Mohon tunggu...
Henri Lois
Henri Lois Mohon Tunggu... -

Ghostwriter, Terapis Anak Autis, ADHD, Tunarungu. 0812 678 09 681

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Anakku Matahariku

13 September 2014   10:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:49 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_342451" align="aligncenter" width="150" caption="sesawi.net"][/caption]

Mencintai anak memang penting. Tapi yang lebih penting adalah membuat anak merasa dicintai

Ò‰Priska Devina

Menjadi orangtua adalah sebuah profesi yang maha indah. Kehidupan baru yang lahir dari perpaduan kasih antara suami dan istri, menghadirkan buah hati di tengah keluarga. Buku ini mengandung substansi yang sangat kaya: intisari cinta kasih sang ibu  kepada anak melalui kisah kehidupan.

Buku yang baik selalu membuat pembaca meneteskan air mata bahagia atau tersenyum. Anakku matahariku adalah buku yang sanggup membuat tangis haru dalam hitungan detik. Saya pun demikian saat membaca buku ini kala menemani anak membeli buku di Gramedia. Tangis seorang ayah yang banyak melakukan kekeliruan dan kurang sabar dalam mendidik anak. Padahal kalau dipikir, jarak anak hanya sejauh panjang tangan ini.

Pepatah bijak mengatakan bahwa, bayangkan, lalu jadikan dirimu sendiri menjadi seperti sosok yang engaku ingin anakmu tiru. Priska telah membuktikan hal ini. Di tengah kesibukannya sebagai Agency Manager di perusahaan asuransi terbesar di Indonesia, ia selalu ingat untuk menginjakkan kaki ke rumah, mencium kening Sekar di malam hari. Priska adalah ibu pejuang yang mencurahkan seluruh hidupnya untuk keluarga. Gunung akan di daki dan macet diterobosnya, demi si Sekar, permata hatinya.

Sungguh benar adagium yang mengatakan bahwa surga berada di telapak kaki bunda. Priska menulis dengan cinta dan ia sanggup menghadirkan air mata kebahagiaan saat Anda membaca buku ini. Untaian kata yang tertulis dalam buku ini begitu jujur membangunkan kita, para orangtua yang sering lupa menyentuh, bermain, dan tertawa bersama si kecil. Sejak bangun pagi, pikiran kita sibuk dengan milyaran agenda yang tidak berkesudahan. Alhasil, buah hati seringkali jadi arena pelampiasan emosi negatif dan energi sisa kita.

Cermati cara Priska mengetuk hati kita untuk memberi lebih banyak waktu kepada matahari kita. Sumber kehidupan: anak- anak kita. Mereka adalah matahari yang bersinar terang bila mendapat siraman cinta ayah bundanya.

Baca perlahan- lahan awal mula lantunan doa Priska yang dambakan kehadiran Sekar, sang matahari, lewat gambar, doa, dan impian. Sungguh benar bahwa Tuhan tidak pernah tidur. Ia jawab doa sang ibu dengan indah.

Jangan lupa menyimak rahasia untuk membayar kembali kenangan masa kecil Anda yang hilang. Atau harta paling berharga bagi semua orangtua di alam semesta ini. Priska membagikannya di halaman 53, tentang cinta.

Buku ini sangat pas sebagai hadiah bagi paa calon ibu dan ayah. Buku ini adalah warisan abadi bagi para ayah dan bunda. Sekar adalah perwakilan dari buah hati kita. Sekar adalah matahari hidup kita. Sekar adalah kehangatan rembulan malam. Sebagai orangtua, anak adalah pusat cinta kasih kita setelah Tuhan. Anak adalah oase yang menghilangkan dahaga kesepian di perantauan alam fana ini. Membaca buku mungil ini akan menghangatkan hati dan membuat kita kembali ke rumah: tempat anak- anak kita lahir, tumbuh, dan tertawa. Selamat mencinta…

Menciummu, anakku…

Seperti mencium karunia Allah

Anakku adalah napasku

Segenap jiwaku

Cinta yang begitu murni dari hati yang paling dalam

Air mata dan tawa bahagiaku

Terima kasih Tuhan, atas titipan-Mu



Judul       : Anakku Matahariku

Penulis   : Priska Devina

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Tebal       :  xxxiii, 148 hal

Terbit      :  Juli, 2014

ISBN        : 978-979-22-9969-4

Peresensi: Henri Lois

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun