Mohon tunggu...
Hazimatul Huriyah
Hazimatul Huriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030126 ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga

seorang peyuka film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Warung Makan Pring Ori: Mengorek Kisah di Balik Kesuksesan Bisnis Kuliner Terjangkau

23 Juni 2024   22:38 Diperbarui: 23 Juni 2024   23:18 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ulasan Ruth Doy Ito di google

"Iya mbak, sekitar 60-70 kg ayam perharinya, itu isinya kurang lebih 6 potong ayam, belum termasuk menu lain seperti lele ". Saat menceritakannya sambil mencatat penjualan di meja kasir.

Namun, perjalanan menuju kesuksesan tidak selalu mulus. Pada akhir 2019, Warung Makan Pring Ori mengalami tantangan ketika mereka harus menghadapi teguran dari Satpol PP terkait dengan volume pengiriman makanan melalui layanan ojek online seperti Grab dan Gojek. "karena pada saat itu, grab gojek benar- benar banyak mbak, jadi kan menuhin parkir dan kita karywan juga masih 4 orang jadi ya agak kewalahan" cerita ibu Titi.  Meskipun demikian, mereka berhasil mengelola situasi ini dengan baik dengan menjalin kerjasama yang baik dengan pihak terkait dan terus berinovasi dalam memberikan layanan terbaik kepada pelanggan, terutama di tengah pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung pada waktu itu. Selain itu, Ibu Titi juga membagikan bahwa ketika pertama kali dibuka, warung makan ini hanya dijalankan oleh 4 orang karyawan. 

dokumetasi pribadi: karyawan saat menyiapan pesanan
dokumetasi pribadi: karyawan saat menyiapan pesanan

dokumentasi pribadi: menu
dokumentasi pribadi: menu

Alasan mengapa harga paket di Warung Makan Pring Ori tetap stabil meskipun terjadi kenaikan harga bahan pangan adalah karena prinsip yang dipegang teguh oleh Ibu Titi dan keluarga, yaitu prinsip bahwa sebagai penjual, lebih baik mengalah terlebih dahulu daripada menghadirkan harga tinggi yang dapat mengurangi jumlah pelanggan. Ibu Titi percaya bahwa menjaga harga tetap terjangkau tidak hanya menarik lebih banyak pelanggan, tetapi juga membangun kepercayaan dan konsistensi dalam bisnis mereka.

Dalam pandangan Ibu Titi, keberlanjutan bisnis bukan hanya tentang keuntungan jangka pendek, tetapi juga tentang membangun hubungan baik dengan pelanggan. Dengan mempertahankan harga yang terjangkau, mereka dapat memastikan bahwa warung mereka tetap ramai dengan pelanggan setia yang senang dengan nilai yang diberikan. Strategi ini juga mencerminkan komitmen mereka untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan di tengah kondisi ekonomi yang berubah-ubah, seperti kenaikan harga bahan baku.

Selain itu, keputusan untuk tidak menaikkan harga paket juga merupakan bagian dari visi jangka panjang mereka untuk menjaga reputasi Warung Makan Pring Ori sebagai tempat makan yang ramah di kantong. Dengan mempertahankan harga stabil, mereka mengamankan posisi mereka di pasar kuliner lokal dan membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan masa depan. Ini tidak hanya membantu mereka bertahan dalam persaingan yang ketat, tetapi juga menunjukkan komitmen mereka untuk terus melayani masyarakat dengan nilai yang baik dan konsistensi yang tinggi.

Keberhasilan Warung Makan Pring Ori tidak didapat dengan mudah. Mereka harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk persaingan yang ketat di pasar kuliner dan fluktuasi harga bahan baku yang tidak menentu. Namun, dengan strategi yang tepat dan fokus yang kuat pada prinsip-prinsip mereka, mereka berhasil mengatasi setiap rintangan dengan baik dan terus berkembang.

Warung Makan Pring Ori adalah bukti bahwa dedikasi dan inovasi dapat membawa sebuah usaha kecil menjadi sukses besar. Mereka tidak hanya menyediakan makanan lezat tetapi juga menawarkan pengalaman kuliner yang menyenangkan dan terjangkau bagi masyarakat. Keberhasilan mereka menjadi inspirasi bagi pemilik usaha lain untuk mengeksplorasi potensi bisnis mereka dalam industri kuliner yang beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun