penanda yang tepat."
Akh... jalan kebenaran itu sepi dan tak sedikit ancamannya. Tapi memilih untuk tetap menjalaninya membuktikan integritas kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun