Nuansa Aceh begitu kental dalam perhelatan sastra yang digelar pada hari Sabtu, tanggal 15 September 2012 di Amphiteater Taman Budaya Yogyakarta. Panggung Amphiteater terlihat artistik dengan background layangan berbentuk manusia dan dilengkapi daun bambu pada sisi-sisinya. Studio Pertunjukan Sastra (SPS) bekerjasama dengan Komunitas Sastra Etnik (KSE) melaunching buku Kumpulan Puisi Bisu Penyair Aceh karya "Zubaidah Djohar" yang bertajuk Pulang Melawan Lupa. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian lawatan baca dan diskusi antologi Puisi Pulang Melawan Lupa karya Zubaidah Djohar yang tanggal 12 September 2012 kemarin digelar di Jakarta . Zubaidah Djohar yang akrab disapa Penyair Zhu lahir di ranah Minang. Zhu, sebelum dikenal sebagai seorang penyair, lebih dulu dikenal sebagai seorang peneliti. Penelitiannya tentang Acehlah yang membawanya pada penulisan antologi Puisi Pulang Melawan Lupa. Sejumlah sastrawan turut tampil sebagai pembicara. MC dipercayakan kepada Latief. Harry Leo memberikan sambutan mewakili SPS (Studio Pertunjukan Sastra) ,Pemberi pengantar Arieyoko, yang sekaligus sebagai dekorator panggung. Hamdy Salad,dosen UIN Yogyakarta dan Sutirman Eka Ardhana. Pembacaan Puisi yang bertemakan damai untuk Aceh tersebut, dibuka oleh Maria Widhi, kemudian dilanjutkan oleh Catur Stanis,Herman RN, Herlina Van Tojo, Dinar Saka dan Zubaidah Djohar. Lewat puisinya, Zhu sedang berupaya mengingatkan kita tentang banyak hal yang harus dijelaskan. Bukan untuk menguburkan masa lalu. Zhu berharap kita tidak boleh lupa, bahwa ada kisah kelam yang pernah hinggap dalam kehidupan saudara-saudara kita,terutama "perempuan" yang berada di Aceh., Lewat pembacaan puisinya, Aceh terasa tak berjarak. Puisinya menjelaskan banyak hal, dan semoga dengan membaca kumpulan puisi bisu "Pulang Melawan Lupa" ,pembaca tidak lagi "bisu" terhadap keadaan sekitar :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H