Mohon tunggu...
Sibarbar Losung
Sibarbar Losung Mohon Tunggu... -

Berbuatlah kebaikan, maka kebaikan akan dilimpahkan kepadamu. Hidup ini singkat buatlah berarti...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untuk Selamat Harus Dipaksa

5 November 2015   09:18 Diperbarui: 5 November 2015   09:50 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Safety First" demikianlah tulisan terpangpang besar di sebuah gerbang masuk sebuah perusahaan besar lengkap dengan APd (alat perlindungan diri) berupa helm, kacamata, sarung tangan, safety boot, ear plug dan coverall. Demikian juga disepanjang jalan kota ini banyak spaduk yang menganjurkan untuk menggunakan helm SNI kepada pengendara roda dua serta pemakaian safetybelt kepada pengendara roda empat.

ada kalimat mengatakan bahwa kesehatan adalah harta yang paling berharga. sudah seharusnya kita menjaga keselamatan kita sendiri, keluarga tanpa harus ada perasaan terpaksa sehingga saat kita menggunakan alat pelindung tersebut kita merasa nyaman dan tidak merasa tertekan karena keharusan yang ditetapkan polisi atau safety di perusahaan.

Perusahaan

Bagi pekerja lapangan "SAFETY ADALAH HARGA MATI", terutama bagi yang bekerja di proyek. pekerjaan yang penuh resiko bahaya harus di hadapai dengan persiapan kita untuk menghadapinya, berupa memakai APD serta mematuhi peraturan peraturan yang sudah ditetapkan. terkadang kita sampe geleng geleng kepala karena tak habis pikir, jengkel dengan peraturanya yang tidak masuk akal, bayangkan tidak pakai helm denda 200.000, tidak pakai tali helm denda 75.000, tidak punya tali helm denda, 100.000, ketahuan merokok denda 1.000.000, tidak pakai body harness di atas ketinggian 2 m didenda, tidak pakai coverall tidak di ijinkan masuk lokasi kerja, harus mengurus surat ijin panas, surat ijin dingin, surat ketinggian, hot permit dan lain lain. kurangnya kesadaran pekerja akan keselamatan membuat kebijakan yang tidak masuk akal bagi para pekerja, mereka kurang sadar bahwa apa yang dilakukan perusahaan/pemerintah adalah untuk keselamatan mereka sendiri dan orang lain.

Bagi pekerja kasar itu merupakan hal yang tidak wajar dikarenakan mereka silap sedikit gaji satu hari bahkan satu bulan bisa hanya untuk menutupi denda peraturan keselamatanya sendiri. Apa yang dilakukan perusahaan/pemerintah tidak untuk mempersulit pekerja atau untuk mendapat untung dari uang hasil denda tsb, itu tidak seberapa dibandingkan uang yang dikeluarkan perusahaan untuk program safety itu sendiri. bayangkan saja harga satu coverall bisa mencapai jutaan rupiah belum lagi APD lainya, jadi segala peraturan serta sanksi yang di terapkan adalah semata mata untuk KESELAMATAN pekerja itu sendiri, ketika kita takut kena sanksi kita patuh peraturan, lama lama kita jadi terbiasa, karena terbiasa kita jadi nyaman, setelah nyaman kita  jadi SADAR, setelah sadar kita ingin menyadarkan orang lain HAHAHHA...

Jalan Raya

Terkadang kita merasa jengkel, marah bin kesel ketika polisi/safety menegor kita atau bahkan menilang kita di jalanan/diperusahaan tempat kita kerja dikarenakan kita tidak melengkapi APD/melanggar aturan safety. Kita sering merasa bahwa keselamatan kita adalah mutlak punya kita sendiri, jadi terserah kita mau selamat atau tidak. Kita terkadang lupa bahwa ada pengendara lain/pengguna jalan lain yang perlu kita perhatikan juga keselamatannya. Sebagai makluk cipataan Tuhan yang paling mulia kita diberikan rasa kemanusiaan yaitu makluk yang peduli lingkungan, peduli keselamatan orang lain dan peduli keselamatan diri sendiri.

Okelah kita tidak membahayakan orang lain dikarenakan kita mematuhi segala peraturan lalin, tetapi kenapa harus menggunakan helm bagi pengendara motor, bukankah dengan berkendara tanpa menggunakan helm tidak membahayakan orang lain. Memang benar helm tidak berpengaruh langsung kepada pengendara lain, tetapi bayangkan jika anda berkendara  di tengah jalan ada nyamuk, lalat atau sebangsanya yang masuk ke dalam mata kita. Otomatis kita akan kehilangan keseimbangan mungkin karena terkejut, sakit atau perih kemudian kita menyenggol orang lain, dan pengendara yang kita tabrak jatuh dan mengenai pengendara lain disampingnya, karena terjatuh kaca spionnya telepas dan melayang tepat ke kaca depan pengendara mobil di samping, sopir terkejut kemudian banting setir ke kiri, rupanya seorang pengendara motor ngebut disebelah kiri mobil sehingga motor terpental jatuh, pengendara yang di belakang tiba tiba mengerem, dibelakangnya lagi ngerem mendadak, dan dibekangnya lagi tidak sanggup mengontrol laju kendraannya karena jarak yang terlalu dekat sehingga terjadilah tabrakan beruntuk sebanyak 110 kenderaan.

Luar biasa bukan.... belum lagi keluarganya yang menanti dirumah, bayangkan ekspresi dan perasaan mereka ketika mendapat kabar ayah/istri/ibu/bapak/anak/abang/kakak/cucu/keponakan/sepupu/sahabat kecelakaan. jadi, selain memikirkan kita mari kita pikirkan juga orang lain.

Intinya adalah mari kita rubah mindset kita yang dulu, mari kita jadikan SAFETY sebagai prioritas kita... jangan gara gara nila setitik rusak susu sebelanga . apa susahnya pakai safety belt/seat belt, kalau lupa sepertinya tidak mungkin karena mobil sudah hampir semua di pasang warning seat belt

akka itulah itu.. kata oppung sebelah saya bawa angkot cuk tidak ada seatbelt nya. macam mana mau kencang kencang, tak nyaman aku pakai pakai itu kata lae supir kopaja. kan ga ada polisi, kata tetangga, aku sejak smp udah bawa mobil ga pernah celaka, ngapain pake itu kata rekan kerja, ngapain pake helm ga terasa kencangnya kata siswa smp....

salam safety, jadilah pelopor keselamatan

ciricara.com

www.liputan6.com

pertamax7.com

motor.otomotifnet.com

 

oto.detik.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun