Selama ini, kita sering mengalami pembiasaan dalam pembelajaran di kelas yang kurang sesuai. Misalnya, ada peserta didik yang menggunakan bahasa campuran di dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini, disebut dengan alih kode dan campur kode. Alih kode adalah suatu keadaan memasukkan unsur-unsur bahasa lain, sedangkan campur kode adalah mencampurkan dua bahasa dalam berkomunikasi.Â
Alih kode dan campur kode sering terjadi dalam pembelajaran di dalam kelas. Peserta didik menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah setempat. Sebenarnya, bahasa daerah itu tidak salah, hanya saja tidak sesuai ketika digunakan dalam pembelajaran di kelas, khususnya pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia. Di sini, terdapat beberapa contoh dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMPN 1 Banjarmasin. Pendidik dan peserta didik, terkadang masih menggunakan alih kode dan campur kode dalam pembelajaran.
Alih kode yang ada di dalam pembelajaran ini adalah pergantian bahasa banjar ke bahasa Indonesia. Begitu juga dengan campur kode, ketika ada komunikasi antara pendidik dan peserta didik menggunakan bahasa Indonesia, memasukkan unsur-unsur bahasa daerah.Â
Contoh:Â
Pendidik: Siapa yang akan majulah nak?
Peserta didik: Ulun yang maju mengerjakan bu.
Dari Contoh di atas terlihat, terjadi alih kode dan campur kode dari pendidik yang menggunakan -lah yang merupakan logat bahasa banjar (bahasa daerah setempat di Banjarmasin).
Begitu juga dari peserta didik, menggunakan kata ulun yang merupakan bahasa banjar yang artinya saya.
Hal-hal seperti itu, sering terjadi di dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMPN 1 Banjarmasin. Sebagai pendidik, terutama pendidik dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, kita harus memberi contoh menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika mengajar. Hal ini, agar peserta didik tetap konsisten menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran karena merupakan situasi dan kondisi yan formal. Peserta didik boleh menggunakan bahasa daerah, tetapi dalam pembelajaran bahasa daerah atau ketika berada di lingkungan yang tidak formal.
Bahasa daerah harus tetap kita lestarikan dan tetap kita jaga keutuhannya karena merupakan peninggalan para leluhur kita. Bahasa daerah juga merupakan kekhasan dan kekayaan suatu daerah yang berbeda-beda. Keunikan dari bahasa daerah tidak bisa tergantikan dengan bahasa Indonesia.
Jadi, kita sebagai pendidik harus memberi contoh kepada peserta didik menggunakan bahasa Indonesia ketika pembelajaran di dalam kelas. Hal ini, agar tidak ada alih kode dan campur kode dalam pembelajara, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia. Mengapa harus bahasa Indonesia? Karena pendidik yang mengajar bahasa Indonesia adalah duta bahasa yang harus memberikan contoh terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H