Sosok yang saya kagumi ini bernama Diana Elizabeth Waturangi. Saat ini Beliau menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknobiologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (FTb UAJ). Ibu dari dua anak ini akrab disapa Ibu Diana. Beliau lahir di Jakarta, 28 Desember 1972. Sejak muda, Beliau tertarik dengan dunia sains. Hal ini digelutinya dari kecil hingga akhirnya Beliau memutuskan untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor dari jenjang strata 1 dengan jurusan biologi, dilanjutkan dengan strata 2 dan strata 3 jurusan mikrobiologi. Saat studi strata 1 dan 2, Beliau dibimbing oleh Dr. dr. Sri Budiarti, sedangkan strata 3 dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto, M.Sc.
“Waktu penelitian S-1 dulu saya sudah tertarik dengan bakteri usus. Dulu sistemnya juga open topic seperti di Atma Jaya, saya pilih topik tersebut. Saya sangat tertarik dan konsisten melakukan penelitian yang berkaitan dengan bakteri mikrobiota usus serta bakteri patogen usus hingga penelitian S3 saya, Steph.”, begitu ceritanya sewaktu diwawancara oleh penulis.
Saat melanjutkan studi doktoralnya, Beliau mendapatkan beasiswa The German Academic Exchange Service (DAAD) dari permerintah Jerman untuk melakukan riset S3 di Jerman. Lulus dari IPB, Beliau melanjutkan program post doctoral di Oklahoma State University dan University of Texas Houston Medical Center yang berlokasi di Amerika Serikat.
Tidak hanya tertarik dengan dunia sains, Beliau juga suka mengajar. Beliau memaparkan bahwa sejak kelas 6 SD, Beliau sudah mengajar anak-anak sekolah minggu di gerejanya. Murid yang diajarnya sebagian besar berasal dari golongan ekonomi tidak mampu dan tinggal di area sekitar rel kereta di Jakarta Utara. Hal tersebut konsisten dilakukannya hingga saat ini.
[caption caption="Ibu Diana (sumber: dokumen pribadi)"][/caption]
“Kalau di dunia profesional, saya sudah mulai mengajar sebagai dosen honorer di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta sejak tahun 1997. Waktu itu saya mulai mengajar setelah lulus S1 sambil melanjutkan S2. Itu pengalaman yang tidak akan terlupa. Saya grogi sekali mengajar mahasiswa sebanyak lebih dari 150 orang”, ceritanya sambil tertawa mengenang masa lalu. Tak heran karena jam terbang mengajarnya yang tinggi, kini Beliau menjadi dosen dengan gaya mengajar yang sangat luwes dan sosok yang berkharisma.
“Saya suka mengajar. Saya sangat ingin mahasiswa pulang dari kelas saya dengan mengingat hal-hal yang saya ajarkan. Ingatnya tentu tidak sebentar, tetapi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, materi kuliah saya coba susun semenarik mungkin untuk mereka.”, ceritanya.
Setelah kembali ke Indonesia, Beliau diundang sebagai dosen tamu di Unika Atma Jaya dan ditawarkan untuk menjadi staf tetap oleh Bapak Dekan FTb UAJ saat itu, yaitu Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto, M.Sc. Karena kinerjanya yang baik, Beliau diangkat menjadi wakil dekan untuk bidang akademik dan pada periode pemilihan berikutnya terpilih sebagai dekan. Saat ini adalah periodenya yang kedua sebagai Dekan untuk masa bakti 2014-2017.
[caption caption="Dr. Diana E Waturangi (kiri) sewaktu dilantik menjadi Dekan FTb UAJ periode 2014-2017 (sumber: website Unika Atma Jaya http://atmajaya.ac.id/Web/KontenFakultas.aspx?gid=berita-fakultas&ou=teknobiologi&cid=Pelantikan_Dekan_Fakultas_Teknobiologi)"]
Dosen Berprestasi Peringkat Pertama tingkat Kopertis III pada tahun 2010 ini memiliki konsep “House of Biotechnology” untuk Fakultas Teknobiologi. “Saya ingin Fakultas Teknobiologi tidak hanya menjadi tempat belajar bioteknologi bagi mahasiswa saja, tetapi juga menjadi tempat belajar bagi berbagai kalangan, untuk segala usia, juga kalangan yang lemah secara ekonomi. Oleh karena itu, kami (FTb UAJ) juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar untuk program corporate social responsibility mereka. Kami akan menjadi tenaga pengajar dan mereka akan menyediakan dana untuk kegiatan tersebut.”, paparnya. Selain itu, FTb UAJ juga berpartisipasi dalam program pengabdian kepada masyarakat, yaitu dengan melakukan pelatihan biologi dan bioteknologi untuk guru-guru SMA.
Selain mengajar, Beliau juga wajib menjalankan tugas lainnya. Dosen-dosen di Unika Atma Jaya diwajibkan untuk menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi yang terdiri atas pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk menjalankan fungsi penelitian, Beliau mulai mencari ide penelitian yang berguna bagi masyarakat yang dapat menggabungkan rasa ketertarikannya mengenai penelitian bakteri mikrobiota dan patogen usus dengan kemampuan risetnya. Saat itu, Beliau menyadari bahwa penelitian dasar mengenai jajanan di sekolah dasar masih sangat terbatas. Hal ini menjadi perhatian Beliau karena standar keamanan pangan dari masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. “Itu kan prihatin sekali ya, Steph karena belum ada regulasi yang mengatur standar keamanannya.” ucapnya khawatir mengenai kondisi saat itu.
Oleh karena itu, Beliau memutuskan untuk melakukan riset mengenai keamanan pangan jajanan pinggir jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan deteksi cepat bakteri-bakteri patogen yang mengkontaminasi makanan dan minuman di pinggir jalan. Deteksi cepat ini dilakukan secara molekuler. Beliau juga menceritakan bahwa penelitian seperti ini biasanya kurang mendapat perhatian karena tidak menghasilkan luaran berupa produk sehingga dianggap tidak aplikatif. Meskipun demikian, Beliau tetap teguh pada rasa kepedulian dan keingintahuannya, serta memutuskan untuk melakukan penelitian tersebut. Penelitian ini mendapat support finansial dari Indonesia Toray Foundation, International Society for Infectious Diseases, Amerika, dan International Foundation for Science, Swedia.
Beliau berpendapat bahwa kontaminasi mikroba dapat terjadi pada berbagai produk makanan dan minuman yang dapat diakibatkan antara lain oleh sanitasi yang kurang baik pada saat pengolahan, penyimpanan, maupun penyajian makanan dan minuman. Apabila kontaminan merupakan bakteri patogen, maka berpotensi mengakbatkan penyakit bagi yang mengkonsumsi. Pernyataan ini dikutip dari Majalah Keamanan Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Penelitian tersebut berbuah manis. Beliau bersama tim penelitinya menemukan berbagai mikroba pencemar makanan pinggir jalan dan mengembangkan metode deteksi mikroba pencemar yang cepat dan efektif. Tidak disangka, BPOM mencari peneliti yang berkaitan dengan pencemar makanan dan menemukan beberapa berkala ilmiah hasil publikasi Beliau. Saat ini, Ibu Diana terpilih menjadi nara sumber BPOM untuk aspek keamanan pangan. Selain itu, Beliau juga melakukan berbagai pelatihan analisis molekuler secara rutin bagi staf BPOM agar dapat mendeteksi mikroba pencemar pangan dengan cepat dan efektif. Cara yang dapat ditempuh, yaitu analisis DNA melalui reaksi polimerase berantai atau lebih dikenal dengan PCR, DNA microarray, serta amplifikasi asam nukleat sesuai dengan urutan basa tertentu.
Tak hanya melakukan penelitian, seorang peneliti juga perlu untuk menyajikan hasil penelitiannya secara lisan. Beliau meraih Global Health Award untuk menyajikan hasil penelitiannya. Keystone Symposia and Bill & Melinda Gates Foundation Travel Award didapatkannya sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 2008 (untuk International Conference on Emerging Diseases di Thailand), tahun 2010 (untuk International Conference on Antibiotic Resistance di Amerika Serikat), dan tahun 2011 (untuk International Conference on Gut Microbiota di India). Selain itu, Beliau juga mendapatkan kesempatan untuk menyajikan hasil penelitiannya dengan meraih World Society Pedriatic Infectious Diseases (WSPID) Travel Award for WSPID Conference di Melbourne Australia, pada tahun 2011 dan 2013.
Pada tahun 2015, dosen yang sudah mendapatkan berbagai hibah penelitian di tingkat nasional dan internasional ini terpilih sebagai pemenang oleh American Society for Microbiology dalam ajang American Society for Microbiology Leadership Grant for International Educator. Selain itu, Beliau juga terpilih sebagai American Society for Microbiology Country Ambassador 2016. Secara singkat, Beliau bertugas untuk memperkenalkan mikrobiologi ke masyarakat Indonesia dan juga mengembangkan pendidikan mikrobiologi di Indonesia.
[caption caption="Dr. Diana E Waturangi saat Terpilih dalam ASM Leadership Grant for International Educator"]
Sebagai anggota masyarakat, kita memiliki profesi yang beragam. Sebagai salah satu tokoh muda, Ibu Diana telah membuktikan kontribusi nyatanya sebagai dosen dan peneliti untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik, khususnya dalam bidang sains dan keamanan pangan. Mari kita ikuti teladan Beliau dengan tetap melakukan hal yang kita sukai dan memberikan kontribusi positif untuk masyarakat. Melakukan hal besar seperti yang Beliau lakukan memang tidak mudah, tetapi kita dapat memulainya dengan tindakan kecil kita dari sekarang. Selamat berkarya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H