"Ini lilinnya pak," seorang ibu, petugas dari biara suster, menghampiri saya dan memberikan sebuah lilin yang sudah dibalut dengan kertas penangkal lelehan lilin. Tak hanya saya dan rombongan yang mendapatkan lilin gratis, semua umat yang hadir malam itu diberi lilin. Lilin ini akan dinyalakan saat prosesi cahaya Kristus dan saat pembaharuan janji baptis.
"Semoga cahaya Kristus yang bangkit mulia menghalaukan kegelapan hati dan budi kita"Â kata Romo Mul, pemimpin upacara Vigili Paskah, sambil membuat tanda salib dan menyalakan api Lilin Paska yang dipegang oleh salah satu suster rubiah (pertapa) dengan api yang diambil dari api unggun yang telah terberkati.
Satu per satu umat yang sejak tadi mengelilingi api unggun menyalakan lilinnya dari api Lilin Paska, lambang Cahaya Kristus. Sesudah itu, umat melangkah satu per satu memasuki kapel mengikuti Imam dan para suster rahib lebih dahulu masuk ke kapel. Di dalam kapel, madah pujian Paskah (exultet) dikumandangkan karena Tuhan telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.
"Merayakan Paskah, selain mengenang karya keselamatan Allah bahwa Yesus yang wafat disalib, kini telah bangkit untuk menebus dosa-dosa kita. Tetapi juga, membangun sikap rohani (spiritual) kita bahwa kebangkitan Yesus memberi asa di hari ini dan masa depan. Ingat sejelek apapun, seburuk apapun sesedih apapun masa lalu kita, Tuhan telah menebusnya melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya" ucap Romo Mul dalam homilinya.
"Hari ini dan masa depan, tentu dalam terang kebangkitan Kristus dan pertobatan, menjadi iman, harapan dan kasih ketika masa depan kita selalu diisi dengan kebaikan-kebaikan yang dimulai sejak hari ini" pungkas Romo Mul.
Malam semakin larut dan tak terasa sudah memasuki dini hari. Para suster rubiah (rahib perempuan) yang berjumlah 40 mulai tampak mengikuti vigili paskah dengan khusuknya. Para suster pertapa ini duduknya tersendiri dan tidak dicampur oleh umat.