Mohon tunggu...
Lotus Kireina
Lotus Kireina Mohon Tunggu... -

that's the way iam..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Biennale "Jogja-India" XI/Equator #1 - (Religiusitas, Kepercayaan, dan Keberagaman)

24 November 2011   17:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:14 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Even 2 tahunan Biennale Jogja XI sudah di depan mata dan akan dibuka secara resmi oleh "Sri Sultan HB X" dan Duta Besar India "Biren Nanda", pada tanggal 26 November 2011 jam 17.00 WIB, dengan diiringi Acapela Mataraman Pardiman Djoyonegoro dan gebyar ReogBodronoyo dari Khayangan Kulonprogo. Juga akan dimeriahkan dengan pertunjukan musik oleh Frau dan Yayasan Disko Lombok Horor. Biennale Jogja XI kali ini akan menampilkan karya dari 25 orang seniman Indonesia dan 15 orang seniman India di dua ruang utama yaitu "Jogja Nasional Museum" dan "Taman Budaya Yogyakarta" ,dengan fokus tema "Religiusitas,Kepercayaan dan Keberagaman". Alia Swastika, selaku kurator Biennale dari Indonesia, dalam temu pers tanggal 23 November kemarin menjelaskan, bahwa Tradisi Biennale  Jogja sendiri sudah berlangsung semenjak 1988, dan tahun ini mencapai babak baru dengan mengukuhkannya sebagai peristiwa seni internasional. Sebagian besar peristiwa seni yangdisebut sebagai internasional selalu berambisi mewakili dunia. Selalu ada tuntutan untuk menampilkan representasi dari banyak negara,dan juga sikap-sikap yang secara politis benar, membawa pula kelompok-kelompok yang selama ini dianggap marjinal.Semakin meluasnya penafsiran terhadap 'internasionalisasi' membuat sebagian besar peristiwa seni menjelma seolah sebagai sidang perserikatan bangsa-bangsa. Di satu sisi , model internasionalisasi baru yang masif ini didukung oleh saling keterhubungan antara tempat diberbagai belahan bumi melalui jaringan teknologi komunikasi dan semakin terjangkaunya sarana transportasi,dan di sisi lain ,berubahnya strategi dan pendekatan artistik seniman yang memungkinkan karya direproduksi atau dibawa dalam pameran keliling tanpa harus mengeluarkan biaya sebesar dulu, misalnya dalam kasus ini adalah fenomena digitalisasi dalam produksi fotografi maupun video. Sewaktu memutuskan tema untuk Biennale kali ini, Alia Swastika sempat bersitegang dengan dirinya sendiri, mengenai apa relevansinya ajang-ajang seperti Biennale ini bagi masyarakat yang lebih luas,selain menjadi strategi kebudayaan baru bagi kota-kota pusat seni. Apakah Biennale masih bisa menjadi sesuatu yang punya tautan jika dikelola bukan sebagai masif atau diberi facade sebagai sebuah perayaan? Gangguan pertanya-pertanyaan tersebut yang mendorong Alia untuk sampai pada satu titik bahwa selain menjadi strategi kebudayaan,peristiwa seperti ini harus pula menjadi bagisan dari strategi politik untuk menunjukkan sebuah pendekatan spesifik dari kecenderungan global. Secara umum, semua materi pameran,baik di Jogja Nasional Museum maupun di Taman Budaya Yogyakarta, sedang dalam proses pengerjaan dan pemasangan.Karya-karya yang diikutsertakan dalam pameran senirupa Biennale Jogja XI ini cukup beragam. Tak hanya dalam ruang (indoor) saja,namun juga ada beberapa projek karya luar ruang (outdoor). Panitia Biennale Jogja XI dalam proses pengerjaan ini dibantu oleh puluhan sukarelawan  yang sudah mendaftarkan diri secara online sejak  15 Agustus 2011 . Lima karya seniman India yang dibangun di Yogyakarta,antara lain :Karya Anita Dube-membuat Drawing dari "mata dewa", Saskhi Gupta ,membuat instalasi berupa tempat tidur dengan kelambu roncean ratusan cabe merah. Sukarelawan Biennale Jogja XI yang sebagian besar adalah mahasiswa dari universitas non seni ini dengan telaten menempelkan bahan "mata dewa" yang terbuat dari keramik dalam berbagai ukuran dan berjumlah ratusan tersebut menjadi suatu karya instalasi yang rumit. Sementara sukarelawan-sukarelawan yang lain menjelujur berkilo-kilo cabe merah dengan tali pansing untuk instalasi Sakhi Gupta yang berbentuk kelambu tempat tidur. Sementara K.P Reji juga sudah hadir sejak tanggal 9 November 2011 untuk membuat 3 lukisan. Reji bekerja di studio seniman Entang Wiharso di Kalasan,Sleman. Ada pula Valasan Koorma Koleri ,seniman denagn latar belakang seni patung. Ia membuat site specific instalation,merespon dinding sepanjang 15 meter di Jogja Nasional Museum. Ia membuat karya instalasinya dengan menggunakan bahan-bahan alam. Menurutnya, "biarpun berbeda negara,bahan-bahan berunsur alam sama saja dan bisa digunakan dan dikembalikan pada alam." Sebuah surga buatan akan dibangun oleh seniman Indonesia asal Bandung, Iswanto Hartono. Iswanto bekerja dengan seorang tukang taman mewujudkan surga yang dipercaya sangat indah. Sedangkan Melati Suryodarmo,hampir menyeleseikan ruangan yang dibangun khusus untuk aksi performance art-nya. Isu-isu tentang keagamaan,kepercayaan dan keberagaman memang menjadi pijakan berpikir dan bekerja ke 40 seniman Biennale Jogja XI ini. Adapun seniman-seniman tersebut aalah ; Akiq AW (Indonesia) .Albert Yonathan (Indonesia) , Amar Kanwar (India) , Anita Dube (India) , Andy Dewantoro (Indonesia) , Arahmaiani (Indonesia) , Archana Hande (India) , Ariadhitya Pramuhendra (Indonesia) , Arya Panjalu dan Sara Nuytemans (Indonesia) , Atul Dodiya (India), Christine Ay Tjoe (Indonesia), Erika Ernawan (Indonesia) , Iswanto Hartono (Indonesia) , Jompet kuswidananto (Indonesia) ,KP Reji (India) ,Krisna Murti (Indonesia) ,Made Wianta (Indonesia) ,Melati Suryodarmo (Indonesia), NS Harsha (India) , Nurdin Ichsan (Indonesia), Octora (Indonesia), Paul Kadarisman (Indonesia), Prabhavathi Meppayil (India),Pushpamala N (India), RE Hartanto (Indonesia) ,Royaz Komu (India), Ruangrupa (Indonesia), Sakshi Gupta (India),Setu Legi (Hestu Ardiyanto Nugroho ) ,Sheba Chhachhi (India) , Sheela Gowda (India ), Shilpa Gupta (India) ,Sreshta Premnath (India), Theresia Agustina Sitompul (Indonesia), Tita Rubi ( Indonesia), Tromarama (Indonesia), Valsan Koorma Kolleri (India) , Wimo Ambala Bayang (Indonesia ), Wiyogo Muhardanto (Indonesia ) , Wedhar Riyadi (Indonesia ).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun