Self-harm akhir akhir ini banyak dilakukan oleh orang-orang zaman sekarang, alasan mereka melakukan self-harm ini adalah banyaknya pertentangan atau masalah dalam hidup yang tidak dapat dihadapi oleh mereka. Yang pada akhirnya mereka menyalahkan diri sendiri dan melampiaskannya dengan melukai tubuh mereka sendiri, ada juga kasus yang akhir akhir ini baru saja terjadi yang membuat self-harm ini menjadi trend di sekolahnya.
  Kasus puluhan siswi SMP di Magetan yang ditemukan dengan luka sayatan di lengan mereka. Awal mula ditemukan kasus ini saat dinkes melakukan screening di sejumlah sekolah, hasil dari screening itu ditemukan ada goresan pada tangan siswi-siswi tersebut. Siswi yang ditemukan luka pada tangannya ada sebanyak 76 pelajar mereka mengaku menyayat lengan mereka menggunakan silet, jarum, pecahan kaca, hingga penggaris, alasan mereka melakukannya karena masing masing siswi memiliki masalah yang berat untuk mereka hadapi.
  Selain itu juga bukan berarti melukai diri sendiri adalah jawaban untuk keluar dari masalah yang kita hadapi, self-harm juga jika dilakukan merupakan sesuatu yang haram bagi seluruh agama karena itu sama saja dengan menganiaya diri sendiri maka dari itu, ini adalah isu serius yang tidak bisa diremehkan, siswi ini memerlukan perhatian mendalam. Ini adalah panggilan untuk semua pihak yang terlibat dalam pendidikan dan kesejahteraan siswa seperti guru dan orang tua siswi untuk segera bertindak.
  Guru dan orang tua murid harus bekerja sama dalam mengatasi masalah ini. Kepala sekolah juga sebagai pemimpin sekolah memiliki peran penting dalam memastikan kesejahteraan siswa. Mereka harus melakukan investigasi menyeluruh untuk memahami akar masalah ini. Kepala sekolah harus bekerja sama dengan dinas pendidikan untuk melakukan pendampingan kepada pelajar yang menunjukkan tanda-tanda ingin menyakiti dirinya sendiri. Jika tidak dilakukan tindakan seperti ini maka yang akan menjadi ancaman adalah nyawa mereka sendiri, kepala sekolah tidak boleh membiarkan hal ini terjadi begitu juga untuk para guru dan orang tua.
  Cara yang paling ampuh untuk siswi saat sedang mengalami self-harm ini adalah mendengarkan curhatan mereka. Saat guru-guru dan orang tua mendengarkan curhatan dari mereka tidak boleh menyimpang atau menyalahkan apa yang dilalui siswi bahwa ini adalah salahnya sendiri. Melainkan guru dan orang tua harus mendengarkan curhatan itu memberikan dukungan emosional dan memberikan saran yang tepat kepada siswi tersebut agar para siswi merasa mereka memiliki tempat cerita yang akan selalu menunggu setiap mereka ada masalah dan tidak mencelakai diri sendiri.
  Guru-guru harus lebih aktif dalam mendeteksi tanda-tanda perilaku self-harm kepada siswa/siswi. Orangtua juga harus terlibat dalam upaya untuk memahami masalah yang mungkin terjadi di rumah dan membantu mencari solusi bersama-sama. Ada pentingnya juga untuk memasukkan pendidikan kesehatan jiwa ke dalam kurikulum pendidikan agar siswa/siswi dapat mengatasi tekanan dan masalah emosional karena dengan begitu kesiapan siswa/siswi dalam menghadapi tantangan hidup dapat terbentuk.
  Apa yang akan terjadi jika solusi tersebut diterapkan? self-harm akan berkurang karena dengan adanya rasa kepedulian oleh guru dan orang tua siswi, membuat niat mereka untuk menyakiti diri sendiri dengan benda tajam akan berkueang dan lebih sering terbuka untuk setiap masalahnya. Dengan begitu kedepannya siswi akan bisa focus pada diri mereka sendiri dan melupakan masalah mereka.
  Kita tidak boleh mengabaikan kasus-kasus aksi self-harm ini. Segera bertindak dan memberikan dukungan kepada siswa adalah tugas bersama kita. Siswa/Siswi harus merasa aman, didukung, dan diberdayakan untuk mengatasi masalah mereka dengan cara yang lebih sehat dan positif. Kita harus menjaga masa depan generasi muda dengan memberikan perhatian yang mereka butuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H