Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

[Trip Labuan Bajo] Di Pulau Komodo Kami Tidak Untung?

10 Januari 2019   14:12 Diperbarui: 11 Januari 2019   19:01 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komodo (Varabus Komodoensis) adalah spesies biawak besar yang populasinya menyebar di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang dan Gili Dasami di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Reptil raksasa ini oleh warga disebut Ora. Di kalangan turis, lebih dikenal dengan sebutan "Komodo Dragon". UNESCO menetapkan Taman Nasional Komodo sebagai World Heritage dan termasuk New Seven Wonders di dunia (2011).

Siang itu (18/12), sinar matahari terasa menyengat di kepala. Kapal mulai bergerak meninggalkan Pantai Pink. Destinasi wisata selanjutnya adalah Pulau Komodo.

"Beberapa hal yang perlu anda ketahui saat berada di Pulau Komodo. Yang pertama, kalau beruntung kita bisa melihat banyak Komodo berkeliaran di pantai dan tempat-tempat mereka minum. Yang kedua, Komodo sangat sensitif terhadap perempuan yang sedang datang bulan. Karena itu, nanti bilang ke ranger supaya mendapat pengawasan lebih. Makan siang dinikmati di kapal" kata Bro Ari, pemandu wisata kami saat kapal mulai berlabuh di demarga Pulau Komodo.

Dermaga Komodo (Dokpri)
Dermaga Komodo (Dokpri)
Jalan dermaga menuju pulau, lumayan panjang. Kami melangkah menuju ke gapura besar bertuliskan Taman Nasional Komodo sesuai petunjuk pemandu wisata. Kemudian kami belok ke kiri menuju ke pendopo tempat untuk briefing bagi wisatawan.

Ada rombongan lain sedang mendapat pengarahan. Sejenak kami menunggu, baru kemudian giliran rombongan kami mendapat briefing dari para Ranger. Satu ranger rata-rata mendampingi 4-5 orang. Informasi dari ranger (disampaikan dalam bahasa Inggris) intinya sama dengan yang dikatakan Bro Ari saat di Kapal.

"Jadi kita nanti mengambil trekking yang pendek untuk masuk hutan melihat Komodo Dragon. Kurang lebih waktunya 1 jam. Apabila kita beruntung ketemu sang dragon, tidak usah panik, bersikap bersahabat dan jaga jarak aman" lanjut Ranger sambil memegang tongkat yang ujungnya bercabang dua.

Taman Nasional Komodo (Dokpri)
Taman Nasional Komodo (Dokpri)
Persis di bawah rumah ada Komodo yang sedang tidur. Kami semua menonton Komodo yang berkulit gelap dan kasar. Oleh Ranger, sang dragon dibangunkan dengan tongkat kayunya. Nampaknya sang dragon cuek banget. Tak bergeming. Lalu kami melanjutkan trekking masuk hutan.

Di antara semak-semak kering saat susuri jalan setapak, saya melihat tanaman sirkaya yang buahnya sudah kering. "Om banyak pohon srikaya ya di sini. Tapi kayaknya srikaya hijau bukan yang merah. Sekarang lagi ngetrend Srikaya merah karena warnanya unik, aromanya harum serta rasanya lebih manis" cerita saya kepada salah satu Ranger yang berjalan di disamping saya.

Si Ranger menanggapi saat musim berbuah, Srikaya di sini sering di panen dan dijual di pasar. "Stop dulu, coba lihat lubang tanah itu. Itu tempat sang dragon bersembunyi. Lubangnya lebih besar daripada lubang ular atau yang lain" tiba-tiba si Ranger mengajak berhenti, sambil menunjuk lubang tanah di samping pohon kering.

Sang Dragon Di Bawah Kolong Rumah (Dokpri)
Sang Dragon Di Bawah Kolong Rumah (Dokpri)
Sambil didampingi para ranger, kami tiba di lokasi di mana para Komodo sering berkumpul untuk minum. Di lokasi itu, persis di bawah pohon besar, terdapat pipa air yang mengalir. Fungsi untuk minum para komodo.

"Mana nih sang dragon? Kok nggak ada? Ngumpet di mana? Sudah capek-capek jalan, nggak kelihatan komodonya. Bagaimana ini?" protes salah satu turis asing kepada Ranger. Menanggapi permintaan itu, para ranger berkoordinasi untuk menyebar dan berusaha mendapatkan sang dragon yang katanya saat ini sang dragon lagi "keluar daerah".

Lokasi Minum Sang Dragon (Dokpri)
Lokasi Minum Sang Dragon (Dokpri)
Rombongan kami terpecah. Dua ranger bersama wisatawan asing berusaha masuk hutan lebih ke dalam. Sementara rombongan saya kembali ke base camp. Dalam perjalanan pulang, kami berpapasan dengan rombongan lain. "No lucky, No Dragon" ucap mereka.

Seekor Komodo yang tadi kami lihat di bawah bangunan, kembali dipaksa "bangun" agar kami bisa melihat sosok reptil purba ini. Salah satu ranger mengusik sang dragon dengan tongkat kayunya. Karena terusik, sang dragon bergerak dan kami mundur mengambil jarak aman. Tontonan itu tak berlangsung lama, karena sang dragon pindah tempat ke lebih dalam di kolong bangunan.

Bayi Komodo (Dokpri)
Bayi Komodo (Dokpri)
"Ada komodo bayi (kecil) di pantai. Ayo ke sana" kata turis China. Kami pun melihat dan memang posturnya masih kecil. Sang dragon yang sedang ditonton banyak orang, tampak berjalan linglung dari pantai menuju ke semak-semak pepohonan.

Setelah sekitar satu jam lebih, kami meninggalkan Pulau Komodo yang dihuni oleh 2 ekor komodo sesuai dengan yang kami lihat. Bayangan populasi Komodo yang berkeliaran di pulau, dengan wajahnya yang sangat purba, tak terwujud karena saat itu kami sedang tidak beruntung.

Karena tak melihat banyak komodo di pulau Komodo, disarankan untuk mengunjungi Pulau Rinca. Tapi pulau ini tidak termasuk dalam daftar trip kami.

Taka Makasar (Dokpri)
Taka Makasar (Dokpri)
Snorkling di Taka Makasar dan Spot Ikan Pari Manta

Rasa kecewa selama di Pulau Komodo terobati ketika kapal mendekati spot pasir timbul yang terkenal disebut Taka Makasar. Pasirnya yang putih dan air laut di sekitarnya yang berwarna hijau tosca, mendorong kami untuk turun menuju ke pasir timbul. Tak hanya itu, dengan leluasa beberapa orang dari rombongan kami, menikmati "under water" dengan snorkling.

Siang itu, beberapa rombongan sama-sama berhenti di sekitar Taka Makasar. Ada yang jalan-jalan hingga di tengah pasir timbul ada juga yang berenang dan snorkling. Suasana siang itu tampak ramai oleh banyaknya wisatawan.

Wisatawan sedang Snorkling (Dokpri)
Wisatawan sedang Snorkling (Dokpri)
Taka Makasar kami tinggalkan, kemudian kapal bergerak ke tengah lautan menuju ke lokasi yang banyak didiami Ikan Pari Manta atau disebut Mata Point.

Bergegas mereka turun dari kapal sambil menggunakan peralatan snorkling berenang melihat cumbuan ikan pari manta yang berenang ke sana ke mari, seolah menghibur para wisatawan. Keseruan terjadi ketika rombongan ikan pari Manta melintas di antara kerumunan para wisatawan yang sedang berenang. "Lebih puas lagi kalau diving" kata bro Ari.

Pulau Kenawa (Dokpri)
Pulau Kenawa (Dokpri)
Setelah bermain dengan ikan pari manta, kami melanjutkan ke destinasi terakhir yaitu Pulau Kenawa. Pula kecil ini dikeliling oleh terumbu karang yang indah. Tak heran saat berdiri di dermaga terlihat ikan-ikan berenang di lautan bersih. Keindahan "under water" di pulau Kenawa menarik turis-turis asing untuk snorkling atau diving. Bahkan apabila ingin berlama-lama di pulau Kenawa sambil menikmati indahnya sunset, tersedia penginapan yang dikelola oleh warga Labuhan Bajo.

"Jika ada waktu, bisa naik ke puncak bukit dan melihat pemandangan di bawahnya. Sungguh eksotik" kata penjual minuman saat kami memesan minuman di cafe satu-satunya yang ada di pulau Kenawa.

Berburu Ikan Pari Manta (Dokpri)
Berburu Ikan Pari Manta (Dokpri)
Selama mengikuti "sharing tour" itu, biaya yang dikeluarkan per orang Rp. 1.350.000,- (sudah termasuk makan siang dan minum) plus tiket masuk setiap objek wisata dan untuk tips ranger sebesar Rp. 125.000,-

Salam Kotekasiana
Salam Kotekasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun