Menunggu peristiwa munculnya matahari di atas horizon Timur, disebut arunika. Sebuah keasyikan dan kenikmatan sendiri bagi pengunjung Puncak Bukit Tetetana, Tomohon, Sulawesi Utara.
Ada sedikit keseruan untuk membingkai peristiwa arunika di pagi itu. Bersiap diri saat subuh sebelum jarum jam menunjuk angka lima dan mengendarai kendaraan sembari menembus gelap dan kabut dinginnya perbukitan di sekitar Gunung Mahawu, itulah yang harus dibayar untuk arunika.
Rute ke Bukit Tetetana, Desa Kumelembuai, mudah ditemukan. Terlebih dahulu harus memasuki pusat kota Tomohon dan kemudian mobil menyusuri jalan di depan Pasar Beriman, seterusnya mengarah ke Agrowisata Rurukan lalu melewati dua desa, Desa Rurukan dan Desa Kumelembuai.
Hingga di puncak Bukit Tetetana, jalan sudah beraspal. Sepanjang jalan ke puncak, mata disuguhkan dengan pemandangan perkebunan sayuran warga yang tubuh subur dan deretan pohon cengkeh.
Sesampainya di halaman puncak Tetetana, setelah berkendaraan 15 menit dari pusat kota, segera tripod dan kamera saya pasang. Saya arahkan kamera ke sebelah Timur. Mata memandang rona merah mulai merekah dari sela-sela awan. Sambil menunggu arunika, saya tuangkan kopi hangat yang saya bawa dari rumah.
Memang sedap rasanya menyeruput kopi pagi saat arunika muncul perlahan-lahan. Fido teman saya mengabadikan momen itu hingga tangkapan kameranya berbuah siluet yang indah.
Tak hanya siluet atau foto-foto matahari terbit. Video pun saya dapatkan.
Keindahan dan keelokan arunika di pagi itu hanya bisa dinikmati daripada dituturkan dengan kata-kata. Namun yang jelas kami puas melakukan perburuan matahari terbit dengan siluetnya.