"Untuk mewujudkan itu semua, perlu empat pilar yang saling terkait dan terhubung satu sama lain dalam pengembangannya yaitu destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran pariwisata dan kelembagaan kepariwisataan. Empat pilar itu menjadi prinsip pariwisata berkelanjutan" lanjut Prof Bet EL Silisna Lagarense.
Narasi pariwisata berkelanjutan tak hanya berpengaruh pada lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya tetapi juga menyiapkan langkah-langkah strategis yang bersifat terpadu, berbasis konservasi sumber daya kelautan/kemaritiman, produk berstandar internasional, dan peningkatan kapasitas masyarakat sebagai pelaku utama kepariwisataan.
Kearifan lokal dan budaya lokal bisa ditampilkan seperti menikmati kuliner lokal (bubur Manado) dan budaya lokal (tari Kabasaran). Namun kemasan produknya juga harus dibenahi agar tidak mengundang kritik dari pemerhati lingkungan.
Aries Prasetyo, wartawan Kompas yang ikut dalam Ekspedisi Wallacea, menarik benang merah tentang pentingnya kekuatan kata-kata atau narasi untuk mempromosikan objek wisata. "Semenarik apapun objek wisata itu, tanpa dipromosikan atau dinarasikan dengan baik, ya akan menjadi hidden saja" kata Aries Prasetyo.
Ia mengambil contoh tentang batu bacan, pada zaman presiden SBY yang diberikan kepada Obama. Semula batu bacan ini hanya dipakai untuk ganjal pintu atau jendela, tetapi begitu batu bacan diberitakan dipakai oleh Obama, seorang presiden Amerika, banyak orang lalu datang ke pulau Bacan. Tak ayal, Pulau Bacan menjelma menjadi pasar wisata. Inilah contoh kekuatan cerita (storynomics tourism).
Pada tanggal 10 Juni 1859 Alfred R. Wallace, peneliti asal Inggris datang ke Manado dan kemudian melanjutkan perjalanannya hingga ke Likupang dan ke Pulau Lembeh dalam rangka penelitian keanekaragaman  hayati endemik di Sulawesi Utara. Jejak AR Wallace terlihat di Tangkoko dengan spesies kera pantat merah, Tarsius (mamalia terkecil di dunia) dan cetusannya tentang garis Wallacea.
Narasi DSP Likupang Berintegrasi dan Berkelanjutan
Pada sesi ke dua (13.00--15.00 WITA) menghadirkan lima narasumber yang diminta untuk menggali potensi integrasi Pariwisata Kawasan Likupang.
Dalam presentasinya, ke lima narasumber itu seperti menyepakati bahwa ecotourism menjadi potensi pariwisata DSP Likupang yang bisa digali dari kearifan lokal dan sosial budaya masyarakat setempat yang kemudian dikemas menjadi produk unggulan wisata berbasis experience tourism.
Paquita Widjaja Rustandi, Project Development Head PT MPRD, menyebutkan pentingnya konten sebagai kunci pengembangan pariwisata dan ekonomi kawasan Likupang.
Konten yang dimaksud adalah cerita atau narasi yang berasal dari budaya dan alam setempat. Pembangunan fisik infrastruktur meski dibangun sebagus apapun namun kalau tak ada narasi tentang tempat wisata itu, percuma saja.