Dunia digital banyak sekali kepalsuan di era ini. Dan ini sangat berdampak untuk cara kita berdemokrasi. Karena banyak kepalsuan mengakibatkan banyak hasil yang palsu. Seperti banyaknya berita-berita hoax yang timbul dari calon-calon presiden beserta wakil presidennya yang dapat merugikan mereka.Â
Pembicara Dr. Adiyana Slamet, S.IP., M.Si
Beliau mengatakan bahwa negara berhak mendapatkan komunikasi dan informasi.Â
Digitalisasi yang pernah kita alami adalah beralihnya TV analog ke TV digital
Yang kedua adalah beralihnya semua ke internet
Tanggal 6 juni kemarin. Kang Emil menyampaikan bahwa KPID provinsi Jawa Barat perlu mengawasi keadaan Internet. Perlu diadainnya sebuah benteng pertahanan untuk internet (untuk menjaga). Undang-undang untuk ITE PSE untuk menjaga keamanan dan juga semua situs atau sumber informasi harus disaring dahulu dan harus sesuai kenyataan dan ketetapan.
Perubahan dunia. Dunia memasuki era baru ean revolusioner yang terjadi hampir tiap 100 tahun sekali. Contohnya adalah revolusi industri 1.0 sampai ke 4.0. kita generasi muda (generasi sekarang) sudah terlahir bersama adanya internet. Tumbuh bersama Internet oleh karena itu internet itu sendiri berada dikepalan tangan kita, kita sudah menguasai adanya internet itu sendiri.Â
"We all ready experiencing the cultural effect of the digital revolution that is underway" -Marry Cross, 2011
Beliau melakukan research yang berjudul "Millenial Generation in West Java Governor Election: Political Communication and Information Media. Research itu mengatakan bahwa generasi-generasi muda sangat malas untuk membaca berita-berita politik karena mereka menganggap beritanya itu teralu berat dan itu sangat bahaya. Bahayanya bukan untuk satu individual tapi untuk kemajuan nanti negara kita. Bagaimana nanti kemajuan dari negara kita bisa berkembang karena kekurangannya ilmu tentang keadaan politik.Â
Media sosial merupakan second public sphere yang artinya munculnya tempat baru untuk kita menyuarakan ide ataupun gagasan kita. Contohnya adalah keributan tentang pemilu di Amerika Serikat yang terjadi di Facebook, Instagram dan Twitter. Donald Trump menang menjadi presiden karena adanya Hoax. "No viral No Justice" dan di Indonesia pun mengalami kejadian yang sangat mirip.Â
Tetapi media sosial pun ada sisi positifnya, ada keuntungannya.
1. Democrastisiting of access Kita dimanapun dan kapanpun bisa mengaksesÂ
2. Democrastisting of content (media baru memberikan informasi dengan jumlah yang tidak terbatas)
Ruang digital, media sosial, dan hoax di Indonesia. Isu politik yang mengandung hoaks/informasi keliru adalah sebesar 69%. Dan Facebook adalah media sosial yang paling banyak mengandung berita hoax (63% responden).
3 jenia disrupsi informasi:
1. Misinformasi
2. Disinformasi
3. Malinformasi
Teknologi merupakan faktor utama pemicu disrupsi pada era kekinian. Terutama adalah media sosial
Jawa baratpun termasuk area yang sangat rawa
n tinggi pemilu hoax sebesar 77.04%
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H