Perubahan adalah salah satu hal yang pasti dalam kehidupan. Masyarakat sebagai makhluk yang dinamis, terus mengalami transformasi. Oleh karena itu, teori perubahan sosial hadir untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa perubahan ini terjadi.
Emile Durkheim, seorang sosiolog terkenal dari Prancis. Ia memiliki pandangan mendalam tentang hakikat perubahan sosial. Durkheim mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah suatu proses yang sangat terstruktur dan dapat diprediksi. Ia berpendapat bahwa perubahan sosial umumnya disebabkan oleh evolusi dalam cara masyarakat mengatur diri mereka sendiri, terutama dalam hal pembagian kerja.
Menurut Durkheim, ada dua tipe perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat yakni solidaritas mekanis dan organik. Solidaritas mekanis terjadi dalam masyarakat tradisional di mana solidaritas didasarkan pada pembagian kerja yang kompleks. Sebaliknya, perubahan organik muncul dalam masyarakat modern di mana solidaritas didasarkan pada perbedaan dan spesialisasi kerja yang saling bergantung. Durkheim percaya bahwa seiring dengan perkembangan masyarakat dari bentuk mekanis ke organik, struktur sosial dan norma-norma juga harus berubah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan baru.
Dari perspektif saya, pendefinisian dari perubahan sosial tidak bisa dipandang hanya dari satu sudut pandang teori saja. Perubahan sosial merupakan sebuah hal yang kompleks dan melibatkan banyak sekali aspek-aspek di dalamnya, contohnya ada aspek ekonomi, budaya, teknologi, dan politik. Saya percaya bahwa perubahan sosial tidak selalu bersifat berurutan atau terstruktur seperti yang dibahas oleh Durkheim. Ada kalanya perubahan sosial bisa bersifat tiba-tiba dan disruptif atau mengubah kebanyakan masyarakat, seperti revolusi teknologi atau krisis politik, yang dapat mengubah tatanan masyarakat dengan cara yang tidak terduga.
Misalnya, kemunculan internet dan teknologi digital telah menyebabkan perubahan sosial yang sangat cepat dan radikal. Masyarakat tidak hanya mengalami perubahan dalam pembagian kerja, tetapi juga dalam cara mereka untuk beraktivitas. Seperti bagaimana cara mereka berinteraksi, bagaimana cara mereka memperoleh informasi, dan bagaimana mereka membentuk identitas mereka melalui itu. Dalam hal ini, perubahan sosial tidak hanya dipicu oleh evolusi dari faktor internal tetapi juga oleh inovasi faktor eksternal yang mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan sosial.
Jika kita menghubungkan pernyataan Durkheim dengan opini pribadi saya, terdapat beberapa persamaan dan juga perbedaan yang signifikan. Durkheim melihat perubahan sosial sebagai proses evolusi yang teratur dan terstruktur, di mana masyarakat beralih dari bentuk solidaritas mekanis ke organik. Ini adalah pandangan yang melihat perubahan sebagai sesuatu yang berlanjut dan teratur, dengan fokus pada adaptasi dan keseimbangan sosial. Sedangkan, opini saya lebih menekan keberagaman dan ketidakpastian dalam proses perubahan sosial.
Saya percaya bahwa perubahan sosial bisa terjadi secara tiba-tiba dan tidak selalu mengikuti pola yang sudah ada meskipun perubahan tersebut adalah perubahan kecil. Misalnya, teknologi baru seringkali mengacaukan norma-norma sosial yang ada dan menciptakan dinamika baru yang tidak sepenuhnya teratur seperti yang dikatakan oleh Durkheim. Namun, keduanya memiliki kesamaan dalam hal pengakuan bahwa perubahan sosial mempengaruhi struktur masyarakat dan norma-norma yang ada. Durkheim memandang perubahan sebagai evolusi dalam pembagian kerja dan solidaritas, sementara saya melihatnya sebagai fenomena yang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan teknologi sehingga menekankan pentingnya adaptasi dan penyesuaian dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Sebagai kesimpulan, dari teori Durkheim maupun opini saya menunjukkan perubahan sosial adalah bagian penyesuaian dari dinamika masyarakat yang terus berkembang. Perubahan ini bisa terjadi, melalui proses yang terstruktur atau melalui proses yang mengubah. Namun keduanya membutuhkan respons dan adaptasi untuk menciptakan keseimbangan sosial baru akibat adanya perubahan. Sehingga dengan adanya adaptasi, kita mampu mengikuti dinamika masyarakat yang terus berkembang.
Ada beberapa macam perubahan-perubahan sosial yang kita alami sehari-hari dan sangat beragam, namun hal tersebut dapat dikategorikan. Salah satunya Perubahan budaya dengan berubahnya gaya hidup, sebagai contoh gaya berpakaian. Ada juga Perubahan nilai dan norma berupa perubahan dalam pandangan masyarakat tentang hal-hal yang dianggap baik, buruk, benar, atau salah. Sebagai contoh, perubahan sikap terhadap pernikahan dini atau hubungan sesama jenis.
Selain itu, ada perubahan tradisi dalam cara masyarakat merayakan hari besar seperti perayaan Tahun Baru Imlek yang semakin populer di kalangan masyarakat non-Tionghoa. Perubahan Teknologi juga terlihat disini dengan maraknya penggunaan teknologi digital dalam berbagai aspek kehidupan, seperti komunikasi, bisnis, dan pendidikan. Serta penggunaan mesin dan perangkat, seperti penggunaan robot dalam industri manufaktur.
Perubahan Sosial-Politik seperti perubahan sistem pemerintahan dan perubahan kebijakan publik seperti perubahan dalam kebijakan pendidikan atau kesehatan dari pemerintah. Perubahan ekonomi yang mengalami globalisasi dengan masuknya produk asing ke pasar domestik.
Semenjak proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah mengalami berbagai perubahan yang signifikan, baik dalam aspek sosial, politik, ekonomi, maupun budaya. Perubahan-perubahan ini merupakan bukti dari dinamika yang terus menerus berlangsung dalam perjalanan bangsa kita menuju kemajuan dan kemakmuran.
Di masa awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam membangun negara yang stabil. Setelah merdeka dari penjajahan Belanda, bangsa Indonesia harus berjuang dalam mempertahankan kedaulatan dan menyusun bentuk negara serta sistem pemerintahannya. Perubahan signifikan terjadi di sektor politik termasuk penggantian sistem pemerintahan dari Demokrasi Liberal ke Demokrasi Terpimpin (Presiden Soekarno), kemudian beralih ke sistem Orde Baru (Presiden Soeharto).
Sebagai contoh, masa Orde Baru di tahun 1966-1998 ditandai dengan penggabungan kekuasaan di tangan pemerintah pusat dan penerapan kebijakan-kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk stabilitas dan pembangunan, seperti pembangunan infrastruktur besar-besaran. Namun, era ini juga terdapat banyak pelanggaran hak asasi manusia dan otoritas yang kuat lalu akhirnya memicu reformasi.
Reformasi di tahun 1998 membawa perubahan besar dengan transisi menuju sistem demokrasi yang lebih terbuka. Pemilihan umum yang bebas dan adil menjadi salah satu pencapaian penting bagi masyarakat Indonesia, menyebabkan munculnya berbagai partai politik dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam politik.
Sedangkan dari segi ekonomi, Indonesia mengalami evolusi dari ekonomi agraris ke ekonomi industri. Di awal kemerdekaan, perekonomian Indonesia didominasi oleh sektor pertanian dengan ketergantungan pada ekspor seperti karet dan kopi. Namun, sejak tahun 1970 an, pemerintah mulai mengembangkan sektor industri dengan investasi di bidang manufaktur dan infrastruktur.
Contohnya adalah peluncuran proyek-proyek besar seperti pembangunan industri minyak dan gas di Kalimantan dan Sumatra, serta pengembangan sektor otomotif dan elektronik. Reformasi ekonomi yang dimulai pada akhir 1990 an setelah krisis moneter, membawa perubahan dalam kebijakan ekonomi, termasuk pengalihan kepemilikan perusahaan negara dan liberalisasi pasar.
Perubahan sosial budaya juga tidak kalah. Globalisasi telah membawa pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan ini mencakup pergeseran dalam gaya hidup, dari tradisional ke arah modern. Masyarakat Indonesia kini lebih terhubung dengan dunia luar melalui teknologi informasi dan komunikasi, yang membawa dampak pada cara berinteraksi dan berkomunikasi.
Budaya-budaya luar seperti pop global, musik dan film Barat, mulai mempengaruhi generasi muda di Indonesia, sementara di saat yang sama, ada upaya untuk melestarikan warisan budaya lokal. Misalnya, ada gerakan atau organisasi atau perkumpulan untuk melindungi dan mempromosikan batik sebagai warisan budaya Indonesia di panggung internasional, bersamaan dengan adopsi teknologi baru yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Perjalanan bangsa Indonesia sejak kemerdekaan hingga titik ini adalah hasil dari berbagai perubahan yang telah mengubah negara ini secara mendalam. Dari tantangan awal setelah kemerdekaan hingga era reformasi dan globalisasi, setiap periode membawa serta perubahan yang membentuk karakter bangsa ini dan mempengaruhi bagaimana Indonesia kedepannya nanti. Menghadapi perubahan ini dengan bijak dan adaptif adalah kunci untuk terus memajukan bangsa menuju kesejahteraan dan kemajuan yang berkelanjutan.
Salah satu contoh perubahan yang kita alami setelah Merdeka adalah DI/TII, dimana ada Gerakan separatis untuk menjadikan Indonesia sebuah Negara Islam. Dengan menggunakan alasan tidak terima hasil dari perundingan renville, mereka menyelubungkan niat untuk mengubah Indonesia menjadi Negara Islam. Banyak kelompok sementara yang terbentuk untuk menghentikan adanya perlawanan DI/TII.
DI/TII merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pasca kemerdekaan. Gerakan ini telah menimbulkan disintegrasi bangsa, kerugian ekonomi, dan penderitaan bagi masyarakat akibat Gerakan separatis yang memicu konflik internal bagi bangsa.Â
Namun, melalui perjuangan panjang dan upaya bersama, pemerintah dan rakyat Indonesia akhirnya mampu mengatasi ancaman tersebut dan mencegah adanya fenomena lainnya. Dari sini kita belajar pentingnya menjaga keutuhan NKRI, memelihara toleransi antar umat beragama, serta membangun negara yang adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia agar mencegah terjadinya disintegrasi.
Setelah beberapa kasus perubahan-perubahan sosial, saya cenderung optimis terhadap perubahan sosial. Saya melihat perubahan sebagai suatu hal yang alamiah dan tak terhindarkan dalam dinamika kehidupan masyarakat. Perubahan dipandang sebagai peluang untuk perbaikan dan kemajuan, serta sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi zaman yang terus berkembang. Saya juga merasa memiliki sikap kritis terhadap perubahan sosial. Saya sempat menyadari bahwa tidak semua perubahan membawa dampak positif.
Beberapa perubahan justru dapat menimbulkan ketidaknyamanan, ketidakadilan, atau bahkan konflik sosial. Oleh karena itu, masyarakat di anjurkan untuk selalu berhati-hati dan selektif dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Setelahnya, saya ingin menekankan pentingnya menjadi aktif dalam menghadapi perubahan sosial.Â
Masyarakat harus ditegaskan untuk tidak hanya menjadi penonton pasif yang mengikuti arus ketika ada perubahan sosial, tetapi juga ikut terlibat secara aktif dalam proses perubahan yang terjadi. Dengan demikian, perubahan akhirnya dapat diarahkan ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Gerakan-gerakan separatis seperti DI/TII merupakan salah satu kejadian yang sangat berkesan dalam sejarah Indonesia. Konflik ini telah mengguncang persatuan bangsa dan menyebabkan penderitaan yang mendalam. Namun, dari peristiwa ini, kita belajar pentingnya persatuan dan toleransi untuk membangun masa depan yang lebih baik kedepannya.
Sumber:
- Buku Sejarah Wajib XIIÂ
- Buku Sosiologi XII
- UMSU
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H